Celios: Kerugian Bencana Aceh Tak Sebanding dengan Pendapatan dari Pertambangan dan Kelapa Sawit
ORBITINDONESIA.COM - Kerugian material yang dialami Provinsi Aceh akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor tidak sebanding dengan pendapatan yang didapat dari sektor pertambangan dan kelapa sawit.
Berdasarkan taksiran Center of Economic and Law Studies (Celios), kerugian material Aceh sekitar Rp 2,04 triliun.
Padahal, kata Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira Adhinegara, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor tambang hingga 31 Agustus 2025 cuma Rp 929 miliar, dan sumbangan Dana Bagi Hasil (DBH) Perkebunan Sawit Aceh hanya Rp 12 miliar, sementara dari sektor mineral dan batubara (minerba) Rp 56,3 miliar pada 2025.
Kerugian ekonomi secara nasional yang timbul akibat bencana banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, menurut Celios, mencapai Rp 68,6 triliun. Angka itu jauh lebih besar dibanding penerimaan Penjualan Hasil Tambang (PHT) nasional per Oktober 2025 yang hanya Rp 16,6 triliun.
Celios memperhitungkan 5 jenis kerugian yakni, kerugian rumah masing-masing Rp 30 juta per unit; kerugian jembatan masing-masing biaya pembangunan kembali Rp 1 miliar.
Lalu, kerugian pendapatan keluarga yang dihitung rata-rata harian tiap provinsi dikali 20 hari kerja; kerugian sawah dengan kehilangan Rp 6.500 per kilogram gabah dengan asumsi 7 ton gabah per hektar, dan perbaikan jalan Rp 100 juta per 1.000 meter.
Kabupaten Aceh Selatan termasuk daerah yang tertimpa bencana. Ada 11 kecamatan di wilayah itu yang terdampak. Sang Bupati, Mirwan MS, pada 27 November lalu menerbitkan surat tertuju kepada gubernur Aceh yang isinya menyatakan tidak sanggup menangani banjir di wilayahnya karena keterbatasan dana dan sarana.
Selang beberapa hari kemudian, pada Selasa, 2 Desember lalu, dia memboyong keluarganya pergi ibadah umroh. Ulah sang bupati kader Partai Gerindra itu mengundang kecaman dari warganya, yang sebagian masih tinggal di pengungsian.
Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Aceh Selatan, Denny Saputra menjelaskan, bupati berangkat umroh setelah melihat kondisi wilayahnya sudah membaik dari bencana banjir.
Denny juga membantah tudingan sang bupati meninggalkan rakyatnya di tengah bencana, sebab sebelum berangkat umroh Mirwan juga sudah menyambangi dan mengirim bantuan ke warga terdampak banjir.
Sementara itu, Gubernur Aceh Muzakir Manaf minta, bupati atau kepala daerah yang cengeng dan tidak mampu menangani bencana, lebih baik mengundurkan diri.
Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) Agus Andrianto mengungkapkan, ada 1 lembaga pemasyarakatan (lapas) di Aceh Tamiang yang terendam banjir sampai atap, sehingga terpaksa semua warga binaan atau tahanan dilepaskan demi keselamatan mereka.
Agus tidak menyebut berapa jumlah tahanan di lapas tersebut. Sedangkan lapas-lapas lain yang terdampak banjir tapi tidak parah, memindahkan para tahanannya ke lapas lain yang relatif aman dari bencana.***