DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Di Hari Raya Nowruz, Haida Mendengar Sejarah

image

Oleh Denny JA

ORBITINDONESIA.COM - Puisi esai ini dibacakan dalam hari Raya Baha’i Nowruz di komunitas Bahai bersama Forum Esoterika, Selasa 21 Maret 2023.

Baca Juga: Amerika Tawarkan Data Rahasia ke Israel untuk Temukan Pemimpin Hamas Tanpa Harus Menyerang Rafah

-000-

Tujuh belas tahun sudah usia Haida. Ia sudah melihat puluhan bulan purnama.

Malam hari, setelah perayaan Now’ruz, hari raya agama Bahai, Ayah bercerita.

Baca Juga: Hamas: Seorang Sandera Warga Inggris Tewas Terkena Bom Israel

 

Mereka hanya berdua saja.

Duduk di beranda,

Baca Juga: Bebaskan Palestina: Ratusan Orang dari Berbagai Kalangan di Jepang Ikuti The Intifada March

ditemani angin dan sepi yang syahdu.

 

“Haida itu juga nama nenekmu.

Baca Juga: MotoGP Prancis: Disiarkan Langsung Oleh Trans7 Minggu Malam Ini

Ia lahir dan hidup dewasa di Iran.

Ayah ingin kau sekuat nenekmu.

Ketika kau lahir di Jakarta,

Baca Juga: Al Hilal Juara Liga Saudi, Cristiano Ronaldo Masih Berpeluang Raih Trofi Pencetak Gol Terbanyak

sudah Ayah niatkan memberimu nama seperti nama nenekmu.”

 

Ayah menunjukkan potret di dompetnya,  potret yang sudah menguning.

Baca Juga: Kaesang Bagikan Kabar Suka Cita: Istrinya Hamil

 

Apapun dompet Ayah,

foto nenek selalu di sana,

Baca Juga: Yang Tercecer di Era Kemerdekaan (8): Mencari Kakek di Hutan Kalimantan

sejak Ayah masih remaja.

 

“Ceritakan soal nenek, Ayah, pinta Haida.

Baca Juga: Solois dan Anggota Grup Band One Direction, Niall Horan: Terima kasih Jakarta!

Ceritakan, mengapa Ayah sangat mengaguminya.”

 

Ayahpun berkisah.

Baca Juga: Liga Champions Asia: Yokohama Marinos Menang Melawan Al Ain di Leg Pertama Final

“Itu tahun 50-an, di Iran, anakku.

Nenekmu masih remaja.

Ia disiksa hanya karena keyakinannya.”

Baca Juga: Hendrajit: Membaca Benang Merah Dalam Buku Novel Steve Berry dan Dan Brown

 

“Petinggi agama resmi yang sangat keras di sana, mengancam nenek.”

 

Baca Juga: Liga Inggris: Manchester City Dekati Gelar Juara

“Kau boleh pilih.

Hidupmu akan terus disiksa.

Atau tinggalkan keyakinanmu.

Baca Juga: Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin: Globalisasi dan Perang Asimetris

Kembali ke agama yang benar.”

 

Nenekmu melihat sendiri.

Baca Juga: Google Cloud Sediakan Platform Pelatihan Daring Bagi yang Ingin Asah Keterampilan di Bidang Teknologi

Lebih dari 1000 rumah penganut Bahai dibakar.

Puluhan kaum Bahai dibunuh dengan tuduhan murtad.

 

Baca Juga: Dokter Farid Kurniawan Jelaskan Hal-hal yang Mesti Disiapkan Penderita Diabetes Sebelum Berangkat Haji

Rumah ibadah Bahai dihancurkan.

Penguasa politik bersatu dengan penguasa agama.

Bersama mereka menumpas keyakinan Bahai hingga ke akar. (1)

Baca Juga: Laporan Terbaru Counterpoint: Pengiriman Ponsel 5G di Indonesia Tumbuh 77 Persen di Q1 2024

 

Haida terdiam.

Ia tak mengira perkara beda keyakinan berujung pembunuhan.

Baca Juga: Media Israel: Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar Mungkin Ada di Terowongan Khan Younis, Gaza Selatan

 

Ayah terus bercerita.

Pendiri pertama agama Bahai tak hanya dipenjara.

Baca Juga: Media Israel: Pemimpin Hamas mungkin ada di terowongan Khan Younis

Ia pun dibunuh di depan regu tembak.

Tak hanya satu atau dua peluru menembus kepalanya.

Itu hanya karena keyakinannya.

Baca Juga: Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid Apresiasi Majelis Umum PBB Dukung Keanggotaan Penuh Palestina

 

Pendiri kedua agama Bahai juga disiksa.

Dipenjara di tempat gelap.

Baca Juga: Pilkada Lampung: Ahmad Muzani Ajak Seluruh Kader Gerindra Menangkan Rahmat Mirzani Djausal Jadi Gubernur

Kaki hingga lehernya dirantai.

 

Ia diusir dari negara asal,

Baca Juga: Menag Yaqut Cholil Qoumas: Sebanyak 41 Ribu Jamaah Lansia Tunaikan Ibadah Haji Tahun 2024

harus berpindah- pindah dari satu negara ke negara lain.

Itu hanya karena keyakinannya.

 

Baca Juga: Musisi Asal Kanada, Elijah Woods Bawakan Lagu Taylor Swift Ketika Tampil di Jakarta, Sabtu Malam

Di era itu, di abad 19,

lebih dari 20 ribu penganut Bahai dibantai hingga mati.

 

Baca Juga: Guru Besar Unand, Elfindri: Nilai Ekonomi Kebudayaan

Nenekmu tahu itu semua.

Nenekmu pun terancam mati.

Itu hanya karena keyakinannya.

Baca Juga: Keberangkatan Kloter Pertama Jamaah Haji Indonesia, 388 Jamaah Jakarta dari Embarkasi Pondok Gede

 

Tapi nenekmu adalah besi baja.

Ia tak patah.

Baca Juga: Suasana Tanah Datar Mencekam, SAR Padang Gerak Cepat Bantu Korban Banjir Lahar Dingin di Sumatra Barat

Walau remaja, ia berkata:

 

“Aku tak bisa menukar keyakinanku.

Baca Juga: Kemenhub: Bus Pariwisata Pembawa Siswa SMK yang Kecelakaan di Ciater Subang Tercatat Tak Miliki Izin Angkutan

Biarlah Tuhan yang nanti mengadiliku.

Dan kau bukan Tuhan.”

 

Baca Juga: Kapolda Jawa Barat: Korban Meninggal Dalam Kecelakaan Bus Pariwisata di Ciater Subang Berjumlah 11 Orang

Nenekmu disiksa,

dipenjara.

Tapi nenekmu tetap bertahan dengan keyakinannya.

Baca Juga: Bus Rombongan Siswa SMK Lingga Kencana Depok Kecelakaan di Ciater, Subang, 9 Tewas Puluhan Luka-luka

 

Haida kembali bertanya:

“Mengapa nenek begitu kokoh dengan keyakinannya, Ayah?

Baca Juga: Pilkada Depok 2024: Sudah Resmi, Supian Suri Jadi Calon Wali Kota yang Diusung PDI Perjuangan

Bukankah resikonya bisa membuat nenek mati dibunuh?”

 

Ayahpun memeluk Haida.

Baca Juga: Pilkada Jawa Tengah: Partai Golkar Godok Raffi Ahmad, Pengamat Teguh Yuwono Bilang Menarik

Ujar Ayah: “Itulah hebatnya keyakinan anakku.

Itulah Iman.”

 

Baca Juga: Kabar Duka, Jaksa Agung Muda Pidana Umum Fadil Zumhana Meninggal

“Semua pendiri agama baru, menjadi musuh penguasa agama sebelumnya.

Itu hukum besi sejarah.”

 

Baca Juga: Pilkada Kota Semarang: Hevearita Gunaryanti Rahayu Diperintah Megawati Maju Bertarung

“Tapi sejarah menunjukkan.

Semua keyakinan yang kuat,

terus bertahan dan menyebar.”

Baca Juga: Pilkada Jakarta, Didik J Rachbini: Gagasan Pasangkan Anies Baswedan dan Ahok adalah Eksperimen Berani

 

“Keyakinan itu lebih kuat dari ancamam bom atom.”

 

Baca Juga: Pilkada Depok: PKS dan Golkar Sepakat Gotong Royong Usung Imam Budi Hartono dan Ririn Farabi Arafiq

Haida melihat foto neneknya,

Foto yang sudah menguning.

 

Baca Juga: InJourney Airports Siapkan 13 Bandara untuk Embarkasi dan Debarkasi Layani Angkutan Haji 2024

Cahaya keluar dari foto itu.

Cahaya berubah menjadi kembang api.

Berwarna- warni di langit.

Baca Juga: Bagus Ahmad Rizaldi: Klub Presiden untuk Wujudkan Angan Seabad Negeri, Belajar dari Tradisi Politik di AS

Ikut menyambut hari raya Nowruz, hari raya penganut agama Bahai.

 

Suara nenek seolah terdengar membisik di telinganya:

Baca Juga: Belgia, Denmark, dan Spanyol Menyambut Resolusi tentang Keanggotaan Palestina di Majelis Umum PBB

 

“Cucuku,

 

Baca Juga: Mesir, Arab Saudi, dan Irak Sambut Resolusi Majelis Umum PBB tentang Keanggotaan Palestina

Tetaplah berlari, walau tak terlihat jalan.

 

Tetaplah mendaki, walau banyak jurang.

Baca Juga: Andi Sulaiman Bersama Relawan Mengantar Formulir Bakal Calon Gubernur Kalimantan Utara ke DPC PPP

 

Tetaplah percaya, walau dunia menyangkal.

 

Baca Juga: Puluhan Siswi SMA Terpadu Wira Bhakti Gorontalo Lari dari Asrama Sekolah Karena Tak Tahan Dirundung Senior

Tetaplah teguh, walau paku menghujam hatimu.

 

Itulah iman.

Baca Juga: Brigade Al Qassam Sergap Tentara Israel di Gaza Selatan

Itulah kesadaran terdalam.

Itulah harta hidup tertinggi.” ***

 

Baca Juga: Liga Champions Asia: Hernan Crespo dan Harry Kewell akan Berhadapan di Leg Pertama Final

Maret 2023

1. Kisah persekusi agama Bahai di Iran dapat dibaca dalam laporan Amnesty International tahun 2016.

Amnesty International (October 1996). "Dhabihullah Mahrami: Prisoner of Conscience". AI INDEX: MDE 13/34/96. Retrieved 2017-05-25.

Berita Terkait