DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Remah-remah dari Baralek Gadang IMLF di Agam

image
Pertunjukan seni di ajang IMLF di Sumbar

Oleh: Jonminofri Nazir, peserta IMLF dari Satupena Jakarta

ORBITINDONESIA.COM - Sumatra Barat baralek gadang 22-27 Februari 2023 lalu. Nama perhelatannya IMLF (International Minangkabau Literacy Festival). Tamunya 200 orang, datang dari 12 negara. Penyelenggaranya, Satupena Sumbar yang dipimpin oleh Sastri Bakry.

IMLF, acara berskala internasional ini diselenggarakan di Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, berjarak 10 Km dari kota Bukittinggi. Tepatnya di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Regional Bukittinggi.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Tempat IMLF ini asyik, pemandangan alamnya indah, fasilitas gedung lengkap. Dan, ini yang penting: makanan Minang selalu enak, dan banyak pilihan. Peserta asing juga memuji sajian Minang ini.

Baca Juga: TNI AL Gagalkan Penyelundup Ratusan Botol Black Jack dan Labour Asal Malaysia di Sebatik Kalimantan Utara

Suhu udara, di kota yang berada 725-1.525 meter di atas permukaan laut, mencapai 19°C derajat, lebih rendah 1° dibandingkan suhu biasanya. Saat itu suhu lebih dingin karena hujan lebat.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Pagi hari, peserta disambut oleh kabut yang menghalangi mata melihat ke arah gunung Merapi.

Selain sajian untuk mata dan perut, panitia menggelar aneka diskusi dan lokakarya, serta berbagai lomba untuk warga Baso, tempat IMLF digelar.

Pada sesi diskusi, pembicaranya adalah akademisi atau pakar di bidangnya, termasuk para Indonesianis dari Rusia, Australia, dan lainnya.

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Baca Juga: Bergaya Hedon, Berikut Profil Eko Darmanto Kepala Bea Cukai Yogyakarta yang Dicopot dari Jabatannya

Sepanjang acara yang berlangsung lima hari, panitia menggelar pameran lukisan. Peserta DR Reshma Ramesh, perempuan India yang cantik, menyajikan karya fotografi hitam putih di lobi ruang seminar.

Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena, Denny JA mengirimkan 15 karya lukisan modern. Lukisan ini menarik perhatian pengunjung karena dihasilkan dengan menggunakan teknologi artificial intelligence.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Tiga pelukis lain Minda Sari (Padang), Herisman Is (Pekanbaru), dan Nazhatulshima Nolan (Malaysia), menampilkan karya lukisan konvensional.

Untuk semua kemewahan itu, setiap peserta IMLF memang harus membayar Rp1 juta. Saya sempat terkejut melihat angka sejuta rupiah pada pengumuman yang dipasang di WAG dua bulan sebelum hari acara. Murah sekali.

Baca Juga: Konser Megah Raisa Menjadi Pemicu Gairah Perekonomian

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Di dalamnya, termasuk biaya penginapan, transportasi selama di Sumbar, serta makan 3 kali sehari. Normalnya, sejuta rupiah itu hanya cukup untuk satu hari untuk membayar hotel Grand Basko Padang (hotel bintang lima) pada hari pertama, makan tiga kali, dan transportasi lokal.

Spontan saya mengambil kesimpulan: tentu IMLF ini banyak mendapatkan sponsor dalam jumlah besar, setidaknya dari Pemda Sumbar.

Dugaan ini masuk akal karena IMLF sejatinya juga berfungsi sebagai media promosi pariwisata bagi Sumbar, terutama untuk Baso, Agam, dan Bukittinggi.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Saya berpikir tentu saja Pemda setempat ringan tangan mengguyur dana dalam jumlah besar untuk mendukung IMLF yang bisa mengangkat nama Sumbar yang indah di mata pariwisata.

Baca Juga: PROFIL Suami Sah Linda Pujiastuti yang Pernah Berkenalan dengan Teddy Minahasa

Ternyata dugaan saya keliru besar. Tidak ada sponsor. Bahkan, Pemda Sumbar sampai tingkat Bupati Agam tidak memberikan uang kepada panitia untuk festival internasional ini.

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Saya berbicara dengan tiga panitia inti IMLF, Sastri Bakry, Armaidi Tandjung, dan Yurnaldi, untuk mencari tahu bagaimana cara mereka menggelar perhelatan besar ini tanpa modal sama sekali. Intinya adalah Satupena Sumbar ketika itu hanya mempunyai konsep, dan mereka yakin bisa mewujudkannya.

Di sinilah kesulitannya muncul. Sebab, Pejabat Pemda yang mereka ajak bicara tidak mempunyai keyakinan yang sama dengan panitia bahwa acara ini bisa digelar. Mereka ragu peserta dari luar negeri mau datang.

Dan, ini yang gawat: Tidak terlintas di benak mereka bagaimana mengadakan uang Rp700 juta untuk program yang tidak masuk dalam daftar anggaran yang disusun setahun sebelumnya.

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Baca Juga: Menangi Laga Liverpool vs Wolves, The Reds Geser Fulham di Papan Klasemen Meski Miliki Poin Sama

Singkat cerita, Pemda tidak memberikan respon positif. Bahkan, mereka cenderung menolak gagasan besar dari Satupena Sumbar ini.

Satu hal yang membuat panitia bisa bernafas sedikit adalah janji dari Satupena Pusat: Perkumpulan penulis ini akan membantu Rp100 juta untuk Satupena Sumbar.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

Janji ini memang melegakan dan menerbitkan harapan. Tapi Sastri, Armaidi, dan Yurnaldi tetap khawatir sebab uang Rp100 juta itu turun tidak secepat yang mereka harapkan.

Acungan jempol pantas diberikan kepada Sastri, ketua Satupena Sumbar. Dia berkeliling ke Pemda Sumbar, Bupati Agam, dan tentu saja ke Kementerian Dalam Negeri untuk pemakaian semua fasilitas PPSDM Regional Bukittinggi, tempat utama IMLF.

Baca Juga: MIRIS: Bocah di Banyuwangi Nekat Bunuh Diri Karena Sering Dibully

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

Sastri bersama tim Satupena Sumbar menyiapkan skim yang masuk akal agar pemda yakin dan bersedia membantu tanpa mengubah mata anggaran yang sudah ada..

Sastri menjelaskan skim kerjasama kepada semua pejabat yang terkait. Kata Sastri, mereka tidak perlu mengeluarkan uang. Cukup mengizinkan fasilitas yang sudah tersedia dipakai dengan gratis, dan menyiapkan makanan untuk 200 peserta jika berkunjung ke instansi di Sumbar.

Penjelasan Sastri mampu mengubah keyakinan para pejabat ini. Sehingga acara pembukaan IMLF bisa digelar di kantor Gubernur Sumbar, di Kota Padang, lengkap dengan makan malam.

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

Pada kesempatan ini, Ketua Umum Satupena Denny JA, dalam pidato kebudayan, menyampaikan gagasan agar pemerintah menyisihkan 1% dari anggaran digunakan untuk diplomasi budaya nusantara ke tingkat dunia.

Baca Juga: Menangi Laga Arsenal vs Everton, Asa The Gunners Angkat Trofi Liga Inggris Kian Menyala

Hari selanjutnya, giliran Walikota Padang Panjang meminjamkan tempat PDIKM, dan menraktir 200 peserta makan siang di Sate Mak Syukur di Padang Panjang, sate yang amat terkenal sampai ke Jakarta.

Baca Juga: Pembunuh Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus Jadi Tersangka, Sandi Andaryadi: Kami Apresiasi Polda Metro Jaya

Perundingan dengan pengelola Istana Bung Hatta juga alot awalnya. Pada akhirnya mereka dengan senang hati menjamu 200 tamu, yang diawali dengan presentasi tentang Moh Hatta, Istana Bung Hatta, serta Fasilitas Perpustakaan di tempat ini, dan lainnya.

Acara selanjutnya, yaitu menu utama IMLF (hingga hari terlahir) berlangsung di komplek PPSDM milik Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi. Kompleks PPSDM ini mempunyai asrama 3 lantai dengan fasilitas seperti hotel yang mampu menampung 500 orang untuk menginap.

Di akhir acara semua yang terlibat tampak bahagia. Bahkan Bupati Agam mengatakan: dia mengundang peserta asing untuk datang kembali ke Agam, dan dia sendiri yang akan menjadi pemandu wisata. Katanya, banyak sekali tujuan wisata yang indah belum dikunjungi oleh para peserta IMLF ini.

Baca Juga: Warga Negara Asing Asal Korea Selatan Jadi Tersangka Pembunuhan Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus

Baca Juga: HOAKS: Menteri Agama Mau Ganti Waktu Salat Jumat

Tentu saja tidak semua senang dan menerima dengan hati gembira perhelatan IMLF ini, termasuk para penyair/penulis di Indonesia, termasuk di Sumbar. Syarat membayar Rp1 juta per peserta tentu berat bagi sebagian peminat festival ini.

Belum lagi biaya tiket dari kota masing-masing harus ditanggung peserta. Akibatnya beberapa penulis merajuk karena tidak bisa ikut karena panitia tidak membiayai ongkos perjalanan..

Baca Juga: Di Gedung Long See Tong Kota Padang, Mahfud MD Janji Perjuangkan Hak Adat

Armaidi dan Yunardi menjelaskan, uang pendaftaran dan bantuan yang terkumpul digunakan untuk membayar makan peserta selama di PPDSM, hotel untuk peserta di Padang, biaya minyak (istilah BBM untuk Sumbar), supir, produksi kaos, honor pembicara dan penampil 42 orang masing-masing Rp1 juta, dan biaya lainnya.

Baca Juga: GBK Dapat Julukan Dari Netizen Sebagai Gelora Buat Konser, Pilih BlackPink Ketimbang Persija vs Persib Bandung

Selain bersenang-senang, IMLF ini melahirkan 21 butir resolusi yang dibacakan saat penutupan acara.

Baca Juga: Muhaimin Iskandar Janjikan Tunjangan Ibu Hamil, Guru Mengaji, dan Bebaskan Pajak Bumi Bangunan

Apa yang bisa dipetik dari perhelatan IMLF di Agam ini bagi pengurus Satupena daerah atau bagi siapa saja yang ingin menggelar perhelatan internasional di daerah masing-masing?

Jawabannya adalah mereka bisa meng-copy cara pembiayaan yang dilakukan oleh Sasri Bakry dan kawan-kawan Satupena Sumbar.*

Berita Terkait