DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Slamet Hendro Kusumo: Banyak Orang Jawa Sekarang Jiwanya Terbelah

image
Ilustrasi adat budaya Jawa menurut Slamet Hendro Kusumo

ORBITINDONESIA - Banyak orang Jawa sekarang jiwanya terbelah. Di satu sisi, kebenaran mengikuti apa yang diajarkan di pendidikan, yang bisa dibilang mengajarkan Westernisasi. Di sisi lain orang Jawa masih bersikukuh pada nilai-nilai lama. Itu dikatakan Slamet Hendro Kusumo.

Slamet Hendro Kusumo adalah Ketua Dewan Penasihat Satupena Jawa Timur. Ia menyatakan hal itu sebagai narasumber dalam Webinar “Laku Utama Orang Jawa untuk Mencapai Kebenaran” di Jakarta, Kamis malam, 2 Maret 2023. 

Webinar itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA. Diskusi yang menghadirkan Slamet Hendro Kusumo itu dipandu oleh Amelia Fitriani dan Akaha Taufan Aminudin.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Penanganan Perkara Mario Dandy Satriyo Ditarik ke Polda Metro Jaya

Lebih lanjut, Slamet menyatakan, hadirnya teknologi dan pendidikan memang sangat mempengaruhi. Sehingga gaya-gaya hidup hedonis pun memasuki ruang orang Jawa kontemporer. Tetapi kalau di desa-desa, nilai lama masih kental, walau ada pergeseran akibat teknologi.

“Misalnya, acara selametan yang tadinya menggunakan daun, anyaman bambu, sekarang sudah berubah menjadi memakai plastik. Inilah metamorfosis yang terjadi di masyarakat Jawa,” tutur Slamet.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Tetapi ada juga fenomena kontemporer yang menggembirakan. Sekarang ada gerakan-gerakan, ketika para cendekiawan sudah memiliki kesadaran baru.

“Di kampus-kampus, mereka belajar kembali adat dan nilai-nilai budaya Jawa, yang sudah direkam dengan paradigma baru,” ujar Slamet.

Baca Juga: SEA Games 2023: Timnas Indonesia Diberi Target Emas oleh Erick Thohir

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Meski tidak menyebut diri organisasi atau klan, mereka memakai jaringan. Sekarang cara belajarnya tidak ada mentoring. Beda dengan (aliran kebatinan) Pengestu, Sejati, dan sebagainya.

Fenomena ini cukup membahagiakan, sehingga ke depan bisa mengisi aspek-aspek, di mana strategi kebudayaan Jawa itu akan bisa memasuki daerah-daerah milenial.

Hanya saja, Slamet mengakui, memang sekarang ada gejala yang bisa dibilang memprihatinkan, tetapi juga harus diupayakan untuk mengatasinya.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Sekarang ada jarak tentang bahasa, tentang pemahaman, dan sebagainya dengan kaum milenial.

Baca Juga: Lima Oknum Anggota Kepolisian di Jawa Tengah Diduga Jadi Calo Penerimaan Bintara, Propam Bertindak

“Apakah bahasa Jawa, filsafat Jawa, dan sebagainya bisa diwariskan ke kaum milenial? Ini PR yang penting direnungkan bersama,” ujar Slamet.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Slamet menjelaskan, tradisi atau filsafat Jawa itu selalu mengutamakan rasa. “Dalam rasa itu, orang Jawa menjalankan tata pikir dan tata laku. Pikiran, hati dan perilakunya ditata,” sambung Slamet.***

 

Berita Terkait