DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Bulan Desember, Bulan Puisi Esai, dari Film Layar Lebar Sampai Tradisi Memberi Kesaksian

image
Bulan Desember Menjadi Bulan Kesaksian tentang Apa Saja yang Berlangsung.

Oleh Denny JA

ORBITINDONESIA - Daniel J Bernstein sebenarnya seorang akademisi ahli matematika. Tapi ia membuat pernyataan yang kuat yang efeknya melampaui dunia akademik.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Ujarnya: “Publish or Perish!” Di dunia akademia, jika kita tidak mempublikasi hasil riset kita, bukan saja hasil riset itu dianggap tak pernah ada. Bahkan sang akademisi pun tak dianggap hadir di dunia akademik karena tak memberi kontribusi yang dapat diuji.

Namun pernyataan Bernstein itu berlaku juga untuk hal yang lebih strategis dan luas seperti pemberdayaan masyarakat, gerakan hak asasi, dan sosialisasi gagasan pencerahan.

Baca Juga: Peneliti LSI Denny JA: Mesin Politik Partai Golkar yang Bergerak Massif akan Menangkan Pemilu di Jawa Barat

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Publish or Perish dapat kita terjemahkan menjadi “Ayo, berikan kesaksian. Tuliskan kesaksianmu. Publikasikan. Atau isu itu, ketidakadilan itu, pelanggaran hak asasi itu, akan diabaikan, dan terus berulang untuk terjadi lagi.

Komunitas puisi esai menjadikan bulan Desember, setiap bulan Desember, sebagai momentum setiap tahun untuk mengajak publik luas memberi kesaksian atas apa yang ia anggap penting.

Masing- masing dari kita mengetahui atau menyimpan kasus yang menyentuh rasa kemanusiaan. Itu bisa tentang ketidakadilan yang berlangsung di depan mata. Atau pelanggaran hak asasi manusia yang dialami tetangga. Atau soal kemiskinan, rusaknya lingkungan hidup, kezaliman penguasa, eksploitasi atas orang yang kita kenal, dan sebagainya.

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Tuliskan itu dan publikasikan. Media sosial membuat setiap individu dapat dan bebas mempublikasikannya.

Baca Juga: Denny JA: Dunia Islam Perlu Tafsir yang Pro Keadilan Bagi Perempuan

Isu itu dapat pula dituliskan dalam bentuk puisi esai. Mengapa puisi esai? Itu agar kisah yang sebenarnya  menjadi lebih dramatis, lebih menyentuh hati, dan lebih lama tinggal dalam memori kolektif.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Cara menulis dalam puisi esai disertakan paling akhir dalam esai ini.

Di bulan desember ini, banyak hal signifikan yang sudah dilakukan oleh komunitas puisi esai.

Pertama, segera dibuat film layar lebar pertama berdasarkan puisi esai. Saya sudah bertemu beberapa kali dengan Direktur PFN, Dwi Heriyanto, sudah menanda- tangani MOU, untuk segera dieksekusi.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Baca Juga: Denny JA Luncurkan Kanal Youtube SATUPENA TV yang Memuat Kisah Kalangan Penulis Tanah Air

Kedua, kesaksian atas 25 kisah konflik berdarah di Indonesia setelah reformasi. Kisah ini sudah didokumentasikan dalam 25 puisi esai.

Itu kisah yang diolah dari drama di seputar konflik primordial di Era Reformasi: Konflik agama di Maluku (1991-2002), Konflik suku Dayak versus Madura di Sampit (2001), Konflik Ahmadiyah di Mataram (2002-2017), Konflik Rasial di Jakarta (Mei 1998), dan konflik pendatang Bali dan penduduk asli di Lampung (2012).

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

25 kisah ini saya tuliskan sendiri dan sudah menjadi buku “Jeritan Setelah Kebebasan” (2022). Juga sudah terbit edisi bahasa inggrisnya: Scream Following Liberation (2022).

Sebanyak 13 aktivis, penulis dan tokoh masyarakat juga sudah merespon buku puisi esai ini dan juga menuliskan responnya dalam buku yang segera terbit: Kaleidoskop Menolak Lupa: 13 Tanggapan Terhadap Puisi Esai Denny JA (2022).

Baca Juga: LSI Denny JA: Publik Optimistis Situasi Ekonomi Nasional tahun Depan Lebih Baik

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Tiga dari 25 puisi esai konflik berdarah itu sedang dalam proses dituliskan menjadi skenario serial film untuk di OTT.

Dari puisi esai menjadi film komersial itulah tahapan berikutnya yang ingin dicapai oleh komunitas puisi esai.

Ketiga, dari Aceh hingga Papua, sebanyak 13 penulis senior puisi esai mengasuh total lebih dari 130 para penulis, aktivis, jurnalis, dosen, bahkan politisi, untuk memberikan kesaksian atas isu sosial dan mempublikasinnya dalam bentuk puisi esai.

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Masing masing penulis dibebaskan memilih isu apa saja yang memang terjadi, dan penting, untuk didramatisasi dalam puisi esai.

Baca Juga: LSI Denny JA: Efek Dukungan Jokowi pada Elektabilitas Calon Presiden dan Wakil Presiden Tidaklah Besar

Keempat, bulan September 2022, komunitas puisi esai ASEAN dengan bantuan pemerintah Malysia menyelenggarakan Festival Puisi Esai antar bangsa.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

Di bulan Desember ini, puisi esai juga akan meluas ke Kairo dan Australia. Jika sebelumnya  banyak penulis puisi esai dari luar Indonesia menuliskan puisi esai dalam bahasa Indonesia, kini di luar negeri, mereka akan menuliskannya dalam bahasa inggris.

Kelima, segera pula dibuat festival menulis puisi esai, dengan total hadiah 50 juta rupiah. Menuliskan isu sosial yang benar- benar terjadi, namun didramatisasi dengan fiksi, melalui puisi esai, bisa diikuti siapapun.

Kelima kegiatan puisi esai di atas, di bulan Desember 2022, bulan puisi esai, adalah tambahan langkah untuk ikut menghidupkan kembali tradisi “mengangkat isu sosial melalui gerakan sastra puisi esai.”

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

Baca Juga: TWO LEADERS AND ONE SUN, Dua Lukisan Esai Karya Denny JA Tentang Global Governance di G20

Setiap bulan desember, setiap tahun gerakan itu, mengangkat isu sosial melalui gerakan sastra puisi esai, akan terus dihidup- hidupkan.

-000-

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

Bagaimana cara menulis puisi esai?

Ini panduannya.

1. Pilih satu peristiwa dalam negeri yang menggambarkan ketidak adilan, atau pelanggaran hak asasi, atau peristiwa yang mengganggu rasa kemanusiaan kita.

Baca Juga: Pembunuh Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus Jadi Tersangka, Sandi Andaryadi: Kami Apresiasi Polda Metro Jaya

Baca Juga: Denny JA: Banyak Problem Dunia Kini Hanya Bisa Diatasi Dengan Global Governance

2. Upayakan peristiwa itu sudah menjadi berita di sumber berita yang kredibel agar dipastikan itu bukan berita yang keliru (hoax).

3. Jadikan peristiwa di berita itu sebagai catatan kaki. Puisi esai dibuat berdasarkan catatan kaki ini. Catatan kaki dihadirkan dalam puisi. Minimal satu puisi esai terdiri dari satu catatan kaki.

Baca Juga: Warga Negara Asing Asal Korea Selatan Jadi Tersangka Pembunuhan Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus

4. Catatan kaki dapat ditambah, jika ada fakta lain yang penting yang perlu dirujuk dalam puisi esai itu.

5. Diptakanlah drama di atas peristiwa true story itu. Drama yang menyentuh: ada tokoh di sana, ada konflik, ada plot cerita. Drama itu sepenuhnya fiksi untuk membuat kisah semakin menyentuh.

Baca Juga: Denny JA: Ada Tiga Bahaya dari Politik Identitas yang Diskriminatif

Baca Juga: Di Gedung Long See Tong Kota Padang, Mahfud MD Janji Perjuangkan Hak Adat

6. Gunakan bahasa komunikatif yang bisa dipahami bahkan oleh anak SMP sekalipun. Tapi gunakan juga kekayaan bahasa puisi seperti metafor, hiperbola, dan lain- lain.

7. Panjang dan pendek puisi tak ditentukan. Yang penting, drama yang diceritakan dalam puisi esai itu sudah cukup menyentuh. Makin pendek, makin baik.

8. Contoh puisi esai dapat dilihat dari dua karangan Denny JA di bawah ini:

Baca Juga: Muhaimin Iskandar Janjikan Tunjangan Ibu Hamil, Guru Mengaji, dan Bebaskan Pajak Bumi Bangunan

 - PUISI KAUM MINORITAS

https://drive.google.com/file/d/1iO8DUMPTCr7RV0ayZCp_IxxycYbMUbKM/view?usp=drivesdk

- MENCUCI BENDERA DI HARI 17 AGUSTUS

Baca Juga: Syafrin Liputo: DKI Jakarta Bebas Kendaraan Bermotor Malam Natal dan Tahun Baru di Jalan Sudirman-MH Thamrin

https://drive.google.com/file/d/1oiyzZBh7ObJsDyGdH01eLXDIwqxKRX92/view?usp=drivesdk ***

Berita Terkait