Memahami Kesenjangan Konektivitas: Tantangan dan Solusi di Era Digital

ORBITINDONESIA.COM – Setiap dua menit, pekerja digital mengalami gangguan dari rapat, email, atau pesan. Sementara itu, sebagian pekerja tidak dapat mengakses slip gaji karena keterbatasan digital.

Di era digital saat ini, pekerja terbelah menjadi dua kelompok: mereka yang hyperconnected dan hypoconnected. Hyperconnected mengalami hari kerja tanpa akhir, sementara hypoconnected terpinggirkan karena kurangnya akses digital. Fenomena ini menimbulkan tantangan bagi tenaga kerja modern.

Secara global, 40% pekerja memeriksa email di pagi buta, dan gangguan digital meningkat 15-20% setiap tahun. Sementara itu, pekerja dengan keterbatasan digital seperti petugas kebersihan rumah sakit terhambat oleh kurangnya keterampilan dan infrastruktur digital, yang semakin memperlebar kesenjangan.

Kedua kelompok menghadapi masalah serius: hyperconnected pekerja berisiko burnout, sedangkan hypoconnected terhambat dari peluang ekonomi. Organisasi harus mengadopsi prinsip ‘konektivitas layak’ yang inklusif dan aman untuk menjembatani kesenjangan ini dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Era digital menawarkan fleksibilitas dan akses, namun tanpa pengelolaan yang tepat, dapat menciptakan ketidakseimbangan konektivitas. Prinsip konektivitas layak bisa menjadi solusi untuk menciptakan tenaga kerja yang inklusif dan siap menghadapi masa depan. Bagaimana kita bisa memastikan semua pekerja mendapatkan manfaat dari digitalisasi ini?