Kontroversi Budaya Kerja di Big-Tech: Antara Santai dan Pengembangan Diri

ORBITINDONESIA.COM – Seorang insinyur perangkat lunak Microsoft mundur karena terlalu santai, memicu debat baru tentang budaya kerja di Big-Tech.

Fenomena menarik ini muncul di tengah diskusi tentang budaya kerja di perusahaan teknologi besar. Seorang insinyur Microsoft dari Singapura mengundurkan diri setelah hanya 20 hari bekerja. Alasannya? Lingkungan kerja yang terlalu santai yang dianggap menghambat pengembangan diri.

Pandangan beragam muncul di media sosial, membahas pro dan kontra dari lingkungan kerja yang 'terlalu santai'. Beberapa berpendapat bahwa kerja keras di awal karier penting untuk pengembangan, sementara yang lain menyoroti pentingnya keseimbangan hidup-kerja. Tren ini relevan di tengah otomatisasi dan PHK massal di perusahaan teknologi besar seperti Microsoft, Meta, dan Google.

Opini masyarakat terpecah antara mengutamakan 'grind' atau menikmati pekerjaan yang santai. Ada yang melihat pentingnya kebijakan kerja yang fleksibel, sementara yang lain mengkhawatirkan dampak fisik dan mental dari kerja berlebihan. Pemerintah didesak untuk menetapkan kerangka kebijakan kerja yang sehat dan seimbang.

Debat ini membuka mata tentang perlunya keseimbangan antara kerja keras dan kenyamanan. Mungkin saatnya kita bertanya, apakah pengembangan karier harus selalu berarti mengorbankan kesehatan dan kebahagiaan? Sebuah refleksi untuk kebijakan kerja yang lebih manusiawi.

(Orbit dari berbagai sumber, 9 September 2025)