DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Presiden Vietnam Nguyen, Role Model dan Real Model Integritas Moral Elite

image
Presiden Vietnam, Nguyen Xuan Phuc memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya

 

ORBITINDONESIA - Apa yang dapat kita pelajari dari tata kelola pemerintahan Vietnam? Walau kesadaran anti korupsi di tingkat elit Vietnam juga berpacu dengan tumbuh kembangnya korupsi yang semakin marak di Vietnam.

Tidak kurang dari 500 anggota parlemen dari Partai Komunis Vietnam diduga melakukan korupsi dan tidak kurang dari 450 anggota parlemen telah diperiksa oleh polisi.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Pengunduran Presiden Vietnam, Nguyen, yang disebabkan oleh tindak korupsi oleh para bawahannya, adalah wujud dari tanggung jawab sang pemimpin.

Baca Juga: Pratama Arhan Bertahan di Tokyo Verdy Namun Netizen Mencibirnya

Walaupun, prestasi apik presiden Nguyen tetap dicatat sebagai sebuah prestasi gemilang bagi negara itu. Sebuah apresiasi yang setimpal oleh Partai Komunis Vietnam atas pemimpin negeri itu, walaupun tidak kurang prestasi dan jasanya.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Nila setitik rusak susu sebelanga, telah menghapus prestasi besar presiden kemudian. Ini merupakan bukti tumbuh kembangnya prestasi moral di tingkat elite Vietnam, khususnya di level orang nomor satu negeri itu.

Tanpa harus diminta mundur, yang bersangkutan mengajukan permohonan diri untuk mengundurkan diri sebagai wujud tanggung jawab pribadinya atas kesalahan kolektif para bawahannya.

Budaya tanggung jawab tanpa harus dibentuk dan ditekan oleh aturan perundang-undangan, secara otomatis telat tumbuh dan ini merupakan prestasi moralitas luar biasa yang akan menjamin efisiensi penyelenggaraan birokrasi kenegaraan.

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Baca Juga: Inilah Kota di Tanah Pasundan Jawa Barat yang Warganya Berbahasa Jawa

Memang Vietnam harus segera mungkin lebih banyak belajar lagi, untuk melakukan proses transisi di masa sepeninggal Nguyen. Akan ada celah kosong.

Ini tentu bukan situasi yang mudah. Namun Vietnam khususnya harus membiasakan diri seiring dengan semakin meningkatnya tindak korupsi di level bawah.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Para pemimpinnya harus sudah mulai sadar bahwa mereka sewaktu-waktu dapat menjadi korban akibat tindak korupsi dari orang-orang yang mereka salah pilih, untuk menjadi bagian dari awak birokrasi pemerintahan dan politik negeri itu.

Indonesia khususnya memang harus belajar dari bagaimana Vietnam mencoba menyiasati dan mengelola situasi emergency seperti ini.

Baca Juga: Jelang Liburan Imlek 2023 Ancol Gelar Free Flight Bird Show: Atraksi Elang Bondol dan Elang Laut

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Yakni, agar dapat menumbuh kembangkan spirit anti korupsi yang didasarkan pada integritas moralitas pribadi para pemimpin yang baik di pusat maupun di daerah. Tanpa harus menunggu OTT (operasi tangkap tangan), sebagaimana yang sering kita alami di Indonesia.

Saya pikir, sistem keyakinan masyarakat dan bangsa Vietnam juga akan sangat memberi pengaruh besar terhadap integritas moral para pemimpin puncak mereka. Walaupun itu belum dapat menjadi contoh dan teladan bagi para level elite lapis 2 dan 3.

Presiden Nguyen telah menjadi role model dan real model bagi pemimpin middle level di negeri itu. Mengundurkan diri bukan aib.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Namun sebaliknya adalah prestasi moral yang hanya bisa dapat disemai dan dilebihi negeri dan bangsa Jepang, yang jauh lebih dahulu memiliki integritas moral, baik di tingkat elite maupun tingkat middle dan akar rumput.

Baca Juga: Yang Sedang Butuh Pekerjaan di Jakarta Timur, Ada Lowongan Kerja di PT Pamapersada Nusantara (PAMA)

Jepang sebagai real model dan role model semangat dan integritas moral tingkat elit maupun akar rumput, adalah prestasi budaya, prestasi peradaban berbangsa.

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Bangsa yang bukan hanya mampu memadukan kemajuan industri bersamaan dengan kemajuan dan integritas budaya, tetapi juga integritas moralitas di level dan sektor.

Bukan hanya sekedar semangat anti korupsi yang telah membudaya, tetapi juga semangat bersih-bersih dalam arti yang sesungguhnya.

Prestasi moral bangsa Jepang itu dipertontonkan, seperti halnya ketika para penonton Jepang membersihkan stadion sepak bola dari sampah-sampah yang ditinggalkan oleh para penonton di Piala Dunia yang lalu.

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Baca Juga: Deddy Corbuzier Pertanyakan Peran KPI Terkait Fajar Sadboy yang Sering Tampil di TV

Fenomena itu menjadi perhatian dan mendapat pujian dari dunia internasional. Namun yang penting diketahui bahwa bangsa Jepang tidak harus lagi membuang sampah di tempat sampah.

Ini karena tempat sampah itu selalu dibawa ke mana-mana, dengan membawa kantong untuk pemungut sampah sewaktu-waktu di mana sampah itu mereka temukan.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

Transisi prestasi moralitas bangsa Jepang itu sekaligus menjadi puncak dan tujuan dari para banyak bangsa di dunia.

Itu bukan perkara mudah, karena bangsa Jepang dituntut sekaligus dituntun oleh semangat belajar dari peristiwa bersejarah bom Hiroshima dan Nagasaki, yang meluluh lantakkan bangsa itu.

Baca Juga: Serie A: Zidane Semakin Dekat dengan Juventus

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

Peristiwa itu telah memberikan pengalaman sejarah yang sangat berdampak luas dan multi efek.

Mulai dari istilah bushido dan harakiri dan berbagai istilah dan simbol semangat mayoritas Jepang menanggung akibat dari kecelakaan moralitas telah menjadi simbol bagi dunia.

Sebelum dimundurkan, mereka telah mengajukan diri untuk mundur. Demikian halnya juga dengan pemimpin Puncak Vietnam saat ini.

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

Berdasarkan sejarah, semangat juang bangsa Vietnam tidak kalah dengan bangsa Jepang. Keduanya Musuh Bebuyutan Amerika.

Baca Juga: Di Luar Pulau Jawa, Suku Jawa Menjadi yang Mayoritas di 4 Provinsi Ini

Yang membedakan, Jepang dikalahkan Amerika namun Vietnam mampu mengusir Amerika Serikat. Dan harus diakui pulang bahwa Vietnam belakangan ini telah berhasil tumbuh pesat.

Baca Juga: Pembunuh Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus Jadi Tersangka, Sandi Andaryadi: Kami Apresiasi Polda Metro Jaya

Bukan hanya menjadi salah satu negara pengekspor pangan seperti beras, tetapi juga prestasi di bidang olahraga mereka telah masuk pada level elite di tingkat ASEAN

Spirit kerja masyarakat dan bangsa Vietnam sangat tinggi. Itu dapat kita lihat dari pengalaman sejarah. Bagaimana industri tekstil di Indonesia khususnya, misalnya dari Bandung semuanya bermigrasi ke Vietnam.

Ini setelah para investor memindahkan pabrik-pabrik mereka ke Vietnam, oleh karena Vietnam mampu menyiapkan tenaga kerja yang jauh lebih murah dan efisien.

Baca Juga: Warga Negara Asing Asal Korea Selatan Jadi Tersangka Pembunuhan Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus

Baca Juga: Ternyata Benar, Ada Penafsiran Hukuman Seumur Hidup Ferdy Sambo Lebih Menyedihkan

Dampaknya banyak pabrik tekstil di Indonesia khususnya di pulau Jawa mengalami penurunan tajam, dan berakibat pada menurunnya tingkat penyerapan tenaga kerja, yang berefek pada tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Vietnam sebagaimana halnya juga Jepang bukanlah negara beragama, walaupun banyak penduduk mereka menganut keyakinan Buddhisme.

Baca Juga: Di Gedung Long See Tong Kota Padang, Mahfud MD Janji Perjuangkan Hak Adat

Namun prinsip serta peran dari sistem keyakinan itu menjalar dan masuk ke dalam sumsum tulang belakang masyarakatnya, tanpa harus mengedepankan atau mengobar-debarkan yel-yel tentang Ketuhanan.

Mereka lebih memilih bagaimana mempraktikkan nilai-nilai spiritual itu, daripada sekedar propaganda spiritual, yang nyatanya banyak sekali merusak sendi-sendi bernegara.

Baca Juga: Liburan Imlek 2023 Jangan Lupa Kunjungi Sea World Ancol Lunar Festival Ada Barongsai, Cek Harga Tiketnya

Baca Juga: Muhaimin Iskandar Janjikan Tunjangan Ibu Hamil, Guru Mengaji, dan Bebaskan Pajak Bumi Bangunan

Vietnam jelas bukan bangsa jongos. Tetapi juga bukan bangsa priyayi yang gemar berleha-leha dengan memanfaatkan celah korupsi uang negara dari para elitenya.

Prestasi ini juga boleh dikatakan selevel dengan prestasi bangsa Korea Selatan, sebuah bangsa yang merdeka kemudian setelah Indonesia. Namun mampu bangkit dan melebihi prestasi banyak bangsa yang lebih dulu merdeka.

Produk-produk global mereka, misalnya di bidang elektronika, mulai dari handphone, mobil dan lain sebagainya telah menjadi duta besar prestasi mereka di pentas global.

Baca Juga: Syafrin Liputo: DKI Jakarta Bebas Kendaraan Bermotor Malam Natal dan Tahun Baru di Jalan Sudirman-MH Thamrin

Produk inilah yang menjadi bukti nyata dari prestasi budaya dan moralitas mereka.

Baca Juga: PSIKOLOGI: Mengapa Orang Tak Suka Sama Saya

Seperti halnya ketika kita menonton pertandingan sepak bola Piala Dunia, ketika produk dan perusahaan Korea Selatan dan Jepang berhasil menghiasi papan sponsorship.

Baca Juga: Taman Mini Indonesia Indah Gelar Konser Musik untuk Natal dan Tahun Baru

Sementara dari Timur Tengah hanya diwakili oleh negara Qatar dengan prestasi mereka di dalam bidang sistem tata kelola penerbangan, Qatar Airways.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Saya pikir Anda lebih tahu. Jawabannya sudah ada di hati kita masing-masing!

Bandung, 19 Januari 2023

Baca Juga: Dinas Kesehatan: Pengidap COVID 19 di Jakarta Mencapai 200 Kasus per Hari

Oleh: Max Umbu. ***

 

Berita Terkait