DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Buku tentang Desiree, Cinta Pertama Napoleon Bonaparte

image
Napoleon Bonaparte dan cinta pertamanya Desiree.

ORBITINDONESIA.COM - Desiree, cinta pertama Napoleon Bonaparte. Novel ini karya Annamarie Selinko, secara tak terduga saya dapati ketika bersilaturahmi dengan Bang El Akbar, kolektor dan pedagang buku buku lama atau jadul sembari nyate di kawasan Benhil.
 
Sebuah buku, fiksi atau true story, berkesan bagi pembaca tak mesti melulu karena konten isi bukunya saja. Melainkan pengalaman atau memori yang kebetulan lekat dengan judul buku tersebut yang terkait dengan Napoleon Bonaparte.
 
Kisah ihwal Napoleon Bonaparte atau Prancis, entah mengapa, telah jadi jembatan yang merajut rasa ayah dan ibu saya semasa masih PDKT pada awal 1960-an.
 
 
Film klasik tentang Napoleon ketika berperang melawan Inggris yang berjudul Waterloo Bridge, salah satu film yang menjadi kenangan bersama kedua orang tua saya ketika malam mingguan di bioskop Metropole Megaria.
 
Desiree, film klasik yang muncul belakangan, membawa kenangan tersendiri buat saya dengan ibu saya. Sebelum film ini beredar, ibu saya sangat kesengsem dengan sosok Desiree. Entah kenapa. Sehingga sudah baca novel pacar dan cinta pertama Napoleon itu jauh hari sebelum filmnya beredar.
 
Ayah saya, berprofesi dokter tentara dan aktivis pergerakan pemuda pada dekade 1940-an, lebih gandrung sosok Napoleon dan revolusi Prancis. Sehingga lebih tertarik pada aspek politis dari kisah Napoleon. Sedangkan kisah asmara Napoleon dan Desiree buat ibu saya lebih dipandang sebagai love story belaka.
 
Boleh jadi, kala film Desiree diputar di Jakarta pada 1970-an, ibu saya lebih sreg mengajak saya yang mulai beranjak remaja nonton film ini, ketimbang mengajak ayah yang tak terlalu berselera dengan film-film love story.
 
 
Tapi, benarkah film Desiree hanya sekadar love story? Dalam pemahaman sebagai remaja SMP yang kebetulan gandrung baca buku buku sejarah Eropa era abad pertengahan hingga abad 19, ketika menonton film ini bareng ibu, malah tertarik aspek lain di luar love story Napoleon dan Desiree.
 
Kalau tidak salah, Desiree jadi pacar Napoleon saat ia masih perwira pertama, dan masih berkiprah sepenuhnya dalam kesatuan tentara, dan bertugas ke Italia atau Mesir.
 
Pria kelahiran Corsica ini, selain cerdas dan berjiwa pemimpin, juga ambisius. Ambisinya sedemikian rupa, sehingga tega mengkhianati suara hatinya. Termasuk urusan cinta.
 
Ketika karir militernya makin moncer, Napoleon semakin luas lingkup pergaulannya di kalangan elit Prancis. Baik kalangan bangsawan dan kaum aristokrat. Maupun kalangan pebisnis dan intelektual.
 
 
Dalam lingkar pergaulan elit kota Paris inilah, Napoleon bertemu dengan Josephine. Janda kaya yang usianya lebih tua daripada Napoleon. Bukan itu saja. Josephine juga luas koneksi dan relasinya dengan kalangan atas Prancis.
 
Ambisi Napoleon akhirnya mengalahkan cinta dan rasa sejatinya terhadap Desiree. Napoleon mengawini Josephine. Maka patah hati lah Desiree.
 
Namun buat penglihatan remaja saya ketika nonton film ini, justru dari sinilah plot cerita mulai menarik.
 
Desiree, sisi lain dari Napoleon, rupanya juga tak kalah rasional dengan Napoleon. Tanpa berlama lama patah hati, Desiree terpikat dengan seorang perwira militer di lingkar kekuasaan Paris, Count Bernadote, yang tak kalah kharismatik dibanding Napoleon.
 
 
Ia dalam perkembangan politik Prancis kemudian, merupakan rival politik Napoleon.
Bernadote kelak merupakan raja muda Prancis yang ditempatkan di Swedia. Dan dari sinilah Annamarie Selinko, tergerak melakukan riset menelisik jejak Bernadote dan Desiree sebagai penguasa di Swedia.
 
Kisah Desiree, dengan begitu, bukan love story. Melainkan tentang kisah penyingkapan balik layar tentang pertarungan politik dan intrik politik istana, yang melibatkan Napoleon dan para elit politik Paris pasca Revolusi Prancis.
 
Ketika Prancis masih gamang pada masa peralihan dari kerajaan ke republik, menyusul runtuhnya dinasti Bourbon. Ketika nilai nilai lama feodalisme runtuh, nilai nilai baru belum menemukan bentuknya.
 
Di sinilah legenda dan ironi sosok Napoleon dalam sejarah Prancis. Begitu dipuja sekaligus dibenci oleh rakyat Prancis.
 
 
Dipuja karena dirinya bagaimanapun adalah lahir dari rahim revolusi Prancis. Begitu dihujat karena dirinya merupakan cermin kesadaran kolektif rakyat Prancis, yang pada umumnya masih tertidur lelap, atau baru setengah bangun, dan belum melek sepenuhnya.
 
Ketika mendapati novel karya Annamarie Selinko dari tumpukan buku lawas bang Akbar tadi, saya seperti bertemu kembali dengan spirit ayah dan ibu yang keduanya sudah almarhum dan almarhumah.
 
Film Waterloo 1960-an dan Desiree 1970-an, boleh jadi cermin dari tipologi jiwa kedua orang tua saya. Yang oleh perjalanan waktu, merupakan paduan dari kiprah profesi yang saya jalani sekarang.
 
(Oleh: Hendrajit, pengamat geopolitik) ***

Berita Terkait