DECEMBER 9, 2022
Kolom

Salamuddin Daeng: Dirty Campaign, Serta Ancaman Misinformasi dan Disinformasi Pada Pemilu 2024

image
Salamuddin Daeng tentang ancaman misinformasi dan disinformasi. (Foto: Portal DPD)

ORBITINDONESIA.COM - World Economic Forum (WEF) tidak salah! Menempatkan misinformation dan disinformation dalam urutan teratas sebagai top risk atau risiko terbesar, yang dihadapi banyak negara dalam dua tahun mendatang. 

Apakah analisis mereka kosongan? Tentu saja tidak. Ini bukan sekedar analisis, ini adalah agenda. Ada yang merencanakan, menjalankan dan membiayainya, karena ini adalah agenda yang berkaitan dengan uang. 

Tapi kalau dilihat secara lebih cermat, kok tampaknya agenda ini secara khusus untuk Indonesia. Mengapa? Karena ketemu momentumnya yakni pemilu 2024. Jadi ibarat botol ketemu tutupnya, kapan lagi bisa mengerjakan sebuah rencana dengan leluasa. 

Baca Juga: KPU RI: Puluhan Pemantau Pemilu Asing akan Datangi TPS Pada Hari Pemungutan Suara 14 Februari 2024

Jadi banyaknya black campaign, dirty campaign, belakangan ini jangan dipandang enteng.. Ini bukan berasal dari dalam negeri semata, ini ada bohirnya dari luar. 

Mereka menangkap peluang  untuk menciptakan polarisasi yang tajam di dalam masyarakat indonesia. Ingat institusi hukum telah dihabisi dengan tema etik, proses pemilu didelegitimasi dengan berbagai argumentasi yang tidak dapat dikonfirmasi, apalagi dibuktikan secara hukum. 

Nah, sekarang kita lihat setelah disinformation dan misinformation, apa agenda berikutnya? WEF menyebut berikutnya adalah polarization, bahasa lainnya belah dua, lalu adu domba. 

Baca Juga: Jelang Pemungutan Suara Pemilu 2024, Kanwil Kemenkumham DKI Perketat Pengawasan Orang Asing

Lalu bagaimana cara kita menghadapinya? Kalau kita larut, ya berarti kita akan terguncang dalam kekacauan.

Ada satu cara mengatasinya yang membuat asing ciut, yakni kasih menang tebal presiden pilihanmu.

Lihat siapa yang mengedepankan, mengutamakan, mempersatukan bangsa, dan tinggalkan semua pemain pilpres yang doyan doyan adu domba dan tega menjadikan masyarakatnya sebagai obyek, hanya untuk kekuasaan semata. 

Baca Juga: Orang Asing di Jakarta Utara Diawasi Ketat, Qriz Pratama: Pastikan tidak Ada Campur Tangan Asing di Pemilu

Orang orang ini tega menggunakan segala macam cara, termasuk melakukan kampanye kotor di era masa tenang. Kita bilang tenang tenang tenang, malah panik dan ngamuk.

Nah, jangan berkumpul dalam lingkungan semacam itu. Tapi tidak usah melayani pertengkaran medsos dengan mereka, karena meraka tidak tahu bahwa pertengkaran ini adalah agenda global dan ada yang membiayainya.

Oleh: Salamuddin Daeng, pengamat ekonomi dan politik. ***

Sumber: Medsos WhatsApp

Berita Terkait