DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Mengenal Profil Munir Said Thalib, Aktivis HAM Masa Reformasi yang Dibunuh dengan Racun Arsenik

image
Potret aktivis HAM Munir Said Thalib yang tewas karena menelan racun arsenik.

ORBITINDONESIA.COM - Munir Said Thalib menjadi salah satu sosok yang paling diingat setiap peringatan Hari Amnesti internasional di Indonesia.

Munir Said Thalib atau yang cukup dikenal dengan Munir saja, adalah pengacara sekaligus aktivis HAM yang lantang menyuarakan soal pelanggaran HAM kepada pemerintah di masa reformasi.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Sayang perjuangan Munir Said Thalib untuk mengingatkan penguasa untuk penuntasan kasus pelanggaran HAM harus dibayar dengan nyawa.

Baca Juga: 10 Quotes Terbaik Gisele Yashar yang diperankan Gal gadot dalam Film Fast and Furious penuh Motivasi Diri

Munir Said Thalib lahir pada 8 Desember 1965, di Malang, Jawa Timur.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Dia adalah anak keenam dari tujuh bersaudara.

Munir yang seperti bisa dilihat dari wajahnya adalah keturunan darah Arab Hadhrami dan Jawa.

Ayahnya bernama Said Thalib sedangkan ibunya bernama Jamilah, dan menghabiskan waktu kecil hingga pendidikan universitasnya di Kota Malang.

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Baca Juga: Ini 5 Kasus Pelanggaran HAM di Masa Lalu yang Perlu Diketahui Masyarakat, Salah Satunya Pembunuhan Munir

Munir menempuh pendidikan di Universitas Brawijaya, Malang dan aktif mengikuti berbagai kegiatan kampus yang membuatnya kritis dalam mengkritik pemerintah.

Semasa kuliah, Munir bergabung dengan Asosiasi Mahasiswa Hukum Indonesia, Forum Studi Mahasiswa untuk Pengembangan Berpikir, serta Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Tidak berhenti sampai di situ ia juga menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

Baca Juga: Whisnu Sakti Buana, Mantan Wali Kota Surabaya yang Tokoh PDIP Meninggal

Pada 1989, Munir lulus dari Fakultas Hukum Universitas Brawijaya dan meraih gelar sarjana dan semakin aktif menyuarakan penegakan hukum Indonesia.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Karirnya di dunia hukum juga cukup menanjak, setelah lulus kuliah Munir menjadi relawan di Lembaga Bantuan Hukum selama dua tahun di Surabaya.

Tidak lama kemudian Munir menjabat Wakil Ketua Bidang Operasional Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).

Baca Juga: Dedy Irsan dari Ombudsman Perwakilan Jakarta Raya Apresiasi Jajaran Imigrasi Bandar Udara Soekarno Hatta

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Munir adalah salah satu tokoh yang berperan dalam mendirikan badan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS).

Badan yang secara resmi berdiri pada 20 Maret 1998 ini bertujuan untuk menangani kasus orang hilang dan korban tindak kekerasan yang terjadi selama masa Orde Baru.

Sejak KontraS resmi berdiri Munir aktif berperan sebagai Koordinator Badan Pekerja.

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Baca Juga: FIFA Matchday: Argentina Umumkan 27 Pemain yang Akan Lawan Australia dan Timnas Indonesia, Ada Lionel Messi

Pria kelahiran tahun 1965 ini turut menangani kasus penghilangan paksa dan penculikan aktivis HAM pada 1997-1998 serta korban penembakan Tragedi Semanggi 1998.

Munir pun aktif mengawal dan mengadvokasi kasus-kasus pelanggaran HAM di Aceh yang terjadi pada masa Operasi Jaring Merah (1990-1998) dan Operasi Terpadu (2003-2004).

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Munir terus bergerak untuk penuntasan masalah HAM di Indonesia dengan mendirikan Imparsial bersama 17 tokoh lain.

Baca Juga: Gara gara Johnny G Plate, Kondisi Backbone Arsitektur IT Indonesia Sangat Menyedihkan

Imparsial adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat dengan tujuan untuk penghormatan dan penegakan HAM di Indonesia.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

Bersama lembaga ini, Munir memperjuangkan penegakan HAM terkait berbagai isu di Indonesia, termasuk kekerasan di Papua dan Aceh.

Semasa hidupnya, Munir aktif untuk menegakan keadilan HAM di Indonesia dengan beberapa kasus yang terus dikampanyekannya seperti kasus Tanjung Priok dan Pembunuhan Marsinah.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Bergenre Sejarah Kerajaan Inggris yang Paling Berpengaruh di Indonesia, Kamu Wajib Nonton!

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

Bahkan Munir juga ikut muncul di depan publik bersama KontraS untuk menuntut dan menghukum pelaku pembunuhan Marsinah.

Saat itu Munir menjabat sebagai penasihat hukum korban keluarga penculikan aktivis salah satunya yang lain adalah Wiji Thukul, Herman Hendrawan, dan Suyat.

Sayang perjuangan Munir harus berhenti pada 7 September 2004 karena tewas di dalam pesawat yang sedang dalam perjalanan ke Belanda untuk studi Pascasarjananya.

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

Baca Juga: Sinopsis Film Frozen Ground, Ketegangan Membara dalam Kejaran Pembunuh Seri yang Mematikan Diungkap Detektif

Diketahui bahwa Munir tewas dikarenakan menelan racun arsenik, dan atas kasus pembunuhan ini pengadilan telah menghukum Pollycarpus Budihari Priyanto sebagai pelaku pembunuhan Munir.

Namun siapa aktor yang memerintahkan pembunuhan terhadap Munir itu masih menjadi misteri dan belum terungkap hingga hari ini.***

Baca Juga: Pembunuh Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus Jadi Tersangka, Sandi Andaryadi: Kami Apresiasi Polda Metro Jaya

Dapatkan informasi menarik lainnya dari ORBITINDONESIA.COM di Google News.

Berita Terkait