Krisis Pemerintahan di Madagaskar: Protes Berujung Pemberhentian Massal

ORBITINDONESIA.COM – Protes besar-besaran kembali mengguncang Madagaskar, menuntut perubahan drastis di tengah krisis energi yang melanda negara ini.

Presiden Madagaskar, Andry Rajoelina, baru-baru ini memecat menteri energi karena dianggap tidak menjalankan tugas dengan baik, namun hal ini memicu protes yang lebih besar. Ribuan orang turun ke jalan menuntut agar presiden dan seluruh kabinetnya mundur, menandakan ketidakpuasan yang sudah mengakar terhadap pemerintahan saat ini.

Krisis ini tidak hanya tentang kegagalan dalam sektor energi, tetapi juga mencerminkan ketidakstabilan politik yang telah lama membayangi Madagaskar. Setelah kemerdekaan pada tahun 1960, negara ini telah mengalami berbagai pemberontakan, termasuk protes besar pada 2009 yang mengantar Rajoelina ke tampuk kekuasaan. Kini, setelah terpilih kembali untuk ketiga kalinya pada 2023, Rajoelina menghadapi tantangan terberatnya.

Dalam pandangan beberapa pengamat, protes ini menunjukkan lemahnya fondasi demokrasi di Madagaskar. Meskipun ada elemen kekerasan dalam demonstrasi, banyak yang percaya bahwa ini adalah akibat langsung dari frustrasi rakyat yang sudah lama terabaikan. Sementara pemerintah menuduh ada pihak-pihak tertentu yang memprovokasi kerusuhan, sebagian besar masyarakat hanya ingin hak dasar mereka terpenuhi.

Situasi di Madagaskar menimbulkan pertanyaan tentang masa depan negara ini. Akankah pemerintah mampu mengatasi krisis ini dan merebut kembali kepercayaan publik? Atau akankah ini menjadi awal dari perubahan besar dalam lanskap politik Madagaskar? Waktu yang akan menjawabnya, tetapi yang pasti, rakyat Madagaskar menginginkan perubahan nyata.

(Orbit dari berbagai sumber, 1 Oktober 2025)