DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Pengamat Politik Ahmad Atang: Pencalonan Gibran Oleh Golkar adalah Paradoks

image
Pengamat politik Ahmad Atang.

ORBITINDONESIA.COM - Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang Ahmad Atang mengatakan, langkah politik Golkar yang mencalonkan Gibran Rakabuming sebagai bakal Cawapres adalah paradoks mengingat Golkar lebih mementingkan kader partai lain dibanding kadernya.

Hal ini ditegaskan Ahmad Atang di Kupang, Minggu 22 Oktober 2023 mengoemntasi pencalonan Gibran menjadi bakal Cawapres Prabowo Subianto oleh Golkar.

Baca Juga: Amerika Tawarkan Data Rahasia ke Israel untuk Temukan Pemimpin Hamas Tanpa Harus Menyerang Rafah

Golkar secara resmi melalui Rapimnas telah memutuskan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres mendampingi Prabowo Subianto.

Baca Juga: Presiden Jokowi tidak Memihak Salah Satu Calon Presiden

Sikap politik partai Golkar ini, kata Ahmad Atang, bukan sesuatu yang mengagetkan karena wacana ini sudah dibaca publik sejak lama.

Baca Juga: Hamas: Seorang Sandera Warga Inggris Tewas Terkena Bom Israel

Hal ini dapat dipahami mengingat koalisi Indonesia maju (KIM) sejak awal di desain untuk mendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, maka partai koalisi seperti PAN, Golkar, PBB dan Gelora tetap satu suara mendukung pasangan ini.

Demokrat sebagai pendatang baru, katanya, hanya mengikuti irama yang sama.

Dia mengatakan, dalam sejarah Pilpres, Golkar selalu menjadi partai pendukung dan bukan menjadi partai pengusung.

Baca Juga: Bebaskan Palestina: Ratusan Orang dari Berbagai Kalangan di Jepang Ikuti The Intifada March

Baca Juga: Mungkinkah Dinasti Politik Bikin Ganjar Pranowo-Mahfud MD Kalah?

Kader-kader Golkar selalu kalah populer dengan kader partai lain sehingga sikap politik mendukung figur dari partai lain.

Walaupun Golkar pernah menjadi partai pengusung Wiranto dan Yusuf Kalla namun hanya berhenti pada kedua figur tersebut dan tidak ada kelanjutannya, katanya.

Baca Juga: MotoGP Prancis: Disiarkan Langsung Oleh Trans7 Minggu Malam Ini

Dia menambahkan pilihan politik Golkar ini akan berisiko terhadap elektabilitasnya dalam pemilu mendatang.

Hal ini perlu diwaspadai karena antara pemilu dan pilpres berlangsung pada momentum yang sama, katanya. ***

Berita Terkait