Transformasi Skinhead: Dari Perlawanan Kelas ke Spektrum Ideologi

ORBITINDONESIA.COM – Subkultur skinhead, yang awalnya lahir sebagai simbol perlawanan kelas pekerja, kini menghadapi tantangan identitas di tengah spektrum ideologi yang beragam. Dari antifasis hingga fasis, skinhead terus bertransformasi.

Sekilas, skinhead mungkin terlihat seragam dengan tampilan cukur gundul dan sepatu bot. Namun, perjalanan subkultur ini tidaklah sesederhana itu. Lahir dari kelas pekerja Inggris, skinhead awalnya adalah simbol kebanggaan sosial dan rasial. Namun seiring waktu, kebanggaan ini bercampur dengan berbagai ideologi, baik yang antifasis maupun yang fasis.

Kemunculan skinhead dipengaruhi oleh kultur imigran kulit hitam pasca Perang Dunia II. Mereka memperkenalkan musik seperti ska dan reggae, yang menjadi bagian integral dari subkultur ini. Namun, seiring masuknya imigran dari Pakistan, kekhawatiran akan pekerjaan menciptakan ketegangan rasial, memicu aksi kekerasan seperti 'Paki-Bashing'. Beberapa kelompok skinhead terlibat dalam kekerasan tersebut, menunjukkan perpecahan ideologi di dalamnya.

Perpecahan di antara skinhead menunjukkan kompleksitas subkultur ini. Beberapa kelompok berpegang teguh pada akar antifasis mereka, mengingat asal-usul yang inklusif dan multirasial. Sementara itu, kelompok lain terjebak dalam ideologi sayap kanan dan chauvinistik. Gerakan seperti SHARP dan RASH muncul untuk melawan kecenderungan rasis dan fasis, mengingatkan kita bahwa skinhead sejati adalah mereka yang menolak prasangka rasial.

Perjuangan melawan ideologi rasis dalam komunitas skinhead belum berakhir. Di era digital, narasi ultra-nasionalisme mendapatkan angin segar, menantang kelompok yang berjuang untuk kembali ke akar inklusif dan antifasis. Pertanyaan yang tersisa adalah: Bisakah skinhead kembali ke jalur yang lebih inklusif dan damai, atau akankah perpecahan ideologi ini terus berlanjut?

(Orbit dari berbagai sumber, 25 Agustus 2025)