DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Terlalu Fokus Pada Polusi Jakarta, Warga Marunda Alami Gatal yang Berdampingan dengan Pencemaran Batubara

image
Ini Nasib Warga Marunda yang Berdampingan dengan Pencemaran Batubara Sumber Photo: Twitter/@GreenpeaceID, freepik

ORBITINDONESIA.COM- Akhir-akhir ini fokus masyarakat dan pemerintah tertuju pada polusi udara di Jakarta yang semakin hari meningkat dan menimbulkan keresahan.

Pencemaran polusi udara yang terjadi di Jakarta ini disebabkan oleh emisi karbon yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor dan pembangkit listrik tenaga batubara.

Namun, di tengah fokus masyarakat dan pemerintah yang mencemaskan polusi udara di Jakarta, sepertinya orang-orang melupakan warga Marunda yang berdampingan langsung dengan pencemaran batubara.

Baca Juga: Aktor Korea Ji Chang Wook Berterima Kasih Atas Sambutan Luar Biasa dan Hangat dari Penggemar di Indonesia

Baca Juga: Legendaris! Ini Dia Toko Roti dan Kue di Jakarta yang Masih Eksis Hingga Sekarang, Kualitas Rasa yang Otentik

Warga Marunda, Jakarta Utara menjadi masyarakat yang terkena dampak paling parah akibat pencemaran yang dihasilkan oleh pembangkit listrik berbahan bakar batubara.

Dilansir dari akun X @GreenpeaceID, sejak beberapa bulan lalu, 63 warga Marunda di Rusunawa  mengalami gatal-gatal akibat pencemaran batubara dan polusi udara.

Baca Juga: Tur Event Musik Supermusic Superstar Intimate Session Akan Singgah di Jakarta Dengan Sederet Bintang Tamu

Aktivitas keluar masuk kapal tongkang pembawa batubara serta kepulan asap dalam Kawasan Berikat Nusantara membawa polusi ke tengah kehidupan masyarakat sekitar.

Baca Juga: Peringkat Pertama Kota Paling Tercemar di Dunia, Polusi Udara di Jakarta Mulai Jadi Sorotan Media Asing

Seorang warga Marunda di Rusunawa mengatakan bahwa banyak anak kecil hingga orang dewasa yang mengalami gatal-gatal di tangan, kaki, wajah, bahkan sekujur tubuh.

Baca Juga: Dubes Arab Saudi Faisal bin Abdullah Al-Amoudi Tinjau Lounge Inisiatif Rute Makkah di Bandara Soekarno-Hatta

Warga yang mengalami gejala tersebut sempat memeriksakan diri mereka ke puskesmas setempat dan menduga bahwa hal tersebut terjadi akibat polusi dan debu batubara.

Tak sedikit warga yang mengalami gatal-gatal parah hingga mengakibatkan kulit bagian luar mengelupas dan berdarah.

Baca Juga: Mengenal Quarta Colonia National Geopark, Surganya Fosil Langka dan Kultur Masyarakat yang Kaya Budaya

Baca Juga: Menlu Inggris David Cameron Tolak Tangguhkan Penjualan Senjata ke Israel yang Serang Rafah, Gaza Selatan

Kualitas udara sendiri memegang peranan penting terhadap kehidupan manusia, karena sangat berpengaruh terhadap kesehatan kita.

Setidaknya, ada 13 PLTU berjarak 100 km dari DKI Jakarta yang menyumbang salah satu polusi udara terbesar di Jakarta selain kendaraan bermotor.

Berdasarkan data alat pemantau kualitas udara, Marunda sudah melewati ambang batas udara yang layak menurut WHO.

Baca Juga: Presiden Turki Erdogan: PM Israel Benjamin Netanyahu Akan Membuat Hitler Iri dengan Metode Genosidanya

Baca Juga: Terungkap Rahasia Alasan Kawaki di Manga Two Blue Vortex Lindungi Naruto dan Jadi Ancaman Terhadap Boruto

Kandungan PM 2.5 dalam udara di Marunda dapat memicu ISPA (infeksi saluran pernafasan), penyakit jantung gatal, iritasi kulit, hingga penyumbatan darah di otak.

Parahnya lagi, mayoritas warga Rusunawa Marunda yang merupakan korban penggusuran awalnya dijanjikan tempat tinggal yang layak dan bersih oleh pemerintah.

Baca Juga: 130 Ribu Wisatawan Kunjungi Taman Impian Jaya Ancol Pada Libur Panjang 9-11 Mei 2024

Nyatanya, mereka harus berhadapan langsung dengan kawasan industri yang sangat tidak layak huni secara kualitas udara dan lingkungan.

Baca Juga: Pasuruan Bersholawat, Habib Syech Doakan Erick Thohir

“Kami digusur dan dipindahkan pemerintah ke sini, tapi disini malah merasakan debu batu bara,” ucap Cecep Supriyadi warga Rusunawa Marunda.

Baca Juga: Kepala BMKG Dwikorita Karnawati: Hujan Sangat Deras dan Panjang Pemicu Banjir Lahar di Sumatra Barat

Menurutnya, warga pun tidak tahu akan dipindahkan ke tempat tersebut yang jaraknya sangat dekat dengan PLTU.

“Saya enggak tahu kenapa kami dipindahkan dekat dengan industri yang seharusnya jauh dari pemukiman,” lanjut Cecep.

Menurut Greenpeace Indonesia, seharusnya pemerintah DKI Jakarta segera menemukan solusi atas permasalahan yang sudah bertahun-tahun mengancam kesehatan warga Rusunawa Marunda.

Baca Juga: Bupati Banjar Saidi Mansyur Ingatkan Petugas Haji Agar Prioritaskan Pelayanan Bagi Jamaah Lansia

Apalagi, hak atas lingkungan yang sehat dan udara yang bersih adalah hak asasi manusia yang berhak didapatkan oleh setiap orang.***

 

Berita Terkait