11 Tewas dalam Kecelakaan Pesawat di Kenya Saat Menuju Cagar Alam Nasional Maasai Mara
ORBITINDONESIA.COM — Sebuah kecelakaan pesawat menewaskan 11 orang, sebagian besar turis asing, di wilayah pesisir Kwale, Kenya, Selasa dini hari, 28 Oktober 2025, saat dalam perjalanan menuju Cagar Alam Nasional Maasai Mara.
Maskapai penerbangan Mombasa Air Safari mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa delapan penumpang Hongaria dan dua penumpang Jerman berada di dalamnya, dan pilot Kenya juga tewas. Pesawat itu jatuh di daerah perbukitan dan hutan sekitar 40 kilometer dari landasan udara Diani, kata pihak berwenang.
Maskapai penerbangan tersebut tidak mengonfirmasi pukul berapa pesawat lepas landas dari landasan udara Diani, dengan mengatakan bahwa pilot tidak dapat berkomunikasi saat lepas landas dan menara kontrol bandara mencoba menghubunginya selama 30 menit sebelum pesawat ditemukan.
Badan-badan investigasi sedang menyelidiki penyebab kecelakaan yang terjadi pukul 05.30 waktu setempat, kata Komisaris Wilayah Kwale, Stephen Orinde, kepada The Associated Press. Saat itu, hujan deras melanda pesisir Kenya.
Pesawat itu terbakar, meninggalkan puing-puing hangus di tempat kejadian, kata para pejabat. Para saksi mata mengatakan kepada AP bahwa mereka mendengar ledakan keras, dan setibanya di tempat kejadian, mereka menemukan jenazah manusia yang tidak dapat dikenali.
Otoritas Penerbangan Sipil Kenya sebelumnya menyatakan bahwa 12 orang berada di dalam pesawat jenis Cessna Caravan tersebut.
Cagar Alam Nasional Maasai Mara terletak di sebelah barat garis pantai dan dapat dicapai dengan penerbangan langsung selama dua jam dari Diani, sebuah kota pesisir populer yang terkenal dengan pantainya yang berpasir. Cagar alam ini menarik banyak wisatawan karena menjadi lokasi migrasi rusa kutub tahunan dari Serengeti di Tanzania.
Pantai berpasir putih di pesisir Kenya di sepanjang Samudra Hindia menarik wisatawan dari seluruh dunia.
Menurut audit pengawasan keselamatan terbaru untuk Kenya yang dipublikasikan di situs web Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, sejak tahun 2018, negara tersebut berada di bawah rata-rata global dalam investigasi kecelakaan.***