DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Kuliner Papua Sinole, Papeda, Hingga Kopi Dilirik Koki Hassan Asal Qatar: Seumur Hidup Baru makan Ulat Sagu

image
Koki asal Qatar Hassan Al Ibrahim menjelaskan rasa makanan usai mencoba masakan khas papua saat Culinary Journey Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture di Kampung Skouw Sae, Kota Jayapura, Papua.

  ORBITINDONESIA.COM- Koki Hassan asal Qatar mengunjungi Kampung Skouw Sae untuk menikmati kuliner Papua yang terletak di Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, di mana tempat tersebut dekat perbatasan Indonesia-Papua Nugini.

Bumi Cenderawasih menjadi tempat pertama yang dikunjungi koki Hassan asal negara Qatar dan dikenalkan berbagai macam jenis kuliner Papua. 

Kuliner Papua meliputi yakni sinole, papeda, kopi, dan beberapa jenis umbi-umbian. Tidak hanya itu, koki asal Qatar Hassan Al Ibrahim juga dikenalkan bagaimana proses mengelola sagu menjadi papeda yang merupakan makanan asli penduduk setempat.

Baca Juga: 14 Klub Sepak Bola Papan Atas di Asia Tenggara Siap Bertanding di Kualifikasi ASEAN Club Championship Juli

Baca Juga: Pencarian Kapal Selam Wisata Titanic, Prancis Kirim Robot Tak Berawak Canggih, Ini Spesifikasinya

Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture memilih tiga daerah untuk dikunjungi, yakni Papua, Medan, dan Bali.

Kuliner Papua memiliki dasar dan teknik sederhana yang hampir sama di semua wilayah setempat.

Baca Juga: Pilkada Jakarta, Anthony Leong: Ahok Punya Energi dan Modal Sosial Besar untuk Bertarung

Menu asli Papua ini biasanya disajikan dengan cara sederhana.

Tungku Batu adalah salah satu cara memasak dengan memanaskan batu sampai kurang lebih dua jam untuk kemudian meletakkan bahan makanan, mulai dari daging babi, umbi-umbian, dan berbagai jenis sayur lainnya.

Baca Juga: Buku Silsilah Sepuluh Wali Karya Syaikh Abul Fadhol Senori Tuban

Baca Juga: Piala Asia Putri U17: China Menang Melawan Thailand

Rata-rata teknik bakar dan pengasapan dengan tidak menggunakan minyak serta hanya sedikit garam.

Saat datang, Hasan disambut dengan tari Wiru yang merupakan tarian penjemputan tamu, lalu diantar ke tempat pertemuan.

Koki Hassan langsung diajak melihat proses pembakaran batu yang menjadi tempat memasak sagu bakar, kemudian ia melihat proses pengambilan sagu, mulai dari menebang pohon sagu.

Baca Juga: Zulkifli Hasan Bantah Melobi Kursi Kabinet Ketika Kunjungan Rombongan PAN Temui Presiden Jokowi

Kemudian, sambil menunggu proses penebangan, ia ditantang untuk memakan ulat sagu yang masih hidup.

Baca Juga: Sinopsis Film Gods of Egypt: Keajaiban dan Pertarungan Gerard Butler penuh Pengorbanan di Dunia Mitologi Mesir

Di mana ulat sagu berasal dari pohon sagu yang dipotong, kemudian batangnya dibiarkan membusuk.

Baca Juga: Anggota DPR RI Dedi Mulyadi Sebut Penyanyi Mahalini Dinikahi Rizky Febian Sesuai Syariat Islam

Batang yang membusuk tersebut akan muncul ulat-ulat. Untuk mengambil ulat-ulat itu, batang sagu tersebut dibongkar atau dibuka dengan kapak. Bentuk Ulat Sagu bervariasi, ada yang sangat kecil hingga yang paling besar seukuran jempol jari tangan orang dewasa.

“Memakan ulat sagu ini benar-benar pengalaman berharga yang tidak bisa didapatkan di tempat lainnya,” kata Hasan.

Menurut dia, tantangan tersebut membuatnya kaget, karena seumur hidup baru mencoba di Papua.

Baca Juga: Pilkada Solo: Kaesang Pangarep Bikin Target Menangkan Calon yang Diusung PSI

Baca Juga: Liburan Idul Adha 2023 Bosan Makan Daging, Ini Rekomendasi 5 Kuliner Olahan Bumbu Petis Khas Jawa Timur

Meskipun baru pengalaman pertama, ia bisa merasakan manis, gurih dan ada tekstur kenyal, namun bisa dibilang enak.

Lalu ia melihat proses tokok atau mencangkul sagu.

Baca Juga: Liga 1: Pertandingan Bali United Melawan Persib Bandung Dipindah ke Training Center Tanpa Penonton

Selanjutnya ia bersama beberapa mama-mama memeras batang sagu yang telah ditokok untuk membuat tepung sagu.

Hassan, sangat senang melihat langsung proses pembuatan sagu sebelum menjadi papeda. Papua yang diketahui memang terkenal keanekaragaman yang kental serta budayanya masih sangat asri.

Baca Juga: Liburan Idul Adha Bingung Mau Kemana, Ini 5 Tempat Nongkrong Kekinian di Surabaya, Dijamin Murah Meriah!

Baca Juga: Di World Water Forum di Bali, Sandiaga Uno: Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Siapkan Indonesia Pavilion

Ke depan, Hasan akan mencoba memasak dari bahan sagu dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di Qatar.

Saat menikmati papeda, Hassan merasakan sagu sebagai sesuatu bahan pokok yang berbeda dan dia tidak pernah menemui tekstur bahan makanan seperti ini.

Dia mengakui memang ada sagu di Qatar, namun teksturnya berbeda.

Baca Juga: Yang Tercecer Di Era Kemerdekaan (7): Wahidin dan Rel Kereta Api Kematian

Sagu di Qatar menggunakan air mawar, dan beberapa bahan lainnya, sedangkan di Papua tidak.

Jika dimakan bersama sayur jantung pisang dan bunga pepaya, lalu ikan kuah kuning, dia mengaku rasanya nikmat.

Baca Juga: 9 Negara dengan Kuliner Khas Menyambut Idul Fitri, Kawasan Timur Tengah Paling Unik

Baca Juga: Liga Conference Europa: Olympiakos Lolos ke Final Melawan Fiorentina

Makanan lokal mendunia

Pendiri Koki Hutan Papua Charles Toto mengatakan bangga kedatangan koki dari Qatar dan mau melihat langsung pembuatan sagu, sebelum menikmati hidangan papeda.

Apalagi Koki Hassan sudah mencoba menebang pohon sagu, memangkur, mengelola menjadi tepung sagu, dan mencoba memakan ulat sagu.

Baca Juga: Liga Eropa: Bayer Leverkusen Lolos ke Final Melawan Atalanta

Toto, mewakili masyarakat Papua berharap ke depan akan ada kunjungan seperti ini lagi, sehingga makanan lokal Papua bisa terkenal di dunia.

Ini merupakan momen sejarah di mana kedatangan koki asal Qatar bertepatan hari sagu ke-7 dan berharap ke depan sagu menjadi ketahanan pangan Indonesia.

Baca Juga: Sandiaga Uno Rayu Asosiasi Negara Arab Investasi di Destinsi Wisata Danau Toba Lewat Diplomasi Kuliner

Baca Juga: Presiden FIFA Gianni Infantino Berpesan kepada Indonesia: Banggalah dengan Timnas

Selama ini kita hanya mengenal makanan pokok jagung, sorgum, padi dan lainnya, sehingga diharapkan sagu juga bisa menjadi prioritas utama makanan di Indonesia.

Sagu di Papua ada 18 jenis dan memiliki manfaatnya masing-masing. Seperti sagu untuk gula itu ada jenis tersendiri di mana tekstur itu tidak memiliki serat.

Panitia "Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture" di papua memang sengaja memperkenalkan bagaimana cara pembuatan papeda dari sagu, sehingga bisa menjadi sesuatu pembicaraan agar makanan lokal Papua mendunia karena prosesnya benar-benar alami.

Baca Juga: Sepak Bola Indonesia Gagal Tembus Olimpiade Paris

Baca Juga: Unik, Ada Kuliner Bubur Pecel Khas Semarang! Ini Nggak Pakai Nasi Lho
Program pertukaran budaya

Aku Cinta Makanan Indonesia (ACMI) memilih Papua karena melihat Indonesia memiliki 17 ribu pulau dengan berbagai macam keanekaragaman hayati dan budaya.

Dan 70 persen kekayaan alam paling banyak ada di Papua.

Baca Juga: Media Irlandia: Sejumlah Negara Uni Eropa Pertimbangkan Akui Negara Palestina pada 21 Mei 2024

Jadi kalau ACMI memilih Papua, karena daerah itu sangat banyak keanekaragaman pangan lokal, terutama sagu.

ACMI ingin memperkenalkan sagu kepada koki dari Qatar.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Bajamba, Kuliner yang Dibalut Kain Bersulam Benang Emas Ketika Perayaan Isra Miraj

Baca Juga: Presiden AS Joe Biden Akui Bom AS Digunakan Israel untuk Bunuh Warga Sipil di Gaza Palestina

Selain itu juga ingin melestarikan kekayaan sagu.

Selain melihat proses pengelolaan sagu, pihaknya juga akan memasak hidangan Qatar dan memperkenalkan rempa-rempah kepada siswa SMK Negeri 1 Jayapura, jurusan tata boga.

Pengetahuan ini dinilai sangat penting bagi siswa jurusan tata boga untuk mengenal makanan asal Qatar, sehingga bisa menjadi motivasi untuk terus berkreasi.

Baca Juga: Satrio Arismunandar: Era Digital Tak Cuma Hadirkan Tantangan, Tetapi Juga Peluang Baru Bagi Dunia Perbukuan

Baca Juga: Wajib Dicoba! 8 Olahan Kuliner Berbahan Dasar Daging Kelinci yang Nikmat

Sementara itu Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI mencatat "Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture" merupakan program pertukaran budaya, sehingga menu-menu spesial dari Indonesia bisa disampaikan ke negara-negara lainnya.

Dengan demikian, maka koki asal Papua bisa bertukar pengalaman membuat masakan dari koki asal Qatar, sehingga resep masakan antara Qatar dan Indonesia yang diwakili Papua dapat digabungkan.

Baca Juga: Satupena Akan Diskusikan Buku di Era Digital, Dengan Pembicara Bagus M. Adam dan Jonminofri

Lewat ajang ini, kerja sama antarnegara bisa terangkat, sehingga kegiatan tersebut tidak hanya di Papua, namun ada juga beberapa daerah lainnya.

Dengan begitu jalinan kerja sama kedua negara ini semakin kuat.***

Dapatkan informasi menarik lainnya dari ORBITINDONESIA.COM di Google News

Berita Terkait