DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Pengamat: Kenaikan Tarif Ojol Hasil Revisi Sudah Oke

image
Ilustrasi kenaikan tarif ojol dinilai sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari.

ORBITINDONESIA - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan bahwa kenaikan tarif ojol (ojek online) merupakan sesuatu yang sulit dihindari.

Hal tersebut karena kenaikan tarif ojol merupakan langkah pemerintah untuk menyesuaikan kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak).

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Kendati demikian, menurutnya kenaikan tarif ojol yang saat ini berlaku masih dapat diterima.

Baca Juga: Berstatus Pemain Pinjaman, Loris Karius Gabung di Newcastle United

"Agustus lalu pemerintah sempat dua kali membatalkan rencana kenaikan tarif ojol. Yang saya lihat waktu itu, kenaikannya terlalu tinggi. Kalau kenaikan terlalu tinggi, justru akan berdampak negatif bagi driver karena masyarakat akan meninggalkan ojol. Untuk kenaikan tarif yang sudah direvisi saat ini, saya kira sudah oke karena tidak terlalu tinggi di tengah kenaikan harga yang lain dan memang tidak bisa dielakkan lagi,” ujar Piter di Jakarta, Rabu, 14 September 2022, sebagaimana dilansir OrbitIndonesia dari Antara.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Keputusan ini, lanjutnya, memang tidak mungkin bisa memuaskan semua pihak.

Namun penyesuaian tarif ojol dalam rentang angka tersebut sudah cukup sesuai, khususnya untuk para mitra driver.

Baca Juga: Profil Muhammad Said Fikriansyah yang Diduga Hacker Bjorka, Ternyata Orang Cirebon

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Kenaikan tarif ojol dalam kisaran tersebut juga dinilai masih memungkinkan bagi pemerintah untuk mengendalikan laju inflasi.

Pada Agustus lalu, laju inflasi berada di angka 4,69 persen.

Ketika inflasi naik, efek dominonya sangat luas, terutama harga BBM dan bahan kebutuhan pokok juga sudah mengalami kenaikan terlebih dahulu.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Baca Juga: Ahli Gizi Bilang Bahwa Kegemukan dan Darah Tinggi Bukan Dipicu Oleh Micin atau Penyedap Rasa, Tapi Oleh...

“Sejak awal saya mengkritisi kenaikan harga BBM jangan sekarang, itu karena dampaknya kena ke semua. Kenaikan harga ini efeknya akan berkelanjutan. Apalagi ditambah dengan kenaikan harga-harga yang lain, termasuk tarif ojol. Jadi turunnya harga beli masyarakat saat ini lebih disebabkan kenaikan harga secara umum,” tuturnya.

Namun dalam KMP 677 Tahun 2022, menurut Piter ada hal yang harus perhatikan, yaitu penurunan biaya sewa aplikasi dari 20 persen menjadi 15 persen.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Penurunan biaya sewa aplikasi itu, kata dia, perlu dilihat lagi sejauh mana dampaknya bagi pelayanan aplikator.

Tidak hanya untuk layanan ojol, tapi juga layanan lainnya seperti pesan antar makanan dan juga barang.

Baca Juga: Liga Champions 2022/2023: Real Madrid Melawan RB Leipzig, Carlo Anceloti Bakal Andalkan Eden Hazard

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

“Memang ini cukup menguntungkan buat mitra driver. Di satu sisi tarifnya naik, sementara di sisi lain biaya sewa aplikasi mereka turun. Tentu ini bagus bagi mitra driver, tetapi cukup berbahaya bagi keberlangsungan industrinya,” terang Piter.

Penurunan ini, imbuhnya, dikhawatirkan akan berdampak tidak baik bagi aplikator, terutama dalam melakukan program-program promosi maupun inovasi keamanan yang menjamin keamanan data aplikasi untuk konsumen maupun untuk mitra driver.

Pengembangan teknologi dan program-program promosi merupakan dua contoh komponen yang ditopang oleh keberadaan biaya sewa aplikasi yang juga menopang pertumbuhan industri ini.***

Berita Terkait