DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Saiful Mujani: Meningkatkan Kedisukaan Cawapres Tak Cukup Dengan Spanduk dan Baliho

image
Pendiri SMRC, Saiful Mujani tentang kedisukaan cawapres.

ORBITINDONESIA.COM - Meningkatkan kedisukaan untuk para cawapres --seperti Mahfud MD, Gibran Rakabuming Raka dan Muhaimin Iskandar-- tidak bisa lagi sekadar sosialisasi seperti pemasangan atribut luar ruang, seperti spanduk, baliho, atau billboard.

Ini terkait dengan kreatifitas meningkatkan kualitas personal agar publik bisa menyukainya. Demikian dikatakan Prof. Saiful Mujani, pendiri SMRC, di Jakarta baru-baru ini.

Ditambahkan oleh Saiful Mujani, hal ini bisa dilakukan oleh tim kreatif seperti di media dan media sosial.

Baca Juga: Tiga Perempat Warga Israel Demo di Kediaman PM Benjamin Netanyahu Tuntut Mundur atas Serangan ke Palestina

Secara umum, menurut Saiful, yang membuat calon wakil presiden belum menyumbang kenaikan elektabilitas pasangan adalah karena awareness publik masih rendah pada mereka.

Walaupun ada calon seperti Mahfud MD yang memiliki tingkat kedisukaan lebih tinggi dari calon presiden, namun tingkat kedikenalannya masih rendah.

Sementara Gibran sudah relatif dikenal, namun tingkat kedisukaannya tidak tinggi. Pada Muhaimin lebih kompleks karena selain tidak banyak dikenal, dia juga memiliki tingkat kedisukaan yang relatif masih kecil.

Ada yang menyatakan bahwa Gibran akan memperkuat Prabowo karena Prabowo adalah generasi yang lebih senior, sementara Gibran merupakan representasi generasi yang lebih muda. Karena itu, dari segi usia, kombinasi pasangan ini cukup lengkap.

Baca Juga: Inilah Nama dan Struktur Tim Kampanye Nasional Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka

Sementara Ganjar sudah di atas 50 tahun dan berpasangan dengan tokoh yang lebih senior. Anies dan Muhaimin juga segenerasi dengan Ganjar. Dengan demikian, Prabowo-Gibran memiliki keunikan dari sisi usia.

Karena itu, ekspektasi sejumlah kalangan, terutama dari tim Prabowo, bahwa ada bonus khusus untuk Gibran dari generasi millennial ke bawah.

Apakah Gibran sebagai calon yang relatif sangat muda mencerminkan subjektifitas generasi: millennial dan generasi Z? Kalau itu benar, kata Saiful, mestinya yang suka pada Gibran bias pada kelompok pemilih muda tersebut.

Tingkat kedisukaan Gibran pada kelompok millennial dan Gen-Z seharusnya lebih tebal dibanding pada kelompok yang lebih senior. Sebaliknya, untuk Mahfud karena dia lebih senior, likeability di kelompok muda mestinya lebih rendah dan pada kelompok warga yang senior lebih tinggi. Apakah demikian faktanya?

Baca Juga: Turun Hujan Disertai Petir di Jakarta Hari Selasa Ini

Saiful menunjukkan hasil analisis atas data survei LSI awal Oktober 2023 tersebut. Ada 24,3 persen pemilih Gen-Z atau yang lahir setelah 1996. Sementara pemilih Millenial atau yang lahir dari 1981 sampai 1996 sebanyak 38,3 persen.

Jika dijumlahkan, pemilih millennial dan Gen-Z sebanyak 62,6 persen dari total populasi pemilih. Karena itu, kata Saiful, jika Gibran merepresentasikan subjektifitas generasi millennial dan Gen Z, maka mestinya Prabowo-Gibran menang dengan meyakinkan.

Data survei ini menunjukkan tingkat kedisukaan atau likeability Muhaimin pada generasi Z sebesar 61 persen, Mahfud MD 83 persen, dan Gibran 79 persen. Sementara pada generasi millennial, likeability Muhaimin 66 persen, Mahfud 82 persen, dan Gibran 76 persen.

Pada generasi X, likeability Muhaimin 64 persen, Mahfud 83 persen, dan Gibran 76 persen. Sedangkan pada genersai boomers, likeability Muhaimin 66 persen, Mahfud 89 persen, dan Gibran 74 persen.

Baca Juga: Pemerintah Luncurkan Peraturan Presiden Tentang Strategi Nasional Bisnis dan Hak Asasi Manusia

Saiful menjelaskan bahwa pada semua calon wakil presiden, tidak terdapat perbedaan yang besar likeability dari semua generasi. Likeability pada Muhaimin terentang dari 61 sampai 66 persen di semua generasi.

Pada Mahfud MD, jika ada sentiment generasi, mestinya likeability Mahfud pada generasi muda lebih rendah dari Muhaimin yang lebih muda. Namun faktanya, likeability Mahfud pada generasi millennial dan gen-Z lebih tinggi.

Bahkan likeability Mahfud di kalangan millennial dan Gen-Z lebih tinggi atau setidaknya seimbang dibanding Gibran yang merupakan bagian dari generasi pemilih muda tersebut.

“Tidak bisa dikatakan bahwa Mahfud kurang disukai di kalangan millennial ke bawah. Bahkan tingkat kedisukaan Gibran di kalangan millenial dan Gen-Z di bawah Mahfud. Gibran disukai dikalangan millennial 76 persen dan Gen-Z 79 persen, sementara Mahfud disukai di kalangan millennial 82 persen dan Gen-Z 83 persen,” jelas Saiful.

Baca Juga: Daftar Pemain Paling Lengkap Drakor Daily Dose of Sunshine, Dibintangi Oleh Park Bo Young Hingga Yeon Woo Jin

Generasi yang lebih muda lebih kuat kedisukaannya pada Mahfud dibanding pada Gibran dan Muhaimin. Karena itu, Saiful menyatakan tidak melihat ada subjektifitas generasi di kalangan pemilih muda.

“Tidak ada subjektifitas generasi di sini,” ungkap Saiful.

Lebih jauh Saiful menyatakan bahwa orang suka sama Mahfud bukan karena dia tua atau muda, tapi karena faktor yang lain. Demikian pula dengan Gibran. Orang suka pada Gibran bukan karena dia muda, mungkin karena faktor lain.

Karena itu, menurut dia, generasi menjadi tidak penting untuk menjelaskan dukungan publik pada tiga calon wakil presiden tersebut.

“Kesimpulannya perbedaan generasi tidak penting. Pemilih muda banyak yang memilih Mahfud MD, sama banyaknya dengan pemilih yang sudah senior. Dan pemilih yang lebih muda juga cenderung lebih banyak yang suka pada Mahfud dibanding pada dua calon wakil presiden lain. Kalangan muda memiliki sikap yang lebih positif pada Mahfud dibanding pada Muhaimin maupun Gibran,” pungkasnya.

Baca Juga: Sinopsis Drakor Daily Dose of Sunshine, Serial Netflix Tentang Perawat Neuropsikiatri yang Penuh Motivasi

Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1620 responden. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 2,5% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).

Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Wawancara lapangan dalam survei terakhir dilakukan pada 2-8 Oktober 2023. ***

Berita Terkait