DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Sihanoukville, Kota Wisata di Kamboja yang Dibangun oleh Para Gangster

image
Kota wisata Sihanoukville di Kamboja

ORBITINDONESIA - Ini awal sejarah kota Sihanoukville. Sejak tahun 94 adanya operasi besar besarnya memburu gangster di China, para gangster hijrah ke Kamboja. Lambat namun pasti mereka membentuk komunitas tersendiri.

Tahun 2002 keberadaan mereka telah menyumbang setengah penerimaan pajak negara. Para gangster itu mendirikan resor wisata di Sihanoukville. Pertumbuhan wilayah ini sangat pesat.

Kalau anda berjalan di sepanjang Pantai Otres, tujuan wisata di Sihanoukville Kamboja, Anda akan terbuai oleh langit dan laut yang indah. Terasa berada di kawasan wisata berkelas.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Mahsa Amini, Kematian Gadis Iran yang Dimanfaatkan Kontra Revolusi

Tapi ketika anda masuk ke kawasan Chinatown sekitar 200 meter dari kawasan wisata itu, keadaan akan lain. Sebuah kota dalam kota. Lebih dari 20 gedung tinggi bertebaran di kawasan ini. Ya ini sekilas kawasan komersial.

Tapi jangan buru buru berbaik sangka. Kemanapun anda pergi ada CCTV mengintai anda. Semua kamar hotel, KTV, apartement pasti dipantau lewat kamera. Pintu gerbang keluar dan masuk dijaga oleh petugas bersenjata laras panjang.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Semua fasilitas komersial hanya diperuntukan bagi penghuni kawasan. Di kawasan ini ada pusat data center untuk judi online dan beragam konten penipuan berkedok game online, situs porno dan hacker, macam macam, termasuk bitcoint.

Pusat data itu terhubung dengan jutaan situs dengan DNS yang terdaftar di berbagai negara. Target mereka adalah penikmat dunia maya di seluruh dunia, terutama di China daratan dan Indonesia.

Baca Juga: 6 Cara Menggunakan Kompor Listrik dengan Aman di Rumah

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Sindikat ini juga terhubung dengan gangster lokal di Indonesia, Thailand, Filipina, China dan Malaysia. Sehingga memudahkan pelarian uang lewat bank digital antar rekening. Umumnya uang itu disembunyikan di San Marino dan Budapes.

Para pekerja yang ada dikawasan itu pada umumnya berasal dari Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Para pekerja didatangkan lewat sindikat perdagangan manusia.

Mereka diiming imingi akan dapat gaji diatas USD 4000 per bulan. Padahal kenyataannya tidak. Yang beruntung bekerja di pusat hiburan seperti KTV, Cafe, Bar dan prostitusi. Itupun dapat bayaran USD 1000 per bulan.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Mengapa beruntung? karena nyawa tidak terancam. Tapi bagi mereka yang kerja di pusat data. Itu kecil kemungkinan bisa pulang hidup hidup.

Baca Juga: Jejak Karir Yosep Parera Tersangka Suap yang Ditangkap KPK Terkait Kasus Hakim Agung Sudrajad Dimyati

Yang paling serius memburu sindikat ini adalah China. Tapi China pun tidak bisa serbu kawasan Chinatown di Sihanoukville. Karena kawasan itu legal.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

China hanya bisa mendeteksi secara inteligent warganya yang terlibat dalam sindikat dan kemudian meminta agar pemerintah Kambodja mengekstradisi ke China.

Umumya para sindikat yang di ektradisi di hukum mati oleh China.

Saat sekarang sudah ada NGO seperti Global Anti-Scam Organization (GASO) yang berjuang untuk membela dan memulangkan para pekerja yang terjebak dalam human trafficking di Kambodia.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Baca Juga: Catat, Jadwal Liga Inggris Pekan ke 9, Ada Derdy London dan Manchester

Yang sedihnya kini ada banyak orang Indonesia yang terperangkap di sana.

Pemerintah Republik Indonesia (RI) sejauh ini telah berhasil menyelamatkan total sebanyak 151 Warga Negara Indonesia (WNI), untuk dipulangkan kepada keluarganya di Tanah Air.

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

(Oleh: Erizeli Jeli Bandaro). ***

Berita Terkait