DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Inilah Aneka Penyakit yang Bisa Sembuh dengan Terapi Berenang

image
Berenang menjadi terapi yang ampuh untuk menyembuhkan aneka penyakit di dalam tubuh.

ORBITINDONESIA.COM – Olahraga berenang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, terutama untuk menyembuhkan aneka penyakit di dalam tubuh manusia.

Dikutip dari akun Instagram @swimfitbandung, berenang menjadi terapi yang efektif untuk menyembuhkan aneka penyakit beikut ini;

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Skeleosis

Baca Juga: Jadwal Pertandingan Sepak Bola Liga Primer Inggris di Pekan ke 26 Musim 2022/2023

Skeleosis adalah kelainan pada tlang belakang yang ditandai dengan bentuk punggung melengkung seperti hurup C atau S. Dengan berenang, kelainan tulang belakang ini bisa menjadi normal.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Asma

Asma adalah penyakit pada saluran pernapasan yang ditandai dengan sesak napas di kala terjadi perubahan cuaca. Penderita asma akan sering mengalami sesak napas.

Dengan berenang, kondisi sesak napas akibat peradangan ini bisa dipulihkan secara perlahan.

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Baca Juga: Aspadin Optimistis Industri AMDK Tumbuh Lima Persen di Bulan Ramadhan

Radang sendi

Radang yang dalam dunia media disebut arthritis adalah kondisi pembengkakan dan nyeri pada satu persendian atau lebih.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Obesitas atau kelebihan berat badan

Obesitas adalah kondisi yang mana lemak menumpuk di dalam tubuh akibat kalori yang masuk secara berlebihan. Dengan berenang, lemak tersebut bisa dibakar lebih cepat.

Baca Juga: Masih Koma, David Latumahina Kena Fitnah Lakukan Pelecehan Terhadap Agnes Sampai Dianiaya Mario

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Insomnia

Insomnia adalah kondisi gangguan tidur yang menyebablan penderitanya sulit untuk tidur meskipun memiliki waktu yang cukup untuk tidur.

TBC

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Tuberkulosis (TBC)  atau TB adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri. TBC umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal, tulang belakang, dan otak.

Baca Juga: Alasan Said Aqil Ancam Serukan Tidak Bayar Pajak, Ternyata Beda Pendapat dengan KPK: Uang Rakyat Aman!

Demensia

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Demensia adalah penyakit yang menyebabkan penurunan daya ingat dan cara berpikir. Kondisi ini berdampak pada gaya hidup, kemampuan bersosialisasi, hingga aktivitas sehari-hari penderitanya.

Jenis demensia yang paling sering terjadi adalah penyakit Alzheimer dan demensia vaskular.

Alzheimer adalah jenis demensia yang berhubungan dengan perubahan genetik dan perubahan protein di otak. Sedangkan, demensia vaskular adalah jenis demensia akibat gangguan di pembuluh darah otak.

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Baca Juga: Tongkrongan Mewah Para Pejabat Pajak, Rubicon hingga Harley Davidson, KPK Ungkap Celah Korupsi Jadi Kaya Raya!

Pengapuran sendi

Istilah pengapuran itu sendiri lebih kita kenal dengan osteoarthritis atau penyakit sendi degeneratif. Secara definisi, osteoarthritis adalah gangguan pada satu sendi atau beberapa sendi yang diawali dengan penurunan kualitas tulang rawan dari sendi.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

Hipertensi

Hipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah berada di angka 130/80 mmHg atau lebih. Jika tidak segera ditangani, hipertensi atau tekanan darah tinggi bisa menyebabkan munculnya penyakit-penyakit serius yang mengancam nyawa, seperti gagal jantung, penyakit ginjal, dan stroke.

Baca Juga: TERUNGKAP, Kelihatan Bahagia, Ternyata Aldila Jelita dan Indra Bekti Sudah Ingin Bercerai 3 Tahun Lalu

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

Tekanan darah dibagi menjadi tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan saat jantung berelaksasi sebelum kembali memompa darah.

Stres

Stres adalah perubahan reaksi tubuh ketika menghadapi ancaman, tekanan, atau situasi yang baru. Ketika menghadapi stres, tubuh akan melepaskan hormon adrenalin dan kortisol. Kondisi ini membuat detak jantung dan tekanan darah akan meningkat, pernapasan menjadi lebih cepat, serta otot menjadi tegang.

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

Stres umum dirasakan setiap orang, baik dewasa maupun anak-anak. Saat mengalami stres, tubuh akan menjadi waspada terhadap tantangan atau bahaya yang mengancam.

Baca Juga: Ini Deretan Kebohongan Indra Bekti yang Dibongkar Aldila Jelita, Tidak Urus Asuransi hingga Hp Dikunci Rahasia

Saraf kejepit

Baca Juga: Pembunuh Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus Jadi Tersangka, Sandi Andaryadi: Kami Apresiasi Polda Metro Jaya

Saraf kejepit atau kecetit adalah suatu kondisi ketika saraf tertekan oleh jaringan tubuh di sekitarnya.

Kondisi ini dapat terjadi ketika saraf tertekan di antara ligamen, tendon, atau tulang.

Ketika Anda mengalami kondisi saraf terjepit, tubuh akan mengirimkan sinyal berupa rasa nyeri. Tentu sebaiknya Anda tidak mengabaikan tanda-tanda saraf kejepit, karena kerusakan saraf bisa bertambah parah. ***

Berita Terkait