DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Syaefudin Simon: Tuhan Yang Feminin

image
Syaefudin Simon tentang Tuhan yang feminin.

ORBITINDONESIA - Ada yang salah dalam memahami Tuhan, kata KH Prof. Nasaruddin Umar, imam besar Masjid Istiqlal, Jakarta.

"Umat Islam mempersepsikan Tuhan sebagai lelaki. Bersifat kelelakian. Padahal Tuhan dalam Islam, sifatNya yang tertinggi adalah pemelihara alam (Rabbul Alamin). Rab adalah sifat Tuhan yang keibuan. Sifat Tuhan yang feminin.

Sifat Tuhan yang keibuan banyak sekali disebutkan Quran. Tapi bangsa Arab yang berbudaya patriarkal kemudian lebih mempersepsikan Tuhan sebagai lelaki. Hal ini, misalnya, terlihat dari 12 level "kemulyaan" bangsa Arab yang male oriented dan ashobiyah (kesukuan).

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Februari 2023 Sampai Tanggal Berapa, 28 atau 29 Ternyata Ada Perbedaan, Mana yang Benar

Sebagai contoh, jelas Prof. Nazar, level terendah manusia adalah budak perempuan non-Arab. Di atasnya, budak lelaki non-Arab. Terus, budak perempuan bangsa Arab (non Quraish).

Lalu, budak laki-laki Arab (non Quraish). Dan seterusnya. Yang tertinggi adalah laki-laki Arab, suku Quraish, dan Bani Hasyim. Bani Hasyim adalah "nenek moyang" Khadijah dan Muhammad.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Dari gambaran tersebut, terlihat gradasi kehormatan orang Arab. Male orinted. Itulah sebabnya dalam persepsi bangsa Arab Tuhan adalah laki-laki. Dan kata gantinya, dalam bahasa Arab, huwa.

Pada kenyataannya, sifat Tuhan yang feminis lebih banyak disebutkan dalam Quran. Nabi Muhammad menyatakan, intisari Al-Qur'an adalah surat Al-Fatihah.

Baca Juga: Resmen Kadapi Minta KPK Segera Tetapkan Tersangka Baru, Jangan Tebang Pilih

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Sedangkan intisari dari Al-Fatihah adalah basmalah. Dalam Basmalah intinya adalah kata Rahman Rahim. Dua kata ini merupakan satu kesatuan. Bukan terpisah, dengan tambahan "dan". Seperti Rahman dan Rahim.

Buya Syakur Yasin menyatakan, terjemahan yang benar dari kata basmalah adalah "Atas Nama Allah Yang Maha Pengasih Penyayang".

Dua kata itu tidak bisa diterjemahkan Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kata Buya Syakur, "hitam manis" itu beda dengan "hitam dan manis". Hitam manis itu pandang tak jemu. Kalau hitam dan manis, pandang dan jemu.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Baca Juga: Cerita Prof Moh. Mahfud MD tentang Tidak Ada Hakim yang Korupsi di Jepang

Begitu juga kata Ar Rahman Ar Rahim, berbeda dengan kata Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Seperti halnya kata hitam manis tidak sama dengan kata hitam dan manis.

Menurut Prof Nasaruddin, dua kata Rahman dan Rahim berasal dari kata yang sama, Rahima. Artinya Cinta.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Karena itu, tepat sekali apa yg diungkapkan Ibnul Arabi dan Jalaluddin Rumi, bahwa Islam adalah Agama Cinta. Cinta dari Rahim Tuhan yang Feminin.

(Oleh: Syaefudin Simon, kolumnis). ***

Berita Terkait