DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Yaman, Negaranya Para Habib yang Hancur Akibat Perang dan Tidak Adanya Komitmen Kebangsaan

image
Akibat perang saudara di Yaman banyak anak tewas dan menderita.

ORBITINDONESIA - Total penduduk negara Yaman 29 juta dan menjadi negara termiskin dijazirah Arab.

Menurut data PBB, UNDP, apabila perang terus berlanjut hingga tahun ini 2022, maka Yaman dipastikan menjadi negara termiskin didunia.

Krisis kemanusiaan di Yaman akibat dari konflik/perang berkepanjangan, perang antar sesama berebut kekuasaan.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Saat Berkunjung ke Destinasi Wisata Kawah Ijen Jawa Timur, Kamu Wajib Tahu 5 Hal Penting Ini!

Yaman negerinya para habib yang hancur akibat perang dan hancurnya bukan oleh komunis, kenapa Tuhan tidak menolong Yaman negara para habib ini? Bukankah gelar habib itu sangat mulia, tetapi kenapa Tuhan tidak mau menolong?

Salah satu yang bisa menyebabkan kehancuran sebuah negara adalah: Tidak adanya nasionalisme, tidak cinta tanah air, agama dijadikan kendaraan politik, terjadi pembiaran terhadap mimbar-mimbar kebencian berjubah agama.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Orang-orang bodoh yang mudah diprovokasi, mudah diadu domba, mudah dipecah belah dan dibakar lewat agama dan tidak bisa bersatu. Jadi bukan semata-mata soal ekonomi dan korupsi.

Tuhan sama sekali tidak peduli dengan semua gelar agama dari semua agama, semuanya salah manusia itu sendiri, semua itu karena kebodohan manusia itu sendiri karena ada yang mau jadi penyembah gelar agama.

Baca Juga: Trailer Perdana Film Para Betina Pengikut Iblis telah Rilis Garapan Falcon Black

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Tuhan senang dengan umat yang mau menciptakan kerukunan, kedamaian dan berjalan di jalan kemanusiaan.

Tetapi justru oleh sebagian manusia agama itu dijadikan tidak damai, tidak bisa rukun dan terjadi krisis/tragedi kemanusiaan, berebut kekuasaan dengan perang berjubah agama.
Bukan agamanya yang salah tetapi manusianya.

Konflik berdarah perebutan kekuasaan antara kelompok Houthi melawan pemerintah sudah berlangsung lama. Perang saudara di Yaman antara kelompok Houthi melawan pemerintah Yaman dimulai pada 17 September 2014.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Pada 26 Maret 2015 Arab Saudi beserta koalisinya Kuwait, UEA, Bahrain, Mesir, Maroko, Yordania,  Sudan dan Senegal memulai serangan udara ke Yaman.

Baca Juga: Cerita Inspiratif Hari Valentine 2023, Seorang Mantan Tentara menunggu Pujaan Hatinya kembali Tiap 4 Februari

Mereka kemudian menggempur kelompok Houthi baik lewat serangan udara maupun darat, perang saudara ini sampai sekarang. Dan apa hasil dari perang saudara ini?

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Pada 26 Maret 2018, lebih dari 40 ribu jiwa tewas. Pada 2017, Save Children menyatakan 50 ribu anak tewas dengan rata-rata 130 anak setiap harinya tewas. Ada 10 ribu anak menderita cacat.

Sekitar 10 juta warga Yaman kelaparan. Sekitar 3 juta warga terpaksa mengungsi. Ada 1 juta warga terserang wabah diare dan kolera.

Setiap 10 menit anak di bawah 5 tahun meninggal akibat penyakit. Sekitar 50 persen fasilitas kesehatan tidak berpungsi.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Baca Juga: Satrio Damardjati: Siapakah Kader Banteng yang Ditunjuk Sebagai Penerus Jokowi

Yaman negaranya para habib yang hancur akibat perang dan hancurnya bukan oleh komunis.

Yaman hancur dan menciptakan tragedi kemanusiaan karena perebutan kekuasaan berdarah antara 2 kelompok muslim yang beda mazhab, antara Kelompok Syi'ah Zaidi (Houthi, didukung Iran) dengan kelompok Sunni (Pemerintah Yaman yang didukung Arab saudi dan koalisi).

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Mari kita jaga negara kita Indonesia dari mereka para penjual agama, dari kelompok-kelompok radikal. Aparat harus tegas dan jangan takut dengan mereka yang bergelar agama.

Jika terbukti bersalah dan sudah cukup memiliki alat bukti maka jangan takut, tangkap dan masukan penjara. Dan kita tidak boleh diam. Kita harus lawan kelompok-kelompok yang hendak mengganti ideologi/Dasar Negara Pancasila dgn khilafah. Kita jaga Pancasila, kita rawat Bhinneka Tunggal Ika.***

Berita Terkait