Paus Leo XIV Sebut Rencana Trump untuk Gaza Realistis, Desak Hamas Menerima

ORBITINDONESIA.COM - Paus Leo XIV menyebut rencana perdamaian 20 poin Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk Gaza sebagai proposal yang realistis dan mendesak kelompok Palestina Hamas untuk menerimanya dalam batas waktu yang telah ditentukan.

“Kami berharap mereka menerimanya; sejauh ini tampaknya proposal itu realistis,” kata Paus Leo XIV kepada wartawan di luar Villa Barberini sebelum kembali ke Vatikan pada Selasa, 30 September 2025.

Paus Leo XIV menekankan pentingnya gencatan senjata dan pembebasan para sandera, seraya menambahkan bahwa ada elemen-elemen yang sangat menarik dalam proposal tersebut.

Terkait armada kemanusiaan yang mendekati Gaza di tengah ketegangan yang sedang berlangsung, Paus Leo menegaskan pentingnya pengiriman bantuan secara segera.

“Ada keinginan untuk merespons darurat kemanusiaan yang nyata,” katanya, sambil menyatakan harapan agar tidak terjadi kekerasan dan semua orang dihormati.

Paus juga menyampaikan keprihatinannya terhadap retorika terbaru dari AS tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir, setelah Menteri Pertahanan Pete Hegseth mengumpulkan para pemimpin militer di bawah lembaga yang kini berganti nama menjadi Departemen Perang.

“Cara berbicara seperti ini mengkhawatirkan,” ujarnya, seraya mencatat bahwa hal tersebut mencerminkan meningkatnya ketegangan.

“Kami berharap ini hanya retorika. Kami berharap rencana ini berhasil, tapi jangan sampai terjadi perang; kita harus bekerja demi perdamaian,” tambah Paus.

Sebelumnya pada Senin, 29 September 2025, Trump mengumumkan rencana 20 poin untuk mengakhiri perang Israel di Gaza dalam konferensi pers di Gedung Putih bersama kepala otoritas Israel Benjamin Netanyahu.

Rencana tersebut menyerukan pembebasan semua sandera Israel dengan imbalan pembebasan puluhan tahanan Palestina, pelucutan senjata Hamas secara menyeluruh, penarikan bertahap pasukan Israel, serta pembentukan komite teknokratik dan apolitis Palestina untuk memerintah Gaza.

Rencana tersebut juga menyebutkan kemungkinan adanya jalan menuju penentuan nasib sendiri dan negara merdeka bagi Palestina, namun bukan sebagai jaminan.

Sejak Oktober 2023, tentara Israel telah membunuh lebih dari 66.000 warga Palestina di Gaza, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Pengeboman tanpa henti telah membuat wilayah kantong Palestina tersebut tidak layak huni, serta menyebabkan kelaparan massal dan penyebaran penyakit. ***