DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Denny JA: Ayo Tuliskan Kesaksianmu, PUBLIKASI atau DILUPAKAN

image
Ayu Tulis Kesaksianmu, Publikasi atau Dilupakan.

ORBITINDONESIA - Komunitas Puisi Esai menjadikan bulan Desember setiap tahunnya sebagai momentum untuk mengajak publik luas menuangkan kesaksian atas pengalaman hidup atau hal yang mereka anggap penting dalam bentuk tulisan yang dipublikasikan.

"Masing-masing dari kita mengetahui atau menyimpan kasus yang menyentuh rasa kemanusiaan. Itu bisa soal ketidakadilan yang terjadi di depan mata, pelanggaran hak asasi manusia yang dialami tetangga, atau soal kemiskinan, rusaknya lingkungan hidup, kezaliman penguasa, eksploitasi atas orang yang kita kenal dan sebagainya," ujar penggagas dan pendiri Komunitas Puisi Esai Denny JA dalam keterangannya di Jakarta, Jumat 2 Desember 2022.

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Denny JA merujuk pernyataan seorang ahli matematika Amerika-Jerman bernama Daniel J. Bernstein, yakni “Publish or Perished!".

Baca Juga: Denny JA: Budaya Betawi Perlu Diterjemahkan ke Pola Pikir Zaman Kini Jika Mau Bertahan

"Publish or Perished dapat kita terjemahkan menjadi 'Ayo, berikan kesaksian. Tuliskan kesaksianmu. Publikasikan. Atau isu itu, ketidakadilan itu, pelanggaran hak asasi itu, akan diabaikan, dan terus berulang untuk terjadi lagi’,” katanya.

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik

Oleh karena itu, penting untuk menuangkan kesaksian dan pengalaman semacam itu dalam bentuk puisi esai.

"Mengapa puisi esai? Karena agar kisah yang sebenarnya bisa menjadi lebih dramatis, lebih menyentuh hati, dan lebih lama tinggal dalam memori kolektif," ujar Denny JA.

Puisi esai sendiri adalah genre sastra baru di Indonesia yang memadukan dua jenis pemikiran, yaitu puisi dan esai. Gagasan mengenai puisi esai pertama kali dikemukakan oleh Denny JA yang diwujudkan melalui buku pertama puisi esai berjudul "Atas Nama Cinta" yang diterbitkan pada tahun 2012. Sejak saat itu, Komunitas Puisi Esai pun lahir dan berkembang sampai sekarang ini.

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

Baca Juga: 25 Kisah Konflik Primordial di Lima Wilayah dalam Buku Puisi Esai Denny JA

Kemudian pada tahun 2020, puisi esai resmi menjadi kosakata baru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Dalam kamus, puisi esai didefinisikan sebagai “ragam karya sastra yang mengandung pesan sosial dan moral melalui kata-kata sederhana dengan pola syair, berupa fakta, fiksi, dan catatan kaki”.

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

Kini, setelah 10 tahun berdiri, Komunitas Puisi Esai semakin berkembang, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di negara ASEAN, termasuk Malaysia, Singapura, Brunei dan Thailand. Bahkan pada Desember 2022 ini, Komunitas Puisi Esai mencapai jumlah perkembangan signifikan.

"Pencapaian pertama, segera dibuat film layar lebar pertama berdasarkan puisi esai. Saya sudah bertemu beberapa kali dengan Direktur PFN (Produksi Film Negara) Dwi Heriyanto. Kami sudah menandatangani MoU untuk segera dieksekusi," kata Denny JA.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Gerakan Reformasi dan Nyawa Nyawa yang Melayang

Baca Juga: Piala Dunia U20: Uruguay dan Korea Selatan Amankan Tiket Semifinal

Pencapaian kedua, sebanyak 25 kisah dan kesaksian atas konflik berdarah di Indonesia setelah reformasi telah didokumentasikan dalam betuk puisi esai.

"Itu kisah yang diolah dari drama di seputar konflik primordial di Era Reformasi, seperti konflik agama di Maluku (1991-2002), konflik suku Dayak versus Madura di Sampit (2001), konflik Ahmadiyah di Mataram (2002-2017), konflik rasial di Jakarta (Mei 1998) hingga konflik pendatang Bali dan penduduk asli di Lampung (2012)," ujarnya.

25 kisah tersebut ditulis sendiri oleh Denny JA dan diterbitkan menjadi buku dengan judul Jeritan Setelah Kebebasan (2022). Buku tersebut juga diterbitkan dalam edisi bahasa Inggris dengan judul Scream Following Liberation (2022).

Baca Juga: Prediksi Dampak El Nino di Indonesia, Produktivitas Panen Padi Berkurang 5 Juta Ton

Bahkan sebanyak 13 aktivis, penulis dan tokoh masyarakat juga sudah merespon buku puisi esai ini dan menuliskan responnya dalam buku yang segera terbit dengan judul Kaleidoskop Menolak Lupa: 13 Tanggapan Terhadap Puisi Esai Denny JA (2022).

Baca Juga: Peneliti LSI Denny JA: Mesin Politik Partai Golkar yang Bergerak Massif akan Menangkan Pemilu di Jawa Barat

"Tiga dari 25 puisi esai konflik berdarah itu sedang dalam proses dituliskan menjadi skenario serial film untuk di OTT (Over The Top) atau layanan media berbasis internet," kata Denny JA.

Baca Juga: SEA Games 2023: Prediksi dan Link Streaming Indonesia Melawan Myanmar, Waktunya Raih Puncak Klasemen

"Dari puisi esai menjadi film komersial itulah tahapan berikutnya yang ingin dicapai oleh komunitas puisi esai," tambah JA.

Pencapaian ketiga dari Komunitas Puisi Esai pada Desember 2022 ini adalah, dari Aceh hingga Papua, sebanyak 13 penulis senior puisi esai telah mengasuh total lebih dari 130 para penulis, aktivis, jurnalis, dosen, bahkan politisi, untuk memberikan kesaksian atas isu sosial dan mempublikasinya dalam bentuk puisi esai.

"Masing-masing penulis dibebaskan memilih isu apa saja yang memang terjadi, dan penting, untuk didramatisasi dalam puisi esai," kata Denny JA.

Baca Juga: Survei Charta Politika: Bobby Nasution Ungguli Edy Rahmayadi di Sumatra Utara

Baca Juga: Denny JA: Dunia Islam Perlu Tafsir yang Pro Keadilan Bagi Perempuan

Pencapaian keempat, pada September 2022, Komunitas Puisi Esai ASEAN dengan bantuan pemerintah Malaysia menyelenggarakan Festival Puisi Esai antarbangsa.

"Di bulan Desember ini, puisi esai juga akan meluas ke Kairo dan Australia. Jika sebelumnya  banyak penulis puisi esai dari luar Indonesia menuliskan puisi esai dalam bahasa Indonesia, kini di luar negeri, mereka akan menuliskannya dalam bahasa Inggris," ujarnya.

Baca Juga: Thailand Open 2023: Lanny Ribka Tumbang, Ganda Putri Indonesia Ambyar

Pencapaian kelima, sambung Denny JA, Komunitas Puisi Esai akan segera membuat festival menulis puisi esai, dengan total hadiah 50 juta rupiah yang bisa diikuti oleh siapapun. Tujuan dari festival ini adalah untuk mengajak publik luas menuliskan isu sosial yang benar-benar terjadi, namun didramatisasi dengan fiksi, melalui puisi esai.

"Kelima kegiatan puisi esai di atas, di bulan Desember 2022, bulan puisi esai, adalah tambahan langkah untuk ikut menghidupkan kembali tradisi “mengangkat isu sosial melalui gerakan sastra puisi esai," kata Denny JA.

Baca Juga: Denny JA Luncurkan Kanal Youtube SATUPENA TV yang Memuat Kisah Kalangan Penulis Tanah Air

Baca Juga: Unik, Polda Jatim Luncurkan Aplikasi Ilmu Semeru untuk Cari Motor yang Hilang Akibat Dicuri

"Setiap bulan desember, setiap tahun gerakan itu, mengangkat isu sosial melalui gerakan sastra puisi esai, akan terus dihidup-hidupkan," tambahnya.

Lebih lanjut Denny JA menjelaskan panduan membuat puisi esai, yakni:

1. Pilih satu peristiwa dalam negeri yang menggambarkan ketidakadilan, atau pelanggaran hak asasi, atau peristiwa yang mengganggu rasa kemanusiaan kita.

Baca Juga: 10 Fakta Kasus Oknum Paspampres Culik dan Aniaya Warga Bireuen Aceh hingga Tewas

2. Upayakan peristiwa itu sudah menjadi berita di sumber berita yang kredibel agar dipastikan itu bukan berita yang keliru (hoax).

3. Jadikan peristiwa di berita itu sebagai catatan kaki. Puisi esai dibuat berdasarkan catatan kaki ini. Catatan kaki dihadirkan dalam puisi. Minimal satu puisi esai terdiri dari satu catatan kaki.

4. Catatan kaki dapat ditambah, jika ada fakta lain yang penting yang perlu dirujuk dalam puisi esai itu.

Baca Juga: 5 Kabupaten dengan Penduduk Paling Miskin di Jawa Barat, Ini Penyebabnya

5. Ciptakanlah drama di atas peristiwa true story itu. Drama yang menyentuh: ada tokoh di sana, ada konflik, ada plot cerita. Drama itu sepenuhnya fiksi untuk membuat kisah semakin menyentuh.

6. Gunakan bahasa komunikatif yang bisa dipahami bahkan oleh anak SMP sekalipun. Tapi gunakan juga kekayaan bahasa puisi seperti metafor, hiperbola, dan lain- lain.

7. Panjang dan pendek puisi tak ditentukan. Yang penting, drama yang diceritakan dalam puisi esai itu sudah cukup menyentuh. Makin pendek, makin baik. ***

Berita Terkait