Orbit Indonesia

Hari Amnesti Internasional: Simak Profil Martin Luther King Jr, Pejuang Hak Asasi Manusia

image
Foto Martin Luther King Jr saat berpidato untuk perayaan Hari Amnesti Internasional. Foto: INSTAGRAM/martin_luther_king

ORBITINDONESIA.COM - Hari Amnesti Internasional pada 28 Mei 2023 harus dirayakan dengan meningkatkan kesadaran tentang Hak Asasi Manusia.

Salah satu tokoh yang patut diingat pada Hari Amnesty Internasional adalah tokoh kesetaraan manusia dan anti kekerasan, Martin Luther King Jr.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Karena perjuangannya dalam menyebarkan kesetaraan manusia di Amerika Serikat, Martin Luther King Jr menjadi sosok yang diingat pada Hari Amnesti Internasional.

Baca Juga: Segini Total Kekayaan Milik Wakapolres Binjai Kompol Agung Basuni yang Berselingkuh dengan Istri Orang

Martin Luther King Jr lahir pada 15 Januari 1929, di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat dan aktif dalam gerakan sosial masyarakat sipil di Negeri Paman Sam.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Namanya mulai dikenal secara nasional saat King Jr saat dia menjadi pemimpin Konferensi Kepemimpinan Kristen Selatan (SCLC).

Konferensi itu menyuarakan perlawanan tanpa kekerasan oleh masyarakat kulit hitam Amerika untuk mendapatkan hak-hak sipil mereka.

Baca Juga: Media Argentina Pastikan Lionel Messi Datang untuk Bertanding Lawan Timnas Indonesia di FIFA Matchday

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Michael Luther King Jr lahir dari pasangan pendeta Martin Luther King Sr dan Alberta Williams King yang merupakan keturunan Afrika-Amerika.

Lahir di tengah keluarga pendeta membuat King Jr tumbuh sebagai anak yang religius dan taat agama.

Sayang kehidupan masyarakat selatan AS saat itu yang masih lekat dengan rasisme membuatnya mengalami banyak pengalaman buruk dan mempertanyakan haknya.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Baca Juga: Hadapi Cuaca Panas dengan Bijak: Inilah Tips Cerdas Bikin Adem Seharian Diluar tanpa Ribet

King Jr muda pertama kali merasakan pengalaman menyakitkan terkait pemisahan ras saat berusia enam tahun.

Saat itu orangtua temannya yang merupakan kulit putih melarang mereka berteman, dan mengakibatkan keduanya masuk ke sekolah yang berbeda.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Memasuki usia remaja, King Jr bersekolah di sekolah menengah Booker T Washington di Atlanta.

Baca Juga: Liga 1 Indonesia: Penerapan VAR Musim Depan, Semua Stadion Harus Punya WiFi

Di Sekolah inilah bakatnya dalam berbicara dan berpidato di hadapan banyak orang semakin terlihat.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Bakatnya dalam berdebat ini membuatnya berminat memasuki klub debat di Sekolahnya dan berhasil memenangi beberapa kompetisi.

Meskipun hidup di masa yang kental dengan rasisme King Jr tidak menyerah untuk mengejar pendidikan.

Baca Juga: FIFA Matchday: Pekan Depan Harga Tiket Indonesia Melawan Argentina Diumumkan

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Dia meraih gelar sarjana sosiologi dan bergabung dengan sekolah seminari teologi Crozer di Pennsylvania.

Tidak berpuas diri King Jr kemudian melanjutkan studinya pascasarjana di Universitas Boston.

Di tahun 1953, King Jr menjalin janji suci dengan Coretta Scott dan memiliki empat anak dari pernikahan mereka.

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Baca Juga: 10 Rekomendasi Wisata Bersejarah di Cirebon yang Lagi Hits, Wajib Banget Kamu Kunjungi dari Setu Hingga Hutan

Pada tahun 1955, King Jr berhasil merampungkan studinya dan meraih gelar doktoral di usia yang sangat muda, yakni 25 tahun.

Setahun sebelumnya, King Jr juga resmi mengikuti jejak sang ayah dan menjadi pendeta di Gereja Baptis Dexter Avenue di Montgomery, Alabama.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

Martin Luther King Jr semakin rajin melawan ketidakadilan ras pada tahun 1955, dikarenakan diskriminasi pelarangan dan pemisahan kursi bus.

Baca Juga: NGERI! Kasus Penyakit Menular Sifilis di Yogyakarta Tahun 2023 Meningkat 60 Persen, Begini Gejalanya

Saat itu seorang warga kulit hitam bernama Rosa Park dihukum denda 10 dolar AS karena duduk di kursi yang harusnya ditempati oleh orang kulit putih.

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

Bersama gerakan Asosiasi Nasional untuk Warga Kulit Berwarna (NAACP), Martin Luther King Jr memimpin gerakan boikot untuk menghentikan diskriminasi ini.

Namun akhir perjalanan Martin Luther King Jr harus berakhir tragis dengan ditembak hingga tewas saat sehari setelah menyampaikan pidatonya pada 3 April 1968.

Baca Juga: Kualitas Rumput GBK Jadi Perhatian Utama, Belajar dari Kesalahan Malaysia yang Bikin Lionel Messi Ogah Main

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

Pada 4 April 1968, Martin Luther King yang melangkah keluar dari Hotel tempatnya menginap dia diberondong peluru oleh James Earl Ray.

Akhirnya Martin Luther King Jr meninggal pada usia 39 tahun dan meninggalkan jejak pemikiran dan jasa tentang kemanusiaan yang maish dikenang hingga hari ini.***

Dapatkan informasi menarik lainnya dari ORBITINDONESIA.COM di Google News.

Berita Terkait