DECEMBER 9, 2022
Kesehatan

Polusi Udara Pengaruhi Tingkat Rawat di Rumah Sakit atau Hospitalisasi Akibat Penyakit Kardiovaskular

image
Ilustrasi seorang warga menutup mulut dan hidung untuk mengurangi paparan polusi udara, yang bisa berdampak pada penyakit kardiovaskular. (ANTARA/HO-Kementerian Kesehatan)

ORBITINDONESIA.COM - Paparan berkepanjangan terhadap polutan udara partikulat halus (PM2.5) dapat meningkatkan risiko hospitalisasi akibat penyakit kardiovaskular di kalangan orang dewasa atau tua.

Dampak polusi udara terhadap penyakit kardiovaskular itu diungkapkan para peneliti di Amerika Serikat.

Studi di AS yang dipimpin para peneliti dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard T.H. Chan mengungkapkan, ketika paparan kronis terhadap PM2.5 berada antara 7 dan 8 mikrogram per meter kubik (μg/m3) tingkat rata-rata nasional, risiko rata-rata hospitalisasi akibat penyakit kardiovaskular pada orang tua adalah 3,04 persen setiap tahunnya.

Baca Juga: Waduh, Studi Menunjukan Polusi Udara Memangkas Angka Harapan Hidup hingga Lima Tahun di Asia Selatan

Dikutip dari Medical Daily, Senin, 26 Februari 2024, dengan menurunkan tingkat rata-rata tahunan PM2.5 dari 7-8 μg/m3 menjadi di bawah 5 μg/m3, hospitalisasi penyakit kardiovaskular secara keseluruhan dapat dikurangi sebesar 15 persen.

Rilis temuan studi ini bersamaan dengan pembaruan teranyar oleh Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) tentang Standar Kualitas Udara Ambien Nasional.

Standar yang direvisi bertujuan untuk menurunkan tingkat rata-rata PM2.5 tahunan yang diperbolehkan di negara tersebut dari 12 μg/m3 menjadi 9 μg/m3.

Baca Juga: Hidup di Tengah Polusi Udara, Begini Pesan Kemenkes untuk Warga di Kawasan DKI Jakarta

"Waktu dari studi kami tidak bisa lebih kritis lagi, dan implikasinya sangat mendalam. Temuan kami mengkuantifikasi manfaat dari menerapkan kebijakan kontrol polusi udara yang lebih ketat bahkan lebih ketat dari standar baru Badan Perlindungan Lingkungan, yang jauh lebih tinggi daripada standar 5 mikrogram per meter kubik yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia," kata penulis utama Yaguang Wei, peneliti di Departemen Kesehatan Lingkungan.

Temuan tersebut diperoleh setelah menguji catatan rumah sakit dan tingkat paparan PM2.5 dari hampir 60 juta penerima Medicare antara tahun 2000 dan 2016. Para peserta semuanya berusia di atas 65 tahun.

Para peneliti mengembangkan peta prediktif tingkat PM2.5 di seluruh negara dari berbagai sumber data polusi udara dan menghubungkannya dengan kode ZIP tempat tinggal penerima.

Baca Juga: Waduh Inilah Dampak Polusi Udara Terhadap Perkembangan Anak dan Ibu Hamil

Para peserta diikuti hingga masuk rumah sakit pertama kali untuk salah satu dari tujuh subtipe penyakit kardiovaskular (CVD) utama: penyakit jantung iskemik, penyakit serebrovaskular, gagal jantung, kardiomiopati, aritmia, dan aneurisma aorta toraks dan abdominal.

"Studi ini menemukan bahwa paparan rata-rata tiga tahun terhadap PM2.5 berkaitan dengan peningkatan risiko masuk rumah sakit pertama kali untuk semua kondisi kardiovaskular, terutama penyakit jantung iskemik, penyakit serebrovaskular, gagal jantung, dan aritmia. Untuk CVD gabungan, studi ini menemukan bahwa ketika paparan kronis terhadap PM2.5 berada antara 7 dan 8 μg/m3, yang mewakili tingkat rata-rata nasional saat ini, rata-rata risiko hospitalisasi untuk penyakit kardiovaskular pada orang tua adalah 3,04 persen setiap tahun," demikian bunyi rilis berita tersebut.

Ketika paparan kronis terhadap PM2.5 memenuhi pedoman WHO di bawah 5 μg/m3, risiko hospitalisasi untuk CVD ditemukan sebesar 2,59 persen setiap tahunnya.

Baca Juga: Jakarta Berada di Posisi ke 6, Kota dengan Polusi Udara Tertinggi di Dunia Menurut IQAir, Peringkat 1 Kuwait

Selain itu, para peneliti mencatat bahwa tidak ada ambang batas aman yang ditetapkan untuk paparan kronis terhadap PM2.5.

Risiko kesehatan tetap signifikan setidaknya selama tiga tahun setelah paparan kronis, dengan dampak yang tidak proporsional pada individu dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah, akses terbatas ke perawatan kesehatan. ***
 

Sumber: Antara

Berita Terkait