DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Damar Wicaksono: Ode untuk Megawati

image
Megawati Soekarnoputri

ORBITINDONESIA - Nampaknya banyak pendukung Jokowi yang meradang, mendengar pidato Megawati di puncak HUT PDIP kemarin.

Ijinkan saya menulis dari sisi yang berbeda. Semoga kawan-kawan bisa mengalami sedikit perspektif yang berbeda tentang Megawati.

Tentang Dyah Permata MEGAWATI Setyawati Soekarnoputri, Presiden Kelima Indonesia.

Baca Juga: Ramai Kiai Fahim Jember Ditetapkan Sebagai Tersangka Kasus Pencabulan Santri, Polisi: Jangan Berspekulasi

Dulu... Dalam riwayat sakitnya pada tahun 2002 sd 2004, Soeharto mendapatkan pelayanan dan dokter terbaik milik Indonesia. Saat itu, Soeharto berkali-kali masuk rumah sakit dan dirawat di ruang intensif.

Presiden Republik Indonesia memerintahkan dokter kepresidenan memantau dan memberikan yang terbaik kepada penguasa Orba itu.

Saat itu Presiden kita adalah Megawati. Ia tak mau kejadian tragis yang dialami ayahnya, Soekarno, dialami oleh Soeharto. Di zaman awal rezim Soeharto lah, Soekarno harus mengalami sakit tanpa perawatan memadai dari dokter kepresidenan.

Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri, anak Soekarno, tak dendam kepada Soeharto.

Baca Juga: Anton Sudibyo: Prestasi Ganjar Apa, Ini Jawaban Saya

Sebuah catatan yang akan dikenang sejarah, tentang permaafan. Permaafan, tentang KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB dan PERSATUAN INDONESIA

Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri. Nama indah yang disematkan ayahnya yang hebat, Soekarno.

Sebentar lagi ia berulang tahun ke 76. Bertahun melewati banyak rezim di sebagian tahun yang penuh perlawanan..

Dia punya segudang kelemahan. Iya Dia kerap diam saat dikritik. Iya. Keputusannya saat menjadi Presiden kerap kontroversi. Iya. Ada yang keliru, ada yang terbukti menyelamatkan bangsa.

Baca Juga: The Last of Us Jelang Tayang Perdana di HBO Max, Pedro Pascal: Semua Fans Game Gugup dan Berekspektasi Tinggi

Tak banyak yang tahu kepedihan hatinya berpuluh tahun ditekan sebuah rezim.
Rezim yang juga membiarkan bapaknya, sang proklamator dan salah satu pendiri bangsa, sakit tanpa mendapat pengobatan memadai. Lalu wafat.

Langkah-langkahnya dalam berdemokrasi memang sebagian usang bagi anak-anak muda.
Tapi kita tak akan pernah lupa berterimakasih untuknya.

Dialah yang "menemukan" dan mengijinkan beberapa nama bersinar terang, sebagai pelita harapan rakyat kecil.

Dia sangat pantas menerima penghargaan khusus dari manapun. Termasuk doktor honoris causa dari tempatnya menimba ilmu perkuliahan selama 1 tahun.

Baca Juga: Waduh, Lamborghini Avendator Mogok Kepanasan di Jaluar TransJakarta, Berikut Spesifikasi Supercar asal Italia

32 tahun lalu, saat dia mulai terjun ke politik dan melawan rezim Soeharto, apa kita membayangkan akan sampai pada hari ini? Menyaksikan salah satu kadernya menjadi presiden yang begitu dicintai?

Lihatlah. Saat Megawati menjadi Presiden atau Wapresnya Gus Dur, tak satupun kata terlontar, agar dilakukan penyelidikan independen untuk memulihkan nama baik bapaknya, Soekarno, dari narasi2 negatif selama puluhan tahun.

Saat bu Mega jadi Presiden, tak ada satupun sikap yang menunjukkan ambisinya untuk membuat 1 Juni dijadikan hari libur resmi untuk menghormati Soekarno, pencetus Pancasila

Barulah setelah rezim SBY menjabat, Megawati mendorong kajian supaya 1 Juni ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila.

Baca Juga: Kabar Terbaru 2023, Pemerintahan Keluarkan Aturan Baru Beli LPG 3 Kilogram Sudah Tak Bisa di Warung Kecil

SBY sempat berjanji, tapi sampai akhir masa jabatannya, 1 Juni belum ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila.

Rezim Jokowi lah yang pada tahun 2016 akhirnya menetapkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila. Itu lah fatsoen politik.

Megawati pula yang berjasa melahirkan MK, KPK dan PPATK dalam masa rezimnya yang pendek. Walau akhirnya, salah satu lembaga yang "dilahirkannya", KPK, menjadi sebab banyak kadernya ditangkap di kemudian hari.

Mungkin tak banyak yang tahu, hal-hal di atas adalah persembahan terbesarnya kepada bangsa Indonesia. Sekaligus penghormatan terbesarnya kepada ayahanda tercintanya, Bung Besar Soekarno.

Baca Juga: TERJAWAB, Revaldo Fifaldi Terus Menjadi Pecandu Narkoba, Polisi: Belum Pernah Direhab

Terima kasih Bu Mega.

Terima kasih untuk menghadirkan Jokowi, Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, Djarot Syaiful Hidayat, Abdullah Azwar Anas, Rustriningsih dan Hasto Wardoyo dsbnya.

TABIK PUUUN.

Oleh: Damar Wicaksono. ***

Berita Terkait