DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Menlu AS Antony Blinken Tunda Kunjungan ke China Karena Insiden Balon Mata Mata

image
Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken tunda ke China.

ORBITINDONESIA - Amerika Serikat menunda rencana perjalanan Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke Beijing, Departemen Luar Negeri mengatakan Jumat, 3 Februari 2023, setelah apa yang disebut Washington sebagai balon pengintai China terdeteksi di wilayah udara Amerika.

Departemen Luar Negeri AS mengungkapkan bahwa Blinken mengatakan kepada Wang Yi, direktur Kantor Luar Negeri Pusat Partai Komunis China, bahwa dia tidak akan pergi ke China seperti yang direncanakan. 

Blinken mengatakan bahwa "mengingat masalah yang sedang berlangsung ini, tidak pantas mengunjungi Beijing saat ini." 

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: BRI Liga 1: Prediksi dan Link Streaming Arema FC Melawan PSM Makassar, Mewaspadai Kebangkitan Arema

Blinken mencatat pernyataan penyesalan Beijing terkait balon tersebut.

Tetapi Blinken "menyampaikan bahwa ini adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab dan pelanggaran yang jelas terhadap kedaulatan AS dan hukum internasional, yang merusak tujuan perjalanan tersebut."

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Blinken, kemudian pada konferensi pers, menyebutkan pembicaraannya dengan Wang. Ia mengatakan, "keputusan China untuk mengambil tindakan ini pada malam kunjungan saya yang direncanakan merusak diskusi substantif yang telah kami siapkan."

Dia menambahkan, "Saya berencana untuk mengunjungi Beijing ketika kondisi memungkinkan."

Baca Juga: Terlalu, beredar video Seorang Anak Memukul Ibunya Sendiri

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Sebelumnya pada hari itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa balon itu adalah "pesawat sipil yang digunakan untuk penelitian, terutama keperluan meteorologis."

Pihak China "menyesalkan masuknya pesawat itu ke wilayah udara AS secara tidak sengaja."

"Kehadiran balon ini di wilayah udara kami jelas merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan kami serta hukum internasional, dan hal ini tidak dapat diterima," kata seorang pejabat senior di Departemen Luar Negeri AS kepada wartawan.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

"Kami telah menyimpulkan bahwa saat ini kondisinya tidak tepat bagi Menlu Blinken untuk melakukan perjalanan ke China," kata pejabat itu.

Baca Juga: Ukraina Mendesak Agar Rusia dan Belarus Tak Diikutsertakan di Olimpide 2024 di Paris

Washington memberi tahu Beijing tentang keputusan pagi itu, sebelum kunjungan yang dilaporkan dijadwalkan dimulai hari Minggu.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Insiden itu terjadi di tengah ketegangan tinggi antara kedua negara.

Balon itu terlihat awal pekan ini terbang di atas Montana, menurut Departemen Pertahanan AS. Negara bagian Montana adalah rumah bagi pangkalan rudal nuklir Amerika yang sensitif.

Pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan, AS akan melanjutkan dialognya dengan China dan bahwa Blinken akan mengunjungi China "pada kesempatan paling awal ketika kondisi memungkinkan."

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Baca Juga: Samsung Luncurkan Galaxy Book3 Ultra, Diklaim Jadi Laptop Terkuat

Ketika Presiden AS Joe Biden bertemu Presiden China Xi Jinping di Indonesia November lalu, mereka sepakat, Blinken akan melakukan kunjungan lanjutan ke China.

Anggota Kongres AS menentang kunjungan Blinken setelah berita tentang balon tersebut.

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Secara terpisah, kementerian luar negeri Kanada mengatakan Jumat bahwa pihaknya telah memanggil Duta Besar China Cong Peiwu atas penerbangan balon tersebut.

"Kami akan terus mengungkapkan posisi kami dengan penuh semangat kepada pejabat China melalui berbagai saluran," kata juru bicara Urusan Global Kanada Charlotte MacLeod dalam sebuah pernyataan. Para pejabat belum mengatakan, apakah balon itu terbang di wilayah udara Kanada.***

Berita Terkait