DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

DISKUSI SATUPENA, Chappy Hakim: Demokrasi Kita Terjebak Pada Siklus Lima Tahunan, Tak Ada Visi Strategis

image
Chappy Hakim - mantan Kepala Staf TNI AU dan pendiri Pusat Studi Air Power Indonesia /Foto: Istimewa/Kilat.com

ORBITINDONESIA.COM - Demokrasi dan elite politik kita terjebak pada siklus lima tahunan. Tidak ada visi jangka panjang atau visi strategis. Hal itu diungkapkan Chappy Hakim, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara.

Chappy Hakim menyatakan hal itu sebagai salah satu peserta dalam diskusi tentang revitalisasi reformasi untuk demokrasi yang berkeadilan, sebagai refleksi sesudah 25 tahun reformasi. Diskusi itu berlangsung di Jakarta, Kamis malam, 25 Mei 2023. 

Diskusi itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA. Diskusi open mic yang menghadirkan Chappy Hakim dan banyak tokoh lain itu dipandu oleh Anick HT dan Swary Utami Dewi.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Sinopsis Film Anna: Keindahan dan Kejahatan dalam Dunia Mata-mata yang Memukau Tayang di Bioskop Trans TV

Menurut Chappy, ia bicara dengan berorientasi pada kepentingan masyarakat banyak. “Di sini kita bicara tentang demokrasi. Ada banyak variannya, tetapi ide dasarnya adalah rakyat yang berkuasa,” tuturnya.

Chappy berpendapat, dari pengamatan pribadinya, dalam berdemokrasi itu banyak negara yang mengalami kegagalan atau tantangan yang lebih besar lagi. Filipina adalah salah satu contoh. Tadinya cukup maju, tetapi setelah berdemokrasi dia berubah.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Yang menarik, Chappy mengutip ucapan mantan PM Singapura Lee Kuan Yew. Dalam wawancara dengan Der Spiegel, Lee bilang dia tidak menerapkan demokrasi di Singapura. Ketika orang Inggris pergi dari Singapura, Lee merasa tidak dititipi demokrasi.

“Karena kalau Lee menerapkan demokrasi a’la Barat, negeri Singapura ini tidak bekerja. Tetapi elite politiknya akan selalu ribut saja di DPR. Lee mau bilang bahwa menerapkan demokrasi itu akan menyulitkan negara Singapura dalam menuju cita-citanya,” jelas Chappy.

Baca Juga: Ini Sosok Istri Orang yang Jadi Selingkuhan Wakapolres Binjai Kompol Agung Basuni, Ternyata...

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

“Kini kita lihat visi para elite (Indonesia) sudah masuk dalam kotak lima tahunan. Jadi tidak ada visi jangka panjang. Industri penerbangan yang sudah dimulai dengan baik, lalu hancur dan bubar,” ucap Chappy.

“Banyak masalah yang memerlukan pemikiran strategis, tapi itu masuk kotak semuanya. Kenapa? Karena kita terjebak dalam siklus lima tahunan. Ini sangat menyedihkan,” ujar Chappy dengan nada prihatin.

Chappy menambahkan, kalau dibilang ini adalah hasil yang istimewa dari reformasi, karena kita berubah dari sistem otoriter ke demokrasi, oke saja.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

“Tetapi kalau demokrasi yang ada seperti ini, kita saksikan tiap hari berita tentang korupsi, pejabat yang ditangkap, dan sebagainya. Itulah yang muncul di permukaan dengan bendera reformasi,” tambahnya.

Baca Juga: Erick Thohir Ungkap Alasan Utama Timnas Argentina Pilih Timnas Indonesia Jadi Lawan Tanding di FIFA Matchday

“Mungkin pengamatan saya ini terlalu subjektif. Tetapi jika kita mau maju, kita harus mencari model demokrasi yang mana yang tepat. Karena saya bergerak di lingkungan yang menuntut disiplin yang tinggi, maka kekecewaan saya sangat besar,” ungkapnya.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Banyak tokoh lain berpartisipasi dalam diskusi Satupena itu. Antara lain: Nasir Tamara, Eka Budianta, Bachtiar Aly, M. Thobroni, Nia Samsihono, dan lain-lain. ***

Silakan simak berita lain ORBITINDONESIA.COM di Google News.

Berita Terkait