DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Karto Bugel: Parpol Apa Mobil Omprengan

image
Ketum Partai NasDem Surya Paloh membuka secara resmi Kemah Restorasi dan Sekolah Kader Partai NasDem Jawa Barat, di Hutan Pinus Cikole Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis, 1 September 2022.

ORBITINDONESIA - Bila anda adalah salah satu pecinta KPop, tak mungkin nama Bangtan Boys atau BTS lewat dari referensi anda. Itu seperti mustahil karena boyband itu justru adalah salah satu icon KPop paling terkenal di dunia.

Ketika anda benar pecinta BTS, sudah pasti anda juga tahu siapa Jungkook. Dia anggota termuda di grup sebagai Main Vocalist, Lead Dancer dan Sub Rapper.

Konon, Jungkook BTS ini juga diketahui memiliki koleksi mobil mewah. Salah satu nya adalah Mercedes Benz GT 63 S. Itu jenis mobil dengan DNA balap dari merek yang juga sudah sangat terkenal.

Baca Juga: Pilkada Depok 2024: Sudah Resmi, Supian Suri Jadi Calon Wali Kota yang Diusung PDI Perjuangan

Baca Juga: Prediksi Skor dan Head To Head Pertadingan Aston Villa vs Manchester United

Ketika dia menaiki mobil tersebut, persepsi para penggemarnya pasti akan bilang cocok antara mobil dan siapa di belakang kemudi. itu tak bicara siapa jual siapa. Tak ada image memaksa kita bicara Jungkook mengiklankan Mercedes atau sebaliknya.

Berbeda bila dia justru naik mobil dengan merek Renault Samsung misalnya. Sedikit dari kita mungkin masih kenal Renault sebagai mobil dan namun Samsung, itu lebih familiar pada merek smartphone.

Baca Juga: Pilkada Jawa Tengah: Partai Golkar Godok Raffi Ahmad, Pengamat Teguh Yuwono Bilang Menarik

Bila itu terjadi, jelas Renault Samsung adalah pihak yang beruntung. Itu seperti Jungkook sedang mengiklankan merek mobil tersebut. Itu terlihat seperti Renault Samsung sedang naik Jungkook.

Baca Juga: Madura United Kokoh di Puncak Klasemen Sementara Liga 1 2022 - 2023, Hugo Gomes Panen Pujian

Itulah gambaran sederhana dari Nasdem dan PAN hari-hari ini. Nasdem dan PAN sebagai kendaraan politik, yang fungsinya adalah sebagai "alat angkut", kini justru terlihat sedang menaiki bukan dinaiki. Udik bin kampungan, tapi itulah realitas politik kita hari ini.

Baca Juga: Kabar Duka, Jaksa Agung Muda Pidana Umum Fadil Zumhana Meninggal

Parpol yang salah satu tugasnya adalah untuk melahirkan dan mempersiapkan kader, kini terlalu malas melakukan hal tersebut. Paling tidak, kini itu terjadi pada 2 partai tersebut.

Yang lain, yang warna dan tipikalnya mirip dua partai itu, yang hanya ingin sekedar eksis belaka hingga tahun 2024, pasti akan segera menyusul. Itu hanya soal waktu saja.

"Tapi bukankah mereka begitu karena ada aturan Presidential Threshold yang 20 persen itu?"

Baca Juga: Pilkada Kota Semarang: Hevearita Gunaryanti Rahayu Diperintah Megawati Maju Bertarung

Baca Juga: Madura United Bungkam Persita Tangerang: Sapeh Kerrap Mantab di Puncak, Pendekar Cisadane Peringkat 5

Ketika Nasdem, Demokrat dan PKS bergabung misalnya, dan setelah mereka bergabung lalu bertiga sepakat mengusung si A atau si B, bagus-bagus capres dan cawapresnya berasal dari salah satu dari gabungan 3 partai tersebut, itu masuk akal.

Pada Nasdem misalnya, tampakkah pola tersebut? Bukankah pada Partai itu justru seolah terbalik? Dia justru sibuk kumpulkan sosok terkenal sebagai penumpang dan baru kemudian cari partner untuk terpenuhinya PT 20 persen itu?

Baca Juga: Pilkada Jakarta, Didik J Rachbini: Gagasan Pasangkan Anies Baswedan dan Ahok adalah Eksperimen Berani

Anehnya, dari 3 bacapres tersebut, tak ada satupun adalah kadernya. Yang kemudian dia tawarkan, adakah satu saja nama berasal dari pembibitannya? Apakah itu justru tak terlihat seperti calo belaka?

Seharusnya, karena satu dan lain hal undang-undang telah membuat parpol seolah menjadi satu-satunya kendaraan bagi rakyat bila ingin menjadi Kepala Daerah dan Kepala Negara, dia menjadi pusat pembibitan.

Baca Juga: Madura United Taklukkan Persita Tangerang di Pekan ke 8 Liga 1 2022 - 2023

Baca Juga: Pilkada Depok: PKS dan Golkar Sepakat Gotong Royong Usung Imam Budi Hartono dan Ririn Farabi Arafiq

Maka, nalar sederhana pun langsung berkata bahwa tugas pengkaderan para calon pemimpin seharusnya memang berasal dari parpol. Bahwa hal itu kini tak terjadi, itu adalah kegagalan perpolitikan kita.

"Kenapa bisa begitu?"

Bisa karena malas, mahal, saling iri dan cemburu, nepotisme dan hingga banyak alasan lain. Bila hadir seperti alamiah sifat, pada setiap dirinya termaktub makna super sehingga tak ada orang lain boleh lebih hebat dari dirinya.

Baca Juga: InJourney Airports Siapkan 13 Bandara untuk Embarkasi dan Debarkasi Layani Angkutan Haji 2024

Lihat saja peran subyektifitas dari para Ketum nya sendiri. Mereka sulit legowo saat memberi. Mereka juga sering mudah distracted pada penglihatan bahwa rumput tetangga lebih baik.

Baca Juga: Seorang WNI Asal Jawa Tengah di Jepang Bunuh Diri

Kini hal seperti itu telah menjadi cara dan kebiasaan. Mereka terlihat seperti produk yang malas menanam, anehnya, tapi ingin turut memanen. Luar biasanya, tanpa adab dan malu, mereka ingin panenan terbaik, terhebat dari bibit paling menjual.

Baca Juga: Bagus Ahmad Rizaldi: Klub Presiden untuk Wujudkan Angan Seabad Negeri, Belajar dari Tradisi Politik di AS

Kepopuleran Andika Perkasa, Anies dan Ganjar membuat Nasdem tersungkur pada rasa minder. Tak ada bibit pernah mereka semai maka tak ada panen telah membuat partai yang berumur 11 tahun dengan dua kali pemilu itu ingin menjemput untung.

Tiga sosok dengan ukuran survey memiliki elektabilitas tinggi itu mereka anggap pantas untuk ditumpangi. Anehnya dengan cara menjadi penumpang dari mobil sah dan terdaftar sebagai alat angkut 2024.

Pun PAN, partai tua, partai senior seumur reformasi itu juga tak pernah belajar cara membibit. Ga tanggung-tanggung, semua nama yang muncul dan terpikir memiliki potensi, diambilnya. Konon di sana ada 9 nama mereka sebut.

Baca Juga: Belgia, Denmark, dan Spanyol Menyambut Resolusi tentang Keanggotaan Palestina di Majelis Umum PBB

Baca Juga: Bali United Sukses Raih 3 Poin, Nadeo Argawinata: Sulit Menang di Markas Persebaya Surabaya

Meski ada sedikit rasa PeDe nama ketum nya juga disebut, itu lebih terlihat seperti basa basi belaka. Partai berumur 24 tahun itu masih seperti bayi kemarin sore yang tak tahu bahwa kehadirannya seharusnya adalah sebagai pusat bibit pemimpin. Kini, partai itu, tak kurang dan tak lebih, dia hanya seperti broker saja.

Ya, dua partai itu tak kurang dan tak lebih justru terlihat sedang menaiki bukan seperti seharusnya sebuah kendaraan politik. Dia seperti sedang berusaha numpang hidup dari kader orang lain.

Baca Juga: Mesir, Arab Saudi, dan Irak Sambut Resolusi Majelis Umum PBB tentang Keanggotaan Palestina

Seperti mobil omprengan, dua partai ini terlihat sedang menawarkan jasa tumpangan. Kemanapun arah akan dituju, bukan lagi hal penting.

Sejatinya, dia memang seperti mobil tumpangan resmi dan terdaftar namun tanpa rute pasti.  Dia lebih terlihat ingin mengambil manfaat bukan menjadi bagian yang bermanfaat.

RAHAYU

Baca Juga: Andi Sulaiman Bersama Relawan Mengantar Formulir Bakal Calon Gubernur Kalimantan Utara ke DPC PPP

Karto Bugel***

Berita Terkait