Alam Semesta Menuju Big Crunch: Kiamat Kosmik di Depan Mata
ORBITINDONESIA.COM – Studi terbaru mengungkapkan kemungkinan 'Big Crunch', akhir mengerikan bagi alam semesta yang selama ini dianggap mengembang selamanya.
Selama puluhan tahun, ilmuwan meyakini bahwa alam semesta mengembang tanpa batas. Namun, penelitian baru dari Universitas Cornell menantang pandangan tersebut. Dengan memanfaatkan data dari Survei Energi Gelap dan Instrumen Spektroskopi Energi Gelap, para peneliti kini memproyeksikan skenario yang jauh berbeda.
Tim peneliti, dipimpin Henry Tye, menemukan indikasi bahwa konstanta kosmologi mungkin bernilai negatif. Hal ini menyiratkan bahwa ekspansi alam semesta akan melambat, berhenti, dan akhirnya berbalik menjadi kontraksi. Dalam 11 miliar tahun ke depan, alam semesta dapat mencapai ukuran maksimum sebelum runtuh dalam 33 miliar tahun, menjadi satu titik tunggal, seperti di awal Big Bang.
Temuan ini menantang paradigma fisika modern, yang selama ini mendukung ekspansi tanpa batas. Meski hipotesis 'kiamat kosmik' memerlukan verifikasi lebih lanjut, ia didukung oleh data solid tentang energi gelap—komponen misterius yang mencakup 68% massa-energi alam semesta. Pandangan ini menawarkan perspektif baru tentang nasib kosmos dan mendorong diskusi lebih lanjut di kalangan ilmuwan.
Apakah Big Crunch adalah akhir yang tak terelakkan, atau akankah alam semesta mengungkap rahasia lain? Hanya waktu dan penelitian lebih lanjut yang dapat menjawabnya. Yang pasti, alam semesta terus mengundang kita untuk menjelajahi misterinya yang tak terbatas, mengingatkan kita akan betapa sedikitnya yang kita ketahui.
(Orbit dari berbagai sumber, 3 Oktober 2025)