DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Surya Paloh Mengadu Pada Publik Bisnisnya Terganggu, Taktik Playing Victim

image
Presiden Jokowi dengan tenang namun tegas membantah hubungannya dengan Ketua Umum NasDem Surya Paloh berada di titik terendah. Surya Paloh diduga lakukan playing victim. (Dok. CNN)

ORBITINDONESIA.COM - Salah satu strategi pemenangan pemilu (pileg maupun pilpres), adalah dengan memainkan teknik "playing victim". Sebuah gimik guna menarik simpati pemilih karena berkesan disakiti didzolimi oleh lawan politiknya. Sebaliknya lawan politiknya akan dikesankan sosok yang jahat dan dzolim.

Itu yang akan dihembuskan ke mana-mana, untuk meraih simpati. Ingin mengulang cerita sukses SBY yang baper dan memainkan playing victim karena dituding oleh Taufik Kiemas sebagai Jenderal mirip Anak TK di tahun 2004.

Waktu itu, teori playing victim bisa berhasil karena masyarakat pemilih masih sangat polos, berbeda dengan sekarang. Masyarakat sekarang kenyang nonton dan suguhan drama terutama kaum politisi. Masyarakat sekarang cerdas.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Begini Pesan Erick Thohir dan Jokowi Usai Kemenangan Timnas Indonesia di Final SEA Games 2023

Masih ingat dengan ketua DPR yang pernah diakui benjol se-bakpao besarnya? Lalu juga pejabat/kader partai yang mengaku mengalami sakit berat saat akan diperiksa KPK?

Ada pula yang mengaku ditembak tiga kali tanpa saksi, tanpa ditemukan proyektil peluru? Dulu sekali juga ada yang mengaku digebuki, ternyata cuma operasi plastik. Padahal sudah sempat mengarahkan tuduhan keji pada pemerintah.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Rumusnya, cara seperti ini biasanya digunakan oleh pihak yang posisinya merasa lemah, ditujukan kepada lawan yang posisinya kuat.

Masih ingat juga saat Metro TV menjadi TV "Pemerintah"? Saat Surya Paloh nyaman berkoalisi dengan Jokowi. Metro sering kali diserang sebagai tidak independen, bahkan reporter lapangan mereka mendapat serangan fisik, disebut pula dengan "cebong" dan kafir. Kenapa Surya Paloh tidak baper?

Baca Juga: Minta Maaf pada Timnas Indonesia, FA Thailand Akan Berikan Hukuman pada Pemain dan Tim yang Terlibat Keributan

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Waktu itu Surya Paloh cuek saja, ada anak buahnya dipersekusi secara fisik. Kenapa dia tidak playing victim? Tidak primbik-primbik ke media? Ya karena posisi Surya Paloh dan Nasdem saat itu kuat.

Buat apa dia harus playing victim? Sudah enak dia ikut dengan perahu penguasa. Memang "menyerang" itu identik bagi yang lemah (dalam konteks ilmu politik). Yang kuat hanya defense atau melakukan counter attack.

Itu yang kini dilakukan Surya Paloh bersama Nasdem dan koalisi partainya. Satu-satunya alamat memohon ya kepada rakyat pemilih (publik). Surya sudah merasa tidak ditanggapi oleh Jokowi.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Tetapi Jokowi mengatakan hubungannya dengan Surya sebagai "biasa saja". Maka bisa dibedakan gaya dan reaksi mereka yang punya posisi kuat dengan yang posisinya lemah. Hal ini harusnya sudah dipahami Surya.

Baca Juga: Garong Uang Negara, Johnny G Plate Ternyata Punya Harta Kekayaan Fantastis Ratusan Miliar, Ini Rinciannya

Terlebih Surya bukan anak kemarin sore dalam berpolitik. Tidak ada politik yang lurus-lurus saja, tidak ada dalam praktiknya politik yang idealis. Jika Surya menganggap harusnya berpolitik seperti itu, maka dia sangat naif.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Politik itu bersiasat berstrategi melakukan apapun dengan segala cara, tapi ingat dengan undang-undang yang mengaturnya. Sepanjang tidak melanggar konstitusi, maka diperbolehkan.

Seperti saya bilang, playing victim sebagai salah satu cara saja. Ada pula yang melakukan kampanye negatif (mengorek catatan negatif lawan). Atau bahkan menyebar hoaks berulang-ulang.

Harapannya, kebenaran adalah kebohongan yang diulang-ulang. Kini Surya sudah terjerumus oleh spekulasinya sendiri, melakukan manuver yang tanpa koordinasi atau komunikasi dengan "teman lamanya".

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Baca Juga: Usai Kemenangan Timnas Indonesia 5-2 di Final SEA Games 2023, Ucapan Pemain Thailand Ini Kembali Viral

Sampai hari ini kan tidak terjawab, atau Surya hanya bungkam. Pertanyaan sederhana dari Jokowi, mengapa melakukan deklarasi Anies bacapres tanpa bicara dengan Jokowi ataupun partai koalisi pemerintah?

Sebuah resiko yang sangat berat dan memang harus ditanggung sendiri oleh Surya dan Nasdem. Berani berbuat berani bertanggung jawab. Menjadi tidak logis jika kini Surya cengeng, baper dan terlalu banyak mengeluh.

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Langkah yang diambil serba tanggung. Tidak heran Fahri Hamzah melakukan kritik terhadap partai Koalisi Perubahan yang dipimpin oleh (eks) partai pemerintah, yakni Nasdem.

Mau frontal oposisi tidak berani, tapi telah mengambil jalan lain dari partai koalisi pemerintah. Jika Nasdem gentle, nyatakan siap berseberangan dengan Jokowi, lalu tarik para menteri yang berasal dari Nasdem. Sehingga tidak ada lagi keragu-raguan.

Baca Juga: Jadi Tersangka Korupsi, Ini Deretan Harta Kekayaan Menkominfo Johnny G Plate, Capai Rp 191 Miliar

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Kegamangan menentukan sikap politik ini yang akan menjatuhkan sendiri reputasinya. Publik pun melihat Surya belum sepenuh hati bisa lepas dari pengaruh Jokowi.

Masih ingat dengan artikel saya berjudul "Dipangku Mati"? Mungkin ini definisi yang paling menjelaskan. Orang jika sudah dibaiki tapi justru mengkhianati, maka tidak ada ampun. Ahok bilang, Jokowi bisa kejam merebus lawannya dalam panci besar hingga mati perlahan.

(Oleh: Agung Wibawanto)***

Berita Terkait