DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Sri Sultan Hamengku Buwono X: Minoritas Tidak Boleh Dipaksa Harus Mengikuti Mayoritas

image
Sri Sultan Hamengku Buwono X Mengatakan Bahwa Mayoritas tidak Boleh Memaksa Minoritas.

ORBITINDONESIA - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan masyarakat golongan mayoritas atau dominan harus melindungi yang minoritas sebagai kunci menjaga kemajemukan di Tanah Air.

"Mereka yang dominan harus melindungi yang justru minoritas. Itu kunci menghargai kemajemukan," kata Sri Sultan melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Minggu 15 Januari 2023.

Baca Juga: Kapolda Jawa Barat: Korban Meninggal Dalam Kecelakaan Bus Pariwisata di Ciater Subang Berjumlah 11 Orang

Hal tersebut disampaikan Sultan dalam Dialog Kebangsaan di Universitas Dr. Soetomo, Surabaya, pada Sabtu.

Baca Juga: I Nengah Duija Kementerian Agama: Umat Hindu Indonesia dan Dunia Bisa Beribadah Rutin di Candi Prambanan

Menurut Sultan, dalam kemajemukan, kata "aku" dan "kamu" harus dipahami sebagai bagian dari "kita" karena Indonesia yang berbasis Maritim memiliki banyak suku dan bermacam-macam agama.

Baca Juga: Bus Rombongan Siswa SMK Lingga Kencana Depok Kecelakaan di Ciater, Subang, 9 Tewas Puluhan Luka-luka

"Maka tidak bisa dipaksakan untuk minoritas mengikuti mayoritas. Harus ada saling melindungi pada dua unsur mayoritas dan minoritas," kata Sultan.

Menurut Sultan, DIY merupakan miniatur Indonesia yang didalamnya berkumpul suku, ras dan agama yang berbeda.

Namun, kebijakan Sri Sultan adalah melarang siapapun yang bukan suku Jawa, untuk menjadi suku Jawa.

Baca Juga: Pilkada Depok 2024: Sudah Resmi, Supian Suri Jadi Calon Wali Kota yang Diusung PDI Perjuangan

Baca Juga: Menyambut 60 Tahun Denny JA: Dari Negara Kesejahteraan, Puisi Esai Sampai Agama Milik Semua

Raja Keraton Yogyakarta ini menegaskan tidak boleh ada identitas yang hilang pada diri masing-masing individu baik Suku Batak, Papua, Sunda dan lainnya dengan memahami budaya DIY, tempat di mana mereka bermukim.

Mengingat Indonesia sudah merdeka lebih dari 70 tahun, menurut dia, sudah sewajarnya jika masalah ideologi tersebut sudah tidak lagi diperdebatkan.

Baca Juga: Pilkada Jawa Tengah: Partai Golkar Godok Raffi Ahmad, Pengamat Teguh Yuwono Bilang Menarik

Oleh karena itu, Sri Sultan berharap di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo persoalan Ideologi Pancasila dituntaskan.

"Siapapun nanti yang menjadi presiden di tahun 2025, sudah tidak lagi membahas persoalan-persoalan fundamental. Tentu hal ini wajib dilakukan mengingat tantangan Indonesia ke depan semakin berat," kata dia.

Baca Juga: Heru Margianto: Mungkinkah Kita Mengikuti Yesus Tanpa Harus Menganut Agama Kristen

Baca Juga: Kabar Duka, Jaksa Agung Muda Pidana Umum Fadil Zumhana Meninggal

Dalam konteks birokrasi misalnya, menurut dia, ASN dalam penyelenggaraan Pancasila wajib memiliki pandangan, tidak hanya berkutat pada pemikiran bagaimana tidak ada kemiskinan dan kebodohan, namun harus ada penegasan pola pikir antikemiskinan dan antikorupsi.

"Antikemiskinan, antikebodohan ditambah lagi antikorupsi maupun penyalahgunaan wewenang wajib menjadi pegangan. Karena yang diambil dari konteks itu adalah keunggulan excellent berarti bicara keutamaan di dalam diri seorang manusia," ujar Sultan. ***

Berita Terkait