DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

HUT ke 36 Arema FC, Antara Sejarah Panjang yang Terlupakan dan Tragedi Kanjuruhan

image
Arema FC merayakan hari ulang tahun ke 36

ORBITINDONESIA.COM - Arema FC adalah salah satu klub sepakbola peserta BRI Liga 1 Indonesia yang berbasis di Malang, Jawa Timur. Nama Arema sendiri diambil dari dua kata bahasa Jawa yaitu Arek Malang, yang memiliki arti Anak Malang.

Sebagai salah satu klub besar di Indonesia dan memiliki basis suporter yang besar, Arema FC memiliki julukan Singo Edan, yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah Singa Gila.

Kemarin, Jumat, 11 Agustus 2023, Arema FC merayakan ulang tahun mereka yang ke 36. Melalui postingan Instagramnya, Arema FC memiliki harapan di hari ulang tahun ke 36 ini yaitu "Bismillah Bangkit".

Baca Juga: PSSI Berharap Pelaku Tragedi Kanjuruhan Dihukum Setimpal, Erick Thohir: Tapi Tidak Bisa Intervensi Hukum

Sejarah mencatat bahwa pemberian nama Arema kepada klub kebanggan kota Malang ini diambil dari salah satu legenda di kota Malang, Patih Kebo Arema, seorang Patih dari kerajaan Singosari pada masa kepemimpinan Raja Kertanegara.

Karakter garang dari Patih Kebo Arema ini yang diharapkan menjadi motivasi dan mengalir ke dalam darah setiap pemain dan official Arema FC untuk selalu mewarisi sikap Patih Kebo Arema yang gigih, ulet, dan pantang menyerah.

Tercetusnya nama Arema dimulai pada tahun 80-an. Ketika itu kota Malang memiliki klub naungan pemerintah bernama Persema (Persatuan Sepakbola Malang), dan menjadikan Stadion Gajayana sebagai home basenya.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, Erick Thohir: PSSI Dukung Hukuman Maksimal

Kemudian, tercetuslah pemikiran tentang pembentukan sebuah klub Galatama di kota Malang. Acub Zainal, mantan Gubernur Irian Jaya dan mantan pengurus PSSI era 80-an yang pertama kali memiliki konsep ini dibantu oleh Alm. Dirk (Derek) Sutrisno, pendiri klub Armada-86.

Peran Derek bersama klubnya, Armada-86, menjadi sangat vital dalam proses terciptanya klub Arema. Pada awal kemunculannya di Liga VIII Galatama (sekarang Liga Indonesia), nama Arema adalah Aremada yang merupakan gabungan antara Arema dan Armada.

Nama Aremada tidak bertahan lama, kemudian klub tersebut merubah nama mereka menjadi Arema'86 beberapa bulan setelahnya.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, Erick Thohir Sebut Tidak Ada Upaya yang Bisa Obati Duka

Namun, Arema'86 yang diharapkan bisa berbicara di Liga VIII Galatama tidak berjalan mulus sesuai ekspektasi para pendiri. Arema'86 tampil terseok-seok akibat kekurangan dana.

Setelah itu, Acub Zaenal mengambil alih kendali Arema'86 dan merubah nama klub tersebut menjadi Arema pada tanggal 11 Agustus 1986. Sejak saat itu, Arema merubah logo mereka menjadi singa.

Sejak saat itu, Arema semakin identik dengan singa. Dimulai dari sejarah penamaanya yang diambil dari nama Patih Kebo Arema yang merupakan seorang patih dari Kerajaan Singosari, dan Arema yang lahir di bulan Agustus yang identik dengan zodiak Leo.

Baca Juga: Tentang Larangan Suporter Tim Tamu Hadir di Stadion, Erick Thohir: FIFA Tidak Lupa Tragedi Kanjuruhan

Hal itu merupakan kejadian yang tidak disengaja menurut Acub, dan diakui mengalir begitu saja tanpa adanya penetapan khusus.

Sejak awal berdiri di tahun 1987, Arema tercatat sudah melakukan pergantian nama sebanyak lima kali, yaitu:

1. PS Arema Malang (1987-1995)
2. PS Arema Bentoel (1995-2009)
3. Arema Indonesia FC (2009-2013)
4. Arema Cronus FC (2013-2016)
5. Arema FC (2017-sekarang)

Baca Juga: Vonis Bebas Terdakwa, Begini Jeritan Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan: Tidak Ada Keadilan di Sini!

Sejak awal berdirinya, Arema FC sudah banyak sekali mendapatkan penghargaan dan trofi kemenangan yang membanggakan masyarakat kota Malang. Tidak hanya trofi nasional, Arema juga beberapa kali mendapatkan trofi Internasional yang membuat Arema FC menjelma menjadi salah satu klub raksasa di Liga Indonesia.

Suporter mereka bernama Aremania untuk kelompok pria, dan Aremanita untuk suporter wanita. Aremania dan Aremanita selalu hadir membludak memenuhi setiap sisi stadion setiap pertandingan home yang dimainkan Arema di Malang.

Stadion Kanjuruhan yang memiliki kapasitas 40.000 penonton menjadi home base mereka ketika menjalani laga home, dan terkenal sebagai salah satu stadion paling angker di Indonesia karena dukungan Aremania dan Aremanita di stadion tersebut terkadang membuat mental tim tamu menjadi kendor.

Baca Juga: Survei Indikator, 39,1 Persen Responden Sebut Kepolisian Paling Bertanggung Jawab Atas Tragedi Kanjuruhan

Namun, pada tanggal 1 Oktober 2022, terjadi sebuah tragedi yang menyebabkan banyak sekali suporter Arema FC meninggal dunia, dan menjadi salah satu tragedi sepakbola yang paling banyak memakan korban jiwa. Tragedi tersebut dikenang sebagai Tragedi Kanjuruhan.

Tragedi tersebut terjadi kala Arema FC rival abadi mereka, Persebaya Surabaya. Kala itu Arema FC harus kalah di tangan tim tamu. Menyusul kekalahan tersebut, sekitar 3.000 orang suporter memasuki lapangan.

Semakin lama, semakin banyak suporter Arema yang turun ke lapangan membuat aparat kepolisian harus menahan mereka agar tidak menyerang pemain dan ofisial.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, Suko Sutrisno Divonis Ringan 1 Tahun Penjara

Namun, suporter Arema malah melakukan perlawanan terhadap pihak kepolisian. Bentrokan antara suporter dan pihak kepolisian tidak bisa terhindari. Polisi kemudian memukul mundur massa dengan melakukan beberapa kali tembakan gas air mata.

Sayangnya, beberapa gas air mata justru diarahkan ke tribun selatan dimana tidak terjadi bentrok di area tersebut. Hal itu membuat suporter yang berada disana berebut untuk berlari keluar stadion untuk menghindari gas air mata yang membuat sesak napas dan perih di area mata.

Kemudian, terjadilah penumpukan kerumunan orang yang terjadi di pintu keluar tribun selatan, yang membuat beberapa orang menjadi korban karena terhimpit dan kehabisan napas.

Baca Juga: Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan, Polisi Bisa Terapkan Diskresi Hukum Demi Keadilan

Hingga tanggal 24 Oktober 2022, tercatat ada sekitar 135 orang tewas dalam tragedi tersebut. Membuat Tragedi Kanjuruhan menjadi tragedi yang paling banyak memakan korban kedua setelah Tragedi Estadio Nacional 1964 di Peru yang memakan korban meninggal sebanyak 328 orang.

Sejarah panjang dan prestasi manis Arema FC harus tercoreng akibat tragedi ini. Buntutnya, Arema FC dilarang memainkan laga kandang di Malang saat menjalani laga sisa di Liga 1 Indonesia musim 2022-23.

Slogan "Bismillah Bangkit" di hari ulang tahun mereka ke 36 ini diharapkan menjadi titik awal kebangkitan Arema FC dan sepakbola di kota Malang. Tragedi Kanjuruhan akan selalu dikenang oleh setiap elemen sepakbola di dunia, khususnya keluarga korban yang ditinggalkan.

Baca Juga: Komunitas Hipnotis Turun Tangan Sembuhkan Korban dari Trauma Tragedi Kanjuruhan

Semoga tidak ada lagi kejadian seperti ini dalam sepakbola dimanapun, karena sesungguhnya sepakbola tidak sebanding dengan nyawa.***

Berita Terkait