DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Benarkah Penganut Syiah Suka Menghina Istri Nabi Muhammad SAW dan Sahabat Nabi

image
Presiden Iran Seyyed Ebrahim Raisi, yang di negerinya mayoritas Syiah. Tidak benar bahwa Syiah membolehkan menghina istri dan sahabat Nabi Muhammad SAW.

ORBITINDONESIA.COM - Benarkah penganut Syiah suka menghina istri dan para sahabat Nabi Muhammad SAW? Ini sering jadi polemik.

Memang ada segelintir kaum syiah takfiri yang suka menghina sahabat dan istri Nabi Muhammad SAW. Salah satunya yang sangat terkenal dan tersebar di berbagai video-video adalah dari syiah takfiri London.

Syiah takfiri London ini dipimpin oleh Yasir Al Habib, yang memang dipelihara dan dibiayai aktivitasnya oleh musuh-musuh Islam. Aktivitas syiah takfiri inilah yang suka dimanfaatkan untuk memfitnah syiah, seolah semua kaum syiah seperti itu. Seperti dalam kasus menghina istri dan sahabat Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga: Amerika Tawarkan Data Rahasia ke Israel untuk Temukan Pemimpin Hamas Tanpa Harus Menyerang Rafah

Baca Juga: Inilah 20 Quotes Terbaik Barry Allen Superhero The Flash Lengkap dengan Artinya, Penuh Inspiratif

Padahal semua ulama syiah mengharamkan perbuatan menghina seperti itu. Sayyid Ali Khamenei, seorang pemimpin dan marja besar Syiah di Iran dalam fatwa nya menyebutkan,

"Diharamkan menghina atau mencerca simbol-simbol (yang diagungkan) saudara-saudara kaum Sunni, termasuk istri Nabi. Pengharaman berlaku untuk seluruh istri para Nabi as, terutama istri Nabi Muhammad SAW."

Baca Juga: Hamas: Seorang Sandera Warga Inggris Tewas Terkena Bom Israel

Lalu juga fatwa dari marja besar Syiah di Irak, Sayyid Ali Sistani: "Perbuatan mencerca sahabat Nabi Muhammad SAW bertentangan dengan ajaran ahlul bait".

Lalu bagaimana sebenarnya pandangan syiah terhadap istri dan sahabat Nabi SAW? Memang ada sedikit perbedaan pandangan antara sunni dengan syiah, tentang para sahabat Nabi.

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Aroma Spanyol Semakin Kental. Persib Kenalkan Alberto Rodriguez Martin

Baca Juga: Bebaskan Palestina: Ratusan Orang dari Berbagai Kalangan di Jepang Ikuti The Intifada March

Perbedan itu yaitu: Keyakinan sebagian muslim Sunni terkait para sahabat, yakni bahwa seluruh sahabat adalah orang yang baik dan adil.

Apapun yang mereka lakukan adalah benar, karena Allah sudah meridhoi mereka atas apa yang telah mereka lakukan untuk menegakkan Islam.

Apapun yang pernah terjadi di antara para sahabat (permusuhan, pertengkaran, pembunuhan), maka kita umat generasi setelahnya harus diam, tidak usah mengkritisinya.

Baca Juga: MotoGP Prancis: Disiarkan Langsung Oleh Trans7 Minggu Malam Ini

Sedangkan keyakinan Syiah tentang sahabat: Menjadi orang baik adalah perjuangan seumur hidup. Bertemu Rasulullah SAW, bahkan berjuang bersama beliau bukanlah jaminan bahwa seseorang akan tetap baik hingga akhir hayat.

Baca Juga: Singapore Open 2023: Anthony Ginting Pertahankan Gelar dan Pecahkan Rekor 50 Tahun

Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib AS, terjadi beberapa peperangan yang mana para sahabat Nabi saling berhadapan. Mereka berperang dan ribuan sahabat Nabi terbunuh dalam peperangan itu.

Lantas berdasarkan fakta itu, apakah bisa dikatakan semua sahabat itu pasti adil dan pasti semua benar? Padahal mereka saling memerangi? Itulah sebabnya, mengapa muslim syiah bersikap kritis terhadap sahabat. Sebab tidak semua sahabat pasti benar dan pasti adil.

Terkait berbagai pertikaian dan saling bunuh itu, Syiah meyakini bahwa sikap kritis harus dipelihara. Harus ditetapkah dan dijelaskan, siapa yang benar dan siapa yang salah di antara mereka. 
 
lni bukan masalah menyimpan dendam kesumat, melainkan urusan siapa yang boleh dijadikan teladan bagi umat dan verifikasi hadis. 
 
 
Ketika ada dua hadis saling bertentangan; yang satu diriwayatkan oleh Muawiyah dan yang satunya lagi diriwayatkan oleh Ali, kaum Syiah hanya akan menerima hadis yang diriwayatkan oleh Ali. 
 
Ketika ada dua cara pandang yang kontradiktif terkait satu masalah, yang satu pandangan versi Sahabat X, yang kedua pandangan versi Ali, orang Syiah memilih mengambil pandangan Ali.
 
Nah, apakah pendirian sikap Syiah yang tetap bersikap kritis atas peristiwa sejarah di masa lalu bisa dijadikan sebagai alasan untuk menyebutnya sebagai kelompok sesat?
 
Apakah sikap Syiah yang lebih memilih riwayat dari Ali ketimbang Muawiyah disebut sebagai kesesatan? Bukankah dalam doktrin Sunni pun, sikap diam atas apa yang terjadi di antara para sahabat bukan bagian dari akidah? 
 
 
Jadi inilah yang perlu dipahami oleh masyarakat luas, bahwa bersikap kritis (seperti sikap Syiah) berbeda dengan mencerca/menghina.
 
Kaum muslim Syiah bukan mencerca atau menghina sahabat Nabi SAW. Sebab dalam pandangan Syiah juga, menghina manusia biasa saja sudah berdosa, apalagi menghina sahabat-sahabat Rasulullah SAW. ***

Berita Terkait