In Memoriam Azyumardi Azra, Denny JA: Dari Penulis Enterpreneur ke Negosiasi Syariah Islam
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 19 September 2022 08:06 WIB
Oleh Denny JA
ORBITINDONESIA - “Di era ini, menjadi penulis, peneliti ataupun intelektual, kita juga harus memiliki usaha lain, Bro.
Baca Juga: New Year Gaza 24 B
Jika tidak, desakan ekonomi dapat membuat kita melakukan tindakan yang merusak integritas diri dan keilmuan kita. Padahal mungkin uang yang ia ambil itu tak seberapa.”
Itu teks Azyumardi Azra di Whatsapp saya sekitar sebulan lalu. Saat itu, Azyumardi merespon prilaku teman yang kami kenal berdua.
Baca Juga: In Memoriam Azyumardi Azra: Azra dan Ratu Elizabeth
Teks ini pula yang pertama saya ingat lagi ketika mendengar wafatnya Azyumardi Azra.
Sejak Agustus 2021, hubungan saya denganya lebih intens. Saya ketua umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena. Azyumardi menjadi anggota Dewan Penasehat Satupena.
Saya mengenal Azyumardi sudah sejak tahun 1986. Itu sudah 36 tahun lalu. Kami sering berjumpa ketika sedang mengambil honor tulisan di Kompas atau di media lain.
Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda
Tapi hubungan kami tak pernah benar- benar dekat. Kami hanya saling menyapa saja dan bertukar kabar. Kontak kami lebih sering dan lebih dalam sejak sama sama mengurus perkumpulan penulis Indonesia Satupena.
Baca Juga: Hotman Paris Unggah Artikel OrbitIndonesia Tentang Perintah Transfer Gajih Perangkat Desa Lampung Timur
Dari sesama kawan di Satupena, saya dapat kabar. “Bang Denny, saya sedih. Prof Azyumardi kena covid serius. Ia ke Malaysia dan dirawat di sana. Ia sekarang ditidurkan.”
Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma
Lalu di WAG Dewan Penasehat Satupena, saya juga mendapat kabar serupa.
Saya merespon membesarkan hati. “Jika Azyumardi sudah di booster (vaksin 3 kali), paling butuh waktu 5-10 hari untuk sembuh kembali.”
Lalu di WAG Dewan Penasehat Satupena, Ilham Bintang memposting tulisan soal kondisi Azyumardi Azra.
Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan
Tapi ini kisahnya lebih detail dan lebih mencemaskan. Tulis Ilham Bintang, mengutip saksi mata:
Di pesawat ke Malaysia, Azyumardi sesak nafas. Ia keluar keringat. Badannya mengigil. Sejak di pesawat, ia sudah diberikan bantuan pernafasan.
Turun dari pesawat di Malysia, ia langsung dibawa ke rumah sakit.
“Wah,” ujar saya dalam hati. “Ini lebih serius dibandingkan yang saya duga.”
Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota
Saya pun japri ke Ilham Bintang: “Bro, apakah Azyumardi punya komorbid yang dapat membuat Covidnya beresiko?”
Jawab Ilham Bintang: “Nggak begitu jelas, tapi serangan Covid19 yang dia alami cukup keras. Sampai ditidurkan dan memakai ventilator. Lazim dialami orang yang punya komorbid.”
Hari ini, sejak pagi saya ada acara untuk dua anak saya yang segera pergi sekolah ke London. Entah mengapa, bayangan Azyumardi selalu melintas.
Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju
Ketika ada waktu saya membuka WA, berita itu pun datang. Azyumardi Azra telah pergi.
Baca Juga: Panggil dan Perintah Bupati Lampung Timur, Wasekjen DPP Bara JP Relly Reagen Apresiasi Kemendagri
Banyak hal yang saya ingat tentang Azyumardi Azra. Tapi dua isu ini lebih berkesan. Itu karena Azyumardi langsung yang merespon.
Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima
Pertama, ketika Azyumardi membaca berita. Saat itu saya membuka usaha. Saya beli banyak tempat kos- kosan, dan saya ubah menjadi hotel budget.
Saya membaca data dunia. Juga data di Indonesia. Rata- rata prosentase kenaikan harga properti melampaui prosentase kenaikan gaji.
Ini membuat makin banyak publik Indonesia tak bisa memiliki rumah. Dengan sendirinya kebutuhan akan kos- kosan semakin kuat.
Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah
Baca Juga: Kemendagri Jalankan Pemeriksaan Khusus Bila Pemerintah Kabupaten Lampung Timur Tidak Taat Perintah
Membaca data itu menambah motivasi saya membeli banyak tempat kos- kosan di pusat kota.
Tapi, agar kos-kosannya lebih efisien, ia bisa diubah menjadi hotel budget. Mereka dapat menyewa kamar harian, mingguan, bulanan, bahkan tahunan.
Total sewa 30 harian hotel akan lebih besar dibanding sebulan kos-kosan untuk kondisi kamar yang sama.
Usaha saya ini menjadi berita karena saya bekerja sama dengan pemilik aplikasi Zen Room. Usaha ini diframing sebagai bisnis baru di era digital karena mengelola hotel melalui aplikasi seperti Gojek dan Gofood.
Baca Juga: Diperintah Bayar Gaji Perangkat Desa 20 September 2022, Sekda Lampung Timur Menjawab Begini
Azyumardi menelepon saya. Ia menceritakan dirinya juga punya banyak kos-kosan.
Saya tanya apakah ia juga berminat mengubahnya menjadi hotel budget? Ia katakan tak punya waktu dan skill mengurusnya. Kos-kosan sekarang sudah cukup baginya.
Kami pun berdiskusi zaman yang berubah. Dulu intelektual cukup menjadi penulis, peneliti atau dosen saja. Tapi sekarang harus juga menjadi intelektual entrepeneur. Harus pula punya usaha di luar dunia penulisan, penelitian, dan pengajaran.
Baca Juga: Warga Negara Asing Asal Korea Selatan Jadi Tersangka Pembunuhan Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus
Hal kedua yang saya ingat tentang syariah Islam. Saya membuat tulisan di tahun 2019; Syariah Islam atau Ruang Publik Yang Manusiawi?
Baca Juga: Diperintah Bayar Gaji Perangkat Desa 20 September 2022, Sekda Lampung Timur Menjawab Begini
Waktu itu saya merespon gerakan NKRI bersyariat. Saya mengeksplorasi yang mana yang lebih penting menerapkan syariat Islam dengan menggunakan tangan negara? Atau menciptakan ruang publik yang manusiawi saja?
Baca Juga: Di Gedung Long See Tong Kota Padang, Mahfud MD Janji Perjuangkan Hak Adat
Bahkan dengan ukuran Islamicity Index, indeks nilai islami, negara yang pencapaiannya paling sesuai dengan nilai islami justru bukan negara Islam. Tapi itu justru terjadi di negara Eropa seperti Negara Skandinavia.
Itu negara yang bahkan tak menganggap agama itu penting. Tapi mereka menjalankan saja apa yg dianggap manusiawi seperti kebijakan yang membawa kepada kesejahteraan, kebebasan, genereousity, pemerintahan yang bersih.
Azyumardi membuat tulisan khusus membahas ini. Ia mengutip pandangan guru besar Emory University, Atlanta, Abdullahi Ahmed an-Naim.
Baca Juga: Muhaimin Iskandar Janjikan Tunjangan Ibu Hamil, Guru Mengaji, dan Bebaskan Pajak Bumi Bangunan
Baca Juga: Inilah Segudang Manfaat Tidur Siang yang Harus Anda Ketahui, Nomor Tiga Bagus Untuk Lansia
Naim menulis buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: Islam dan Negara Sekular: Menegosiasikan Masa Depan Syariah (Bandung: Mizan, 2007).
Menurut Naim; Syariah itu dapat dijalankan oleh penganut Islam. Tetapi bukan melalui penerapan prinsip-prinsipnya secara paksa oleh kekuatan negara.
Syariat Islam hanya baik jika dijalankan secara sukarela oleh para penganutnya.
Di negara Indonesia, dalam kerangka keberagaman, toh syariah Islam, sebagaimana juga prinsip agama lain, sudah bebas dijalankan oleh masing-masing.
Baca Juga: Taman Mini Indonesia Indah Gelar Konser Musik untuk Natal dan Tahun Baru
NKRI bersyariah itu bertentangan dengan prinsip di atas karena ingin menegakkan syariat Islam dengan menggunakan tangan negara.
Bercakap dengan Azyurmardi Azra itu seperti tour ke dunia perpustakaan. Ia menguasai dan menjalankan bidang pengetahuan yang luas, dari dunia penulis, peneliti, dosen, penasehat politik, agama, sampai entrepreneurship.
Saya pribadi kehilangan teman yang sportif dan cendikia.
Baca Juga: Dinas Kesehatan: Pengidap COVID 19 di Jakarta Mencapai 200 Kasus per Hari
Perkumpulan Penulis Satupena Indonesia kehilangan anggota Dewan Penasihat, satu senior yang kuat keilmuan dan integritas pribadinya.
Baca Juga: Hotman Paris Unggah Artikel OrbitIndonesia Tentang Perintah Transfer Gajih Perangkat Desa Lampung Timur
Selamat jalan Azyumardi Azra. Selamat jalan senior. ***
Baca Juga: Relawan Santri Muda Garut Dukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD
CATATAN
(1) Soal Islamicity Index
https://e-journal.metrouniv.ac.id › vi...Islamicity Indices: A Moral Compass for Reform and...
Baca Juga: Ganjar Pranowo Ikut Kirab Budaya Nitilaku UGM Yogyakarta
(2) Tulisan Azyumardi Azra menanggapi esai Denny JA
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02x9fsaqrTVrLbk4kbYDZ1oMTwiuYQc4r48y4h2oKH13ywnDtCLB46PMe9g8HZAh4ol&id=322283467867809