DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Cacing Tanah di Anime Suzume no Tojimari Ternyata Terinspirasi dari Namazu, Apa Itu

image
Ilustrasi Namazu, hewan mitologi Jepang yang menjadi inspirasi di dalam anime Suzume no Tojimari.

ORBITINDONESIA.COM - Anime Suzume no Tojimari masih menjadi film nomor satu di bioskop Indonesia untuk kategori film animasi asing.

Hingga saat ini, anime Suzume no Tojimari masih bertenger di bioskop sejak tayang perdana pada 8 Maret 2023 lalu.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Diperkirakan, anime Suzume no Tojimari masih dapat ditonton di bioskop beberapa hari ke depan, mengingat antusiasme masyarakat menonton anime karya Makoto Shinkai ini yang besar.

Baca Juga: Begini Kondisi David Latumahina Usai 25 Hari Dirawat Intensif, Jutaan Doa Terus Mengalir Tiada Henti

Selain itu, anime Suzume no Tojimari juga memperkenalkan budaya-budaya Jepang kepada penggemarnya di Indonesia.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Beberapa budaya yang diketahui dan tidak diketahui orang Indonesia disisipkan Makoto Shinkai di dalam cerita yang diangkat di anime Suzume no Tojimari ini.

Salah satunya yakni adalah cacing tanah pembawa bencana.

Baca Juga: Hary Tanoesoedibjo Targetkan Perindo Raih 10 Persen Suara Nasional dan Menang di NTB Pemilu 2024

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Bagi yang sudah menonton anime Suzume no Tojimari, pasti mengetahui adanya mahkluk aneh yang menyebabkan bencana, khususnya gempa bumi di Jepang ini.

Tapi, tahukan kamu kalau ternyata mahkluk tersebut terinspirasi dari salah satu mahkluk mitologi Jepang, yakni Namazu.

Seperti apa Namazu itu?

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Baca Juga: Presiden Jokowi dan Megawati Soekarnoputri Bertemu di Istana 3 Jam, Hasto Kristiyanto: Membahas Pemilu 2024

Dilansir dari abstrak skripsi berjudul "Kearifan Lokal dari Mitos ”Namazu” sebagai Penyebab Gempa Bumi di Jepang" yang ditulis Risnawati dari Universitas Sumatera Utara (USU), Namazu adalah makhluk mitologi berupa ikan berukuran besar yang ada di bawah tanah.

Makhluk ini dikaitkan dengan gempa bumi di Jepang tepatnya di sekitar Danau Biwa, Chikubushima dan kemudian menyebar di wilayah Kanto.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Mitos namazu muncul pada Oktober tahun 1855 seiring dengan gempa besar yang mengguncang kawasan Edo.

Baca Juga: Jelang Ramadhan 2023 Jangan Lewatkan Sahur Ketika Puasa, Ini Kata Ahli Gizi: Paling Terakhir Itu adalah Serat

Gempa menewaskan ribuan orang. Dari peristiwa tersebut, Dewa Khasima telah berusaha keras untuk menahan Namazu dengan batu raksasa.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Gambaran Namazu dikenal sejak abad kelima belas, namun hanya pada akhir abad kedelapan belas ia menjadi terkait dengan bencana alam.

Pada periode Tokugawa (1603-1868) Namazu itu adalah dewa sungai yang terkait dengan banjir atau hujan deras.

Baca Juga: Axioo Pongo Bakal Manjakan Para Gamer, Spesifikasi Terbaik dari Prosesor hingga Kartu Grafis, Intip Harganya

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Dia bertindak sering sebagai firasat bahaya, memperingatkan orang-orang dari malapetaka yang akan segera terjadi atau menelan naga air berbahaya, mencegah bencana lebih lanjut.

Naga itu adalah simbol yang sangat tua dan kuat, diimpor dari Tiongkok, dan dianggap sebagai penyebab utama berbagai jenis bencana, termasuk gempa bumi.

Selama abad ke-18 Namazu raksasa secara bertahap menggantikan naga dalam perannya sebagai pembuat kejahatan.

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Baca Juga: Doa Pilihan untuk Menyambut Bulan Puasa Ramadhan 2023 Lengkap dengan Bahasa Arab, Latin, dan Artinya

Perubahan dari naga ke Namazu ini kecil, karena naga juga dikaitkan dengan air dan sungai.

Oleh karena itu dianggap terkait erat dengan mitos Namazu.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

Selama abad ke-19 dan terutama setelah gempa Edo (Tokyo modern) pada tahun 1855, kesalahan Namazu dianggap lebih merupakan penghukuman terhadap keserakahan manusia, karena diyakini bahwa Namazu dengan menyebabkan malapetaka memaksa orang untuk mendistribusikan kekayaan mereka sepenuhnya.

Baca Juga: Kirab Ogoh Ogoh di Kota Solo Meriah, Gibran Rakabuming Raka dan Jan Ethes Srinarendra Kenakan Baju Khas Bali

Namazu dikenal sebagai yonaoshi daimyojin, “dewa pembetulan dunia”.

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

Namazu dipercaya hidup di bawah tanah yang berada di Provinsi Hitachi yang saat ini dikenal dengan Ibaraki di utara Tokyo.

Satu batu bernama Kanameishi menahan Namazu agar tidak bergerak.

Baca Juga: Review Film Now You See Me 2 Simak Keseruan Aksi The Four Horsemen: Sinopsis, Alur Cerita, dan Pesan Moral

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

Berat batu lama-kelamaan tidak bisa lagi menahan gerak Namazu, sehingga Dewa Khasima harus menekan terus batu itu.

Namun setiap bulan kesepuluh tiap tahunnya, Khasima harus ke selatan Jepang bertemu dengan para dewa lainnya.

Tugas menjaga Namazu diserahkan kepada Dewa Ebizu (Dewa keberuntungan).

Baca Juga: Pembunuh Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus Jadi Tersangka, Sandi Andaryadi: Kami Apresiasi Polda Metro Jaya

Baca Juga: Sinopsis Bel Canto, Ketika Musik Membuat Koneksi yang Emosional Ditengah Pemberontakan Tayang di Trans TV

Akan tetapi, Dewa Ebizu tidak mampu menahan gerak Namazu.

Mitos namazu muncul karena pengaruh kebudayaan Tiongkok dan kepercayaan kepada para Dewa.

Baca Juga: Warga Negara Asing Asal Korea Selatan Jadi Tersangka Pembunuhan Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus

Selain itu mitos Namazu juga muncul karena masyarakat Jepang zaman dahulu mengamati perilaku abnormal pada Namazu sebelum terjadinya gempa bumi dan tsunami.

Baca Juga: BRI Liga 1: PSS Sleman Melawan Borneo FC, Super Elja Sukses Raih Tiga Angka

Dengan adanya mitos Namazu tersebut, masyarakat Jepang akan lebih berhati-hati.

Baca Juga: Di Gedung Long See Tong Kota Padang, Mahfud MD Janji Perjuangkan Hak Adat

Karena mitos Namazu tersebut adalah sebagai penanda bahwa akan terjadinya gempa bumi.

Setelah adanya mitos Namazu tersebut, masyarakat Jepang dapat menjaga hubungan dengan ekosistemnya (lingkungannya), baik itu manusia dengan manusia, manusia dengan hewan, maupun manusia dengan Tuhannya (Dewanya).

Baca Juga: Review Film My Spy: Job Pengintaian Terbongkar oleh Anak Kecil, Simak Sinopsis, Alur Cerita, dan Pesan Moral

Baca Juga: Muhaimin Iskandar Janjikan Tunjangan Ibu Hamil, Guru Mengaji, dan Bebaskan Pajak Bumi Bangunan

Hal inilah yang membuat masyarakat Jepang bekerjasama melakukan ritual atau memberi sesembahan untuk Dewa Khasima agar sang Dewa selalu menjaga alam supaya tidak terjadinya bencana gempa bumi.

Dilihat dari salah satu fungsi kearifan lokal yaitu kearifan lokal sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.

Kearifan lokal dari mitos Namazu dikaitkan dengan gempa bumi dan hubungannya terhadap Manusia, Alam dan Dewa.

Baca Juga: Syafrin Liputo: DKI Jakarta Bebas Kendaraan Bermotor Malam Natal dan Tahun Baru di Jalan Sudirman-MH Thamrin

Baca Juga: Hasto Kristiyanto Ungkap Tokoh yang Didorong Jokowi Jadi Bakal Capres, Ada Erick Thohir Sampai Sandiaga Uno

Apabila pemilik rumah meletakkan lukisan Namazu di dinding rumah, maka kebahagiaan pun akan berpihak kepadanya.

Karena masyarakat Jepang menganggap namazu itu adalah Dewa.

Baca Juga: Taman Mini Indonesia Indah Gelar Konser Musik untuk Natal dan Tahun Baru

Kemudian di depan rumah di letakkan bebatuan agar tidak terjadi sesuatu yang sangat membahayakan pemilik rumah.

Baca Juga: Fadli Zon Berfoto di Depan Masjid Quba Madinah, Netizen: Masya Allah Habib Zon

Itulah informasi tentang Namazu yang menginspirasi Makoto Shinkai di anime Suzume no Tojimari. Semoga bermanfaat.***

Baca Juga: Dinas Kesehatan: Pengidap COVID 19 di Jakarta Mencapai 200 Kasus per Hari

Dapatkan informasi menarik lainnya dari ORBITINDONESIA.COM di Google News.

Berita Terkait