DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Saiful Mujani: Pendidikan Faktor Utama untuk Memperkuat Sikap Toleran pada LGBT dan Yahudi

image
Saiful Mujani Sebut Argumen Penundaan Pemilu karena Ekonomi Sangat Lemah

ORBITINDONESIA - Pendidikan bisa menjadi faktor utama dalam kebijakan publik untuk memperkuat sikap kemanusiaan publik. Demikian pandangan ilmuan politik, Prof. Saiful Mujani.

Saiful Mujani bicara pada program Bedah Politik episode “Siapa Tidak Memanusiakan LGBT dan Yahudi?” yang tayang di kanal Youtube SMRC TV pada Kamis, 4 Agustus 2022.

Saiful Mujani menjelaskan, berdasarkan data survei SMRC (Mei 2022), ada kecenderungan bahwa warga yang memiliki pendidikan lebih tinggi (dibanding yang lebih rendah) relatif lebih setuju dengan pandangan bahwa baik LGBT maupun Yahudi wajid dihargai sebagai manusia.

Baca Juga: Hasil Liga 1: Brace Spasojevic Sukses Bawa Bali United Kalahkan RANS Nusantara FC 3-2

Ada 52 persen warga yang berpendidikan tinggi setuju dengan pandangan bahwa LGBT wajib dihargai sebagai manusia. Sedangkan hanya 39 persen warga berpendidikan SD yang menyatakan hal serupa.

Ada 63 persen warga berpendidikan tinggi, yang setuju dengan pandangan bahwa orang Yahudi wajib dihargai sebagai manusia. Sementara yang berpendidikan SD sebesar 55 persen.

Saiful menyatakan, temuan tentang pendidikan ini cukup penting. Aspek sosial-ekonomi bisa menjadi pintu masuk untuk melakukan perbaikan atas sikap dan persepsi kemanusiaan warga.

Dilihat dari perilaku pemilih partai politik, yang menghargai LGBT sebagai manusia mayoritas ditemukan pada pemilih Nasdem (65 persen) dan Demokrat (54 persen).

Baca Juga: Jakmania Makassar Sambut Pemain Persija Jakarta di Kota Makassar: Kawal Terus Sampai Persija Juara!

Sementara hanya 39 persen pemilih PKB setuju dengan pandangan bahwa LGBT wajib dihargai sebagai manusia, Gerindra 39 persen, PKS 39 persen, PPP 36 persen, dan PAN 31.  

Sedang pemilih PDIP dan Golkar terbelah dalam menyikapi persoalan ini, 45 persen (PDIP) dan 46 persen (Golkar) setuju bahwa LGBT wajid dihargai sebagai manusia.

Saiful menyoroti massa pemilih PKB. Secara umum, pemilih PKB cukup inklusif dalam menilai hubungan antara agama dan negara. Mereka cenderung memperlakukan agama setara di hadapan negara.

Tapi untuk soal LGBT, ternyata pemilih partai ini memiliki sikap yang berbeda. Ada 56 persen massa pemilih PKB yang tidak setuju bahwa LGBT wajib dihargai sebagai manusia.

 Baca Juga: Ini Cara Mengusir Polusi Udara Dalam Ruangan Agar Tetap Sehat di Rumah

Sementara untuk kasus Yahudi, secara umum, masyarakat Indonesia cukup menghargai orang Yahudi sebagai manusia.

Dari aspek pemilih partai, ada 82 persen pemilih Nasdem yang setuju dengan pandangan bahwa orang Yahudi wajib dihargai sebagai manusia, Demokrat 75 persen, PKB 68 persen, Golkar 65 persen, PDIP 62 persen, Gerindra 56 persen, PKS 54 persen, PPP 49 persen, dan PAN 26 persen.

Berdasarkan keanggotaan Ormas Islam, ada 44 persen anggota Nahdlatul Ulama (NU) yang setuju dengan pandangan bahwa LGBT wajib dihargai sebagai manusia, yang tidak setuju 50 persen.

Sementara ada 48 persen anggota Muhammadiyah yang setuju pandangan tersebut, yang tidak setuju 39 persen. Anggota organisasi masjid, 42 persen setuju, 55 persen tidak setuju. Anggota majelis taklim, 40 persen setuju, 57 persen tidak setuju.

Baca Juga: Jangan Anggap Enteng, Ini Cara Mengatasi Obesitas Pada Anak

Sementara ada 63 persen anggota NU, 63 persen anggota Muhammadiyah, 60 persen anggota organisasi masjid, dan 62 persen anggota majelis taklim setuju orang Yahudi wajib dihargai sebagai manusia.

Saiful menilai bahwa Yahudi tidak menjadi faktor yang membuat anggota organisasi massa Islam negatif pada kemanusiaan, kecuali pada aspek soal LGBT.***

Berita Terkait