DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Hukum Roux tentang Karate, Kenapa Karateka Kuat Fisik dan Mental

image
Dua karateka tokoh karate aliran Shotokan Masatoshi Nakayama (kiri) dan Hirokazu Kanazawa (kanan).

 

ORBITINDONESIA.COM - Satu di antara hukum-hukum alam pengendali latihan Karate adalah Hukum Roux.

Hukum Roux mengajarkan bahwa gerakan-gerakan yang dilakukan secara teratur, terukur, terstruktur, dan berlanjut –seperti latihan Karate --menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis (faali) yang menetap (PFM) di dalam badan seorang karateka.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Alias, bisa karena biasa; biso jalaran soko kulino. Ini prinsip penerapan Hukum Roux dalam Karate dengan bahasa yang sederhana.

Baca Juga: Jadwal Pertandingan Liga Inggris Pekan ke 35: Arsenal dan Man City Masih Berpeluang Juara

PFM ini merupakan hasil latihan, mulai dari yang dapat disadari dan kasat mata (DKM) sampai yang tidak disadari dan tidak kasat mata (TDKM).

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Contoh PFM DKM adalah massa otot yang bertambah dengan kekuatan yang bertambah pula. Contoh PFM TDKM adalah meningkatnya kemampuan pengendalian keseimbangan badan ketika melakukan teknik-teknik yang sulit/komplek.

Teknik ushiro mawashi geri (tendang putar ke belakang) misalnya, biasanya baru bisa dilakukan setelah seorang Karateka mampu melakukan teknik ushiro geri (tendang sodok ke belakang) ratusan kali.

Kedua teknik itu biasa diajarkan pada tahun kedua latihan. Selanjutnya, teknik tendangan terbang memutar ke belakang (tobi ushiro mawashi geri) baru bisa dikuasai setelah seorang Karateka mampu melakukan ushiro mawashi geri.

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Baca Juga: Kementerian Urusan Islam Arab Saudi Luncurkan Pameran Al Quran di Brasil

Jadi ada persyaratan berjenjang dan bertahap untuk penguasaan teknik-teknik yang sulit. Tidak bisa melompat.

Pada awal melakukan ketiga teknik tersebut biasanya badan karateka akan bergoyang tidak seimbang dan cenderung nyaris jatuh atau jatuh beneran.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Tetapi lama-lama tanpa disadari, setelah gerakan ke sekian ratus atau ribu kali (tergantung bakat dan keseriusan berlatih), ketiga teknik itu bisa dilakukan dengan smooth, full speed, strike the target (S3). Sempurna.

Skill S3 ini menandakan meningkatnya kemampuan kendali keseimbangan badan, yang biasanya tidak disadari kapan persisnya datang tercapai.

Baca Juga: Webinar Satupena Akan Diskusikan Pentingnya Kanon Literasi Bagi Bangsa

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Itu berkaitan dengan perubahan fisiologis-sinerjis menetap pada beberapa persendian dan otot kaki-tangan-pinggul-bahu-leher, serta kimiawi cairan sumsum tulang belakang yang terhubung ke otak.

Rahasia di balik S3 ini adalah semangat dan serius berlatih alias persisten. Ini sejalan dengan wejangan orang tua dalam masyarakat (local wisdom) Jawa: "sopo wonge sing mbiasaake nahan luwih bakal entuk linuwih (siapa yang biasa menahan lapar akan mendapatkan kemampuan lebih)".

Skill S3 ini, langsung maupun tidak, tidak hanya bermanfaat untuk urusan urusan kesehatan dan beladiri tapi juga keselamatan, keamanan, dan produktivitas everyday life.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

(Mengutip KOMNASTOL) ***

 

Berita Terkait