DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Mengenal Namazu, Mahkluk Mitologi Jepang yang Menginspirasi Anime Suzume no Tojimari Hingga Sukses di Dunia

image
Anime Suzume no Tojimari terinspirasi dari hewan mitologi Jepang.

ORBITINDONESIA.COM - Meski sudah tayang di bioskop lebih dari sepekan, anime Suzume no Tojimari belum berhenti membuat penggemar terkesima.

Pasalnya, anime Suzume no Tojimari mengandung banyak hal menarik yang sulit diungkapkan oleh kata-kata.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Salah satu yang menarik dari anime Suzume no Tojimari adalah adanya mahkluk cacing tanah atau worm penyebab bencana gempa bumi dan tsunami.

Baca Juga: Unggah Video David Latumahina dengan Caption Si Vis Pacem Para Bellum, Ini Arti dan Makna yang Disampaikan

Ternyata, keberadaan cacing tanah dalam anime Suzume no Tojimari ntidak asal dibikin oleh Makoto Shinkai, sang sutradara.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Cacing tersebut sebenarnya terinspirasi dari mahkluk mitologi Jepang, yakni Namazu.

Lantas, apa dan bagaimana Namazu yang menjadi inspirasi anime Suzume no Tojimari tersebut? Simak penjelasannya sampai habis di artikel ini.

Baca Juga: Cacing Tanah di Anime Suzume no Tojimari Ternyata Terinspirasi dari Namazu, Apa Itu

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Namazu adalah mahkluk mitologi asal Jepang yang berwujud ikan lele raksasa, yang hidup di dalam Bumi.

Namazu sangat dihormati oleh sebagian masyarakat Jepang dan termasuk salah satu kearifan lokal masyarakat setempat.

Dilansir dari abstrak skripsi berjudul "Kearifan Lokal dari Mitos ”Namazu” sebagai Penyebab Gempa Bumi di Jepang" yang ditulis Risnawati dari Universitas Sumatera Utara (USU), Namazu adalah makhluk mitologi berupa ikan berukuran besar yang ada di bawah tanah.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Baca Juga: Begini Kondisi David Latumahina Usai 25 Hari Dirawat Intensif, Jutaan Doa Terus Mengalir Tiada Henti

Makhluk ini dikaitkan dengan gempa bumi di Jepang tepatnya di sekitar Danau Biwa, Chikubushima dan kemudian menyebar di wilayah Kanto.

Mitos namazu muncul pada Oktober tahun 1855 seiring dengan gempa besar yang mengguncang kawasan Edo.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Gempa menewaskan ribuan orang. Dari peristiwa tersebut, Dewa Khasima telah berusaha keras untuk menahan Namazu dengan batu raksasa.

Baca Juga: Hary Tanoesoedibjo Targetkan Perindo Raih 10 Persen Suara Nasional dan Menang di NTB Pemilu 2024

Gambaran Namazu dikenal sejak abad kelima belas, namun hanya pada akhir abad kedelapan belas ia menjadi terkait dengan bencana alam.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Pada periode Tokugawa (1603-1868) Namazu itu adalah dewa sungai yang terkait dengan banjir atau hujan deras.

Dia bertindak sering sebagai firasat bahaya, memperingatkan orang-orang dari malapetaka yang akan segera terjadi atau menelan naga air berbahaya, mencegah bencana lebih lanjut.

Baca Juga: Jelang Ramadhan 2023 Jangan Lewatkan Sahur Ketika Puasa, Ini Kata Ahli Gizi: Paling Terakhir Itu adalah Serat

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Naga itu adalah simbol yang sangat tua dan kuat, diimpor dari Tiongkok, dan dianggap sebagai penyebab utama berbagai jenis bencana, termasuk gempa bumi.

Selama abad ke-18 Namazu raksasa secara bertahap menggantikan naga dalam perannya sebagai pembuat kejahatan.

Perubahan dari naga ke Namazu ini kecil, karena naga juga dikaitkan dengan air dan sungai.

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Baca Juga: Axioo Pongo Bakal Manjakan Para Gamer, Spesifikasi Terbaik dari Prosesor hingga Kartu Grafis, Intip Harganya

Oleh karena itu dianggap terkait erat dengan mitos Namazu.

Selama abad ke-19 dan terutama setelah gempa Edo (Tokyo modern) pada tahun 1855, kesalahan Namazu dianggap lebih merupakan penghukuman terhadap keserakahan manusia, karena diyakini bahwa Namazu dengan menyebabkan malapetaka memaksa orang untuk mendistribusikan kekayaan mereka sepenuhnya.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

Namazu dikenal sebagai yonaoshi daimyojin, “dewa pembetulan dunia”.

Baca Juga: Doa Pilihan untuk Menyambut Bulan Puasa Ramadhan 2023 Lengkap dengan Bahasa Arab, Latin, dan Artinya

Namazu dipercaya hidup di bawah tanah yang berada di Provinsi Hitachi yang saat ini dikenal dengan Ibaraki di utara Tokyo.

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

Satu batu bernama Kanameishi menahan Namazu agar tidak bergerak.

Berat batu lama-kelamaan tidak bisa lagi menahan gerak Namazu, sehingga Dewa Khasima harus menekan terus batu itu.

Baca Juga: Kirab Ogoh Ogoh di Kota Solo Meriah, Gibran Rakabuming Raka dan Jan Ethes Srinarendra Kenakan Baju Khas Bali

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

Namun setiap bulan kesepuluh tiap tahunnya, Khasima harus ke selatan Jepang bertemu dengan para dewa lainnya.

Tugas menjaga Namazu diserahkan kepada Dewa Ebizu (Dewa keberuntungan).

Akan tetapi, Dewa Ebizu tidak mampu menahan gerak Namazu.

Baca Juga: Pembunuh Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus Jadi Tersangka, Sandi Andaryadi: Kami Apresiasi Polda Metro Jaya

Baca Juga: Review Film Now You See Me 2 Simak Keseruan Aksi The Four Horsemen: Sinopsis, Alur Cerita, dan Pesan Moral

Mitos namazu muncul karena pengaruh kebudayaan Tiongkok dan kepercayaan kepada para Dewa.

Selain itu mitos Namazu juga muncul karena masyarakat Jepang zaman dahulu mengamati perilaku abnormal pada Namazu sebelum terjadinya gempa bumi dan tsunami.

Baca Juga: Warga Negara Asing Asal Korea Selatan Jadi Tersangka Pembunuhan Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus

Dengan adanya mitos Namazu tersebut, masyarakat Jepang akan lebih berhati-hati.

Baca Juga: Sinopsis Bel Canto, Ketika Musik Membuat Koneksi yang Emosional Ditengah Pemberontakan Tayang di Trans TV

Karena mitos Namazu tersebut adalah sebagai penanda bahwa akan terjadinya gempa bumi.

Baca Juga: Di Gedung Long See Tong Kota Padang, Mahfud MD Janji Perjuangkan Hak Adat

Setelah adanya mitos Namazu tersebut, masyarakat Jepang dapat menjaga hubungan dengan ekosistemnya (lingkungannya), baik itu manusia dengan manusia, manusia dengan hewan, maupun manusia dengan Tuhannya (Dewanya).

Hal inilah yang membuat masyarakat Jepang bekerjasama melakukan ritual atau memberi sesembahan untuk Dewa Khasima agar sang Dewa selalu menjaga alam supaya tidak terjadinya bencana gempa bumi.

Baca Juga: Hasto Kristiyanto Ungkap Tokoh yang Didorong Jokowi Jadi Bakal Capres, Ada Erick Thohir Sampai Sandiaga Uno

Baca Juga: Muhaimin Iskandar Janjikan Tunjangan Ibu Hamil, Guru Mengaji, dan Bebaskan Pajak Bumi Bangunan

Dilihat dari salah satu fungsi kearifan lokal yaitu kearifan lokal sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.

Kearifan lokal dari mitos Namazu dikaitkan dengan gempa bumi dan hubungannya terhadap Manusia, Alam dan Dewa.

Apabila pemilik rumah meletakkan lukisan Namazu di dinding rumah, maka kebahagiaan pun akan berpihak kepadanya.

Baca Juga: Syafrin Liputo: DKI Jakarta Bebas Kendaraan Bermotor Malam Natal dan Tahun Baru di Jalan Sudirman-MH Thamrin

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Anime Suzume no Tojimari, Selain Menampilkan Bencana Juga Ada Hewan Mitos

Karena masyarakat Jepang menganggap Namazu itu adalah Dewa.

Kemudian di depan rumah di letakkan bebatuan agar tidak terjadi sesuatu yang sangat membahayakan pemilik rumah.

Baca Juga: Taman Mini Indonesia Indah Gelar Konser Musik untuk Natal dan Tahun Baru

Informasi yang menarik bukan untuk menambah wawasan kamu? Semoga bermanfaat.***

Dapatkan informasi menarik lainnya dari ORBITINDONESIA.COM di Google News.

Berita Terkait