DECEMBER 9, 2022
Ekonomi Bisnis

IMF: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Sebesar 3,1 persen pada Tahun 2024

image
Logo IMF (The International Monetary Fund) REUTERS/Yuri Gripas/File Photo (REUTERS/Yuri Gripas)

ORBITINDONESIA.COM - International Monetary Fund atau IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,1 persen pada tahun 2024. Ini naik 0,2 poin persentase dari prediksi sebelumnya yang tercatat dalam WEO Oktober 2023.

Adapun pada tahun 2025, IMF memperkirakan ekonomi dunia bertumbuh 3,2 persen. Itu tertera dalam Laporan WEO (World Economic Outlook) Januari 2024. 

Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas, dikutip dari blog IMF, Jakarta, Rabu, 31 Januari 2024 mengatakan, “Kami memperkirakan pertumbuhan lebih lambat di Amerika Serikat, di mana kebijakan moneter ketat masih berdampak pada perekonomian, dan di Tiongkok, di mana konsumsi dan investasi yang lebih lemah terus membebani aktivitas."

Baca Juga: Amir Uskara: Indonesia di Mata IMF

Adapun aktivitas di kawasan Euro diperkirakan akan sedikit pulih setelah tahun 2023 yang penuh tantangan karena harga energi tinggi dan pengetatan kebijakan moneter membatasi permintaan.

Selain itu, banyak negara lain yang terus menunjukkan ketahanan dengan percepatan pertumbuhan, seperti di Brasil, India, dan negara-negara besar di Asia Tenggara.

Lebih lanjut, proyeksi pertumbuhan global pada 2024-2025 masih di bawah rata-rata historis (2000-2019) sebesar 3,8 persen dengan tingkat suku bunga bank sentral yang tinggi untuk mengurangi laju inflasi, penarikan dukungan fiskal di tengah utang tinggi membebani aktivitas ekonomi, dan pertumbuhan produktivitas dasar yang rendah.

Baca Juga: Ekonom Pemenang Nobel Paul Krugman: Ekonomi China Sedang Terpuruk

Kemudian, inflasi menurun lebih cepat dari perkiraan di sebagian wilayah seiring masalah sisi pasokan dan kebijakan moneter yang ketat mereda.

Inflasi global diperkirakan turun menjadi 5,8 persen pada tahun 2024 dan 4,4 persen pada tahun 2025. Proyeksi inflasi global pada tahun 2025 turun dari prediksi sebelumnya.

Dengan disinflasi dan pertumbuhan yang stabil, kemungkinan hard landing telah mereda dan risiko terhadap pertumbuhan global secara umum seimbang.

Baca Juga: Ir Wisnu Salman: Greenflasi Menuju Ekonomi Hijau

Di satu sisi, disinflasi yang lebih cepat dapat menyebabkan pelonggaran kondisi keuangan lebih lanjut. Kebijakan fiskal yang lebih longgar dari perkiraan dapat menyiratkan pertumbuhan lebih tinggi untuk sementara, tetapi dengan penyesuaian lebih mahal di kemudian hari.

Menurut dia, momentum reformasi struktural yang lebih kuat dapat meningkatkan produktivitas dengan dampak lintas batas (cross-border spillovers) yang positif.

Di sisi lain, lonjakan harga komoditas baru akibat guncangan geopolitik dan gangguan pasokan dapat memperpanjang kondisi moneter yang ketat.

Baca Juga: Angela Tanoesoedibjo: Potensi Perekonomian yang Menjanjikan Bisa Hadir Berkat Gaya Hidup Vegan

“Masalah sektor properti yang semakin dalam di China, atau di tempat lain, (dan) peralihan yang mengganggu pada kenaikan pajak dan pemotongan belanja juga bisa menimbulkan (risiko) penurunan pertumbuhan (growth disappointments),” ungkap dia. ***

Sumber: Antara

Berita Terkait