DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Disebut Islamphobia, Ini Isi Ceramah Islah Bahrawi soal Riba dan Teroris di Depan Mahasiswa IPDN

image
Islah Bahrawi, Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia disebut islamphobia.

ORBITINDONESIA - Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi disebut islamphobia setelah menyampaikan ceramah yang dianggap dapat menimbulkan kesalahpahaman tentang riba dan bank, saat di sebuah acara yang dihadiri mahasiswa IPDN, Juni 2022 lalu.

Penilaian soal Islah Bahrawi islamphobia itu datang dari Wakil Sekretaris Partai Gerindra Azis Subekti usai mengunggah potongan video ceramah Islah Bahrawi di akun Twitter-nya.

Baca Juga: 14 Klub Sepak Bola Papan Atas di Asia Tenggara Siap Bertanding di Kualifikasi ASEAN Club Championship Juli

"Pak @mohmahfudmd apa ini bisa dikategorikan islamophobia di tubuh institusi pemerintah? Jelas cara menyampaikan narasi cenderung subjektif akan memicu kesalahpahaman terhadap Islam dan ini mengarah pada relativisme agama yang membahayakan semua agama….," tulis Azis Subekti sebagai caption video Islah Bahrawi.

Baca Juga: Sampaikan Soal Hukum Riba dan Bank, Politisi Gerindra Sebut Islah Bahrawi Islamphobia

Dalam video tersebut, Islah Bahrawi menceritakan soal penangkapan puluhan terduga teroris oleh Densus 88 di Poso.

Baca Juga: Pilkada Jakarta, Anthony Leong: Ahok Punya Energi dan Modal Sosial Besar untuk Bertarung

"Ketika kemarin Densus 88 melakukan penangkapan sebanyak 22 orang secara serentak di semua sekitar Poso... ada salah satu anak muda yang saya wawancarai, saya interogasi" kata Islah dalam video tersebut.

Islah Bahrawi anak tersebut berusia remaja yang belum genap 17 tahun. Dia ditangkap karena ingin melakukan aksi teror.

Baca Juga: Gaji Perangkat Desa Lampung Timur Dicicil Pemerintah, Zaiful Bokhari Yakin Ada Unsur Pidana

Baca Juga: Piala Asia Putri U17: China Menang Melawan Thailand

"Melakukan latihan militer untuk naik ke Gunung Biru (tempat persembunyian teroris Santoso cs)" ungkapnya.

Dari hasil interogasi, Islah Bahrawi menemukan bahwa anak muda tersebut merupakan salah satu siswa SMAN 1 Poso.

"Akademisnya bagus, nilainya bagus, punya kecerdasan lalu dia keluar dari sekolah itu dan berhenti, karena apa? Dia mendapatkan pemahaman bahwa sekolah ini dibangun oleh negara thagut dengan biaya dari uang riba," paparnya.

Baca Juga: Zulkifli Hasan Bantah Melobi Kursi Kabinet Ketika Kunjungan Rombongan PAN Temui Presiden Jokowi

Baca Juga: Hotman Paris Sarankan Lampung Timur Dilebur dengan Kabupaten Terdekat

Anak muda tersebut menganggap bahwa negara Indonesia ini adalah negara riba karena menggunakan sistem perbankan.

Selanjutnya, Islah Bahrawi juga menceritakan salah seorang mahasiswi Gunadarma yang memiliki pemahaman serupa.

Baca Juga: Anggota DPR RI Dedi Mulyadi Sebut Penyanyi Mahalini Dinikahi Rizky Febian Sesuai Syariat Islam

"Dia meyakini bahwa karena semua bank itu riba, lalu semua ini menjadi riba, termasuk jalan aspal yang melibatkan bank, gaji pegawai negeri melibatkan bank, sehingga menurut dia KTP itu haram," ujar Islah Bahrawi.

Baca Juga: Saudi Akan izinkan Konsumsi Minuman Alkohol

Ia kemudian mendatangi Mabes Polri dan meminta untuk dibunuh dengan membawa Airsoft Gun, kejadian tersebut terjadi pada tahun 2020 lalu.

Baca Juga: Pilkada Solo: Kaesang Pangarep Bikin Target Menangkan Calon yang Diusung PSI

"Saya mengambil kesimpulan bahwa paham-paham yang seperti ini pada akhirnya memberikan kita kepada dua pilihan, menjadi orang munafik atau menjadi manusia yang sempit," kata Islah.

Islah Bahrawi juga menyarankan agar seseorang mempelajari agama secara komprehensif.***

Berita Terkait