DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Tahun Hijriyah, Tahun Masehi, Tahun Pulitik

image
Achmad Rifai, FTUI Angkatan 1988

Oleh: Achmad Rifai, alumnus Teknik Gas Petrokimia, angkatan '88, FTUI.

ORBITINDONESIA - Sistem kalender selama ini yang kita kenal itu dasarnya ada 2: berdasarkan perputaran bulan mengelilingi bumi (qomariah) dan berdasarkan perputaran bumi mengelilingi matahari (syamsiah). Manusia mengenal ilmu penangalan ilhamnya juga dari Tuhan.

Perjalanan waktu orang mengasosiasikan kalender dengan agama tertentu. Penanggalan atau tahun Masehi yang adalah kalender syamsiah dikonotasikan dengan umat nasrani, karena kelahiran Isa dianggap menandai awal tahun baru.

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Demikian pula tahun Hijriyah dikonotasikan dengan umat Islam, karena awal tahun hijriyah dihitung sejak peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah.

Baca Juga: Marcel Radhival Berani Ungkap Ilmu Dukun Gus Samsudin di Podcast Deddy Corbuzier

Padahal kalender matahari (syamsiyah) sudah ada sebelum Isa A.S. lahir. Demikian pula kalender bulan (qomariyah) juga sudah ada sebelum Nabi Muhammad hijrah.

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik

Hanya saja kalender matahari itu di-reset jadi tahun ke 0 dengan lahirnya Isa al Masih, kemudian kalendernya disebut kalender Masehi. Dan ini yang melakukan umat sesudah Isa. Karena tidak mungkin seorang bayi yang memutuskan itu.

Ini sebuah keputusan politik, minimal untuk identitas atau sebagai tanda. Sebab bayi tidak punya kepentingan untuk itu.

Demikian pula tahun kalender hijriyah, itu baru diterapkan setelah era khalifah Umar bin Khatab yang bergelar amiril mukminin, di mana kalender qomariyah di-reset ke 0 atau dianggap peristiwa hijrahnya Nabi itu sebagai tahun ke-0, maka disebut tahun Hijriyah.

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

Baca Juga: Kisah Sebuah Mimbar dan Shalahuddin Al Ayyubi yang Merebut Yerusalem: Renungan 1 Muharram 1444 H

Tidak beda dengan odometer di kendaraan baik sepeda motor atau mobil, setelah sekian ribu kilometer, bisa dan boleh kita me-reset ke nol lagi untuk memudahkan menandai atau dalam rangka keperluan praktis.

Tidak ada hubungannya memakai kalender Masehi itu lantas jadi berbau kafir dan memakai kalender hijriyah pasti lantas kita serta merta termasuk golongan yang taat. Demikian pula sebaliknya.

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

Dan ini ranah ilmu, khususnya bagian dari ilmu falaq (astronomi). Jangan keburu hard feeling atau tersinggung lho.

Masing-masing sistem kalender ada kelebihan dan kekurangannya. Dan masing-masing ada hikmahnya.

Baca Juga: Yuliyanto Budi Setiawan: Janda oleh Media Selalu Dilekatkan Dengan Karakter Jahat atau Negatif

Baca Juga: Piala Dunia U20: Uruguay dan Korea Selatan Amankan Tiket Semifinal

Untuk para petani atau mereka yang suka outdoor activity yang pola kegiatannya dipengaruhi cuaca dan musim, kalender Masehi lebih tepat untuk digunakan.

Karena pergantian musim di muka bumi lebih dipengaruhi oleh perputaran bumi mengelilingi matahari dan posisinya matahari jika dilihat dari bumi.

Di mana untuk wilayah sekitar katulistiwa (daerah tropis) hanya mengenal 2 musim, dan untuk wilayah sub tropis ada 4 musim.

Baca Juga: Prediksi Dampak El Nino di Indonesia, Produktivitas Panen Padi Berkurang 5 Juta Ton

Dan antara belahan bumi di dekat kutub pun, meskipun sama-sama 4 musim, tapi berkebalikan. Jika di daerah kutub utara musim panas, di kutub selatan berarti sedang memasuki musim dingin.

Baca Juga: Ini Daftar Universitas Mitra Beasiswa LPDP di Dalam Negeri, Jangan Sampai Salah

Untuk para nelayan kalender Hijriyah lebih tepat guna, karena pasang surut air laut sangat dipengaruhi oleh posisi bulan, dan rata-rata nelayan menangkap ikan itu di malam hari. Salah satu contohnya lagi, cumi-cumi akan muncul ke permukaan di malam purnama.

Baca Juga: SEA Games 2023: Prediksi dan Link Streaming Indonesia Melawan Myanmar, Waktunya Raih Puncak Klasemen

Khusus untuk umat Islam yang harus menunaikan ibadah puasa, tahun Hijriyah lebih adil. Mereka yang berada di sekitar katulistiwa, puasanya sekitar 14 jam. Yang di daerah kutub ketika musim dingin puasanya akan lebih pendek; tapi ketika pas musim panas, puasanya akan lebih lama.

Dan ini bergantian kadang di daerah kutub utara yang puasanya lebih lama, kadang di daerah kutub selatan yang puasanya lebih lama; dan masing-masing pernah merasakan puasa dengan waktu yang lebih pendek atau pun yang lebih panjang waktunya.

Beda dengan perayaan Natal bagi umat Kristiani karena memakai sistem kalender matahari. Natal otomatis terjadi di musim dingin untuk mereka yang tinggal di daerah sub tropis di belahan utara.

Baca Juga: Survei Charta Politika: Bobby Nasution Ungguli Edy Rahmayadi di Sumatra Utara

Baca Juga: Simak Cara Daftar Beasiswa LPDP, Lengkap dengan Persyaratan dan Fasilitas yang Diterima

Tapi bagi mereka yang tinggal di daerah sub tropis di sebelah selatan, hari Natal selalu terjadi di musim panas. Peringatan Natal dengan background ada salju itu pasti di Eropa, Amerika Utara atau negara-negara yang berada dekat kutub utara.

Kembali ke tema sentral, semua sistem kalender itu bagian dari khasanah ilmu-ilmu-NYA. Karena DIA lah yang menciptakan konsep waktu. Jadi tidak ada istilah kafir atau musyrik atau pun bid'ah jika kita menandai pergantian tahun memakai sistem mana pun, selama dalam konteks mensyukuri dan mengagungkan kebesaran-NYA.

Baca Juga: Thailand Open 2023: Lanny Ribka Tumbang, Ganda Putri Indonesia Ambyar

Beda dengan tahun politik terkait hajatan 5 tahunan, ini murni buatan manusia. Dan kita rentan terhasut atau pun jadi penghasut, jika tidak bijak.

Wallahu a'lam bishowab.

* Ditulis di Papua Barat, menjelang pergantian tahun. ***

Berita Terkait