DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Dasman Djamaluddin: Bergabungnya Finlandia ke NATO dan Sejarah Hubungan Finlandia dan Rusia

image
Tentara Finlandia. Finlandia telah menjadi anggota ke-31 NATO.

ORBITINDONESIA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidatonya pada hari Selasa, 4 April 2023 mengucapkan selamat kepada Finlandia karena telah bergabung dengan NATO.

NATO (North Atlantic Treaty Organization/Pakta Pertahanan Atlantik Utara) adalah sebuah organisasi aliansi militer antar banyak negara yang terdiri dari 2 negara di Amerika Utara, 27 negara Eropa, dan 1 negara Eurasia yang bertujuan untuk keamanan bersama yang didirikan pada 1949.

Memang awalnya mereka para anggota NATO bersatu sebagai bentuk dukungan terhadap Persetujuan Atlantik Utara yang ditanda tangani di Washington, DC pada 4 April 1949.

Baca Juga: Intitusi Polri Berduka, Istri Wakapolri dari Gatot Eddy Pramono telah Meninggal Dunia Hari Ini 7 April 2023

Mereka memang ingin menekan pengaruh ideologi komunis semasa bernama Uni Soviet dan aliansinya yaitu Pakta Warsawa pada era Perang Dingin.

Finlandia yang bergabung dengan aliansi militer pada hari Selasa lalu memberikan pukulan besar bagi Presiden Rusia Vladimir Putin dengan penataan kembali lanskap keamanan pasca-Perang Dingin Eropa yang dipicu oleh invasi Moskow ke Ukraina.

Masalah utamanya Finlandia merupakan negara maju dengan infrastruktur maksimal, sistem pendidikan, pelayanan kesehatan dan kebudayaan yang dinamis. Juga kecemasan buat Putin, karena Finlandia berbatasan langsubg dengan Rusia di sebelah Timurnya.

Sejarah Masa Lalu dengan Uni Soviet

Kalau kita berbicara tentang nama, Uni Soviet atau Rusia, maka perbedaan dan persamaan itu terlihat dari nama negara tersebut.

Baca Juga: Indonesia Berpeluang Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U17 Usai Hanya Dapat Sanksi Administrtif FIFA

Disebut dengan Uni Soviet, karena federasi dari 15 negara bagian berpaham sosialis-komunisme. Selain itu, Uni Soviet berdiri sejak 1922 hingga 1991.

Uni Soviet menganut sistem partai tunggal dan memerintah berdasarkan filosofi Marxis-Komunis. Uni Soviet merupakan tempat bercampurnya ragam budaya dan etnis. Luas wilayahnya, Uni Soviet lebih besar, baik secara geografis maupun ruang lingkup pemerintahannya.

Sementara Rusia, menganut sistem multipartai. Rusia memiliki budaya, identitas, dan tradisi sendiri yang berbeda dari bekas anggota Uni Soviet yang lain. Rusia lebih kecil dibandingkan Uni Soviet, baik dalam luas wilayah maupun ruang lingkup pemerintahannya.

Rusia adalah negara federasi yang pernah menjadi bagian paling dominan dari Uni Soviet. Rusia ada sebelum dan sesudah Uni Soviet.

Baca Juga: Ingin Mudik Naik Kereta Api, Ternyata Syarat Vaksin Booster Masih Berlaku Lho, Begini Penjelasan PT KAI

Bahkan yang menariknya lagi, muncul gagasan Ukraina yang ingin mengganti nama Rusia menjadi "Moscovia." Menurut saya, ini strategi dari Ukraina dalam perang urat syaraf, ya, nanti Rusia itu hanya sebatas Moskow saja. Itu sebabnya Rusia menganggap ini omong kosong yang konyol.

Melihat sejarah Uni Soviet di Masa Stalin (Uni Soviet), yaitu setelah bersama-sama dengan Hitler (Jerman) menyerang Polandia pada bulan September 1939, maka Stalin berdasarkan pertimbangan geopolitik dan strategi memaksa Estonia, Lithuania, dan Latvia, untuk mengadakan perjanjian bergabung dengan Uni Soviet.

Stalin atau nama lengkapnya Josef Stalin dan lahir dengan nama Ioseb Besarionis dze Jughashvili; 18 Desember 1878 – 5 Maret 1953 adalah tokoh revolusi dan politikus Uni Soviet keturunan Georgia.

Stalin menjadi kepala negara Uni Soviet sejak pertengahan era 1920-an sampai akhir hayatnya pada tahun 1953, dengan gelar Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet sejak 1922 sampai 1952, dan Kepala Pemerintahan Uni Soviet sejak 1941 sampai 1953.

Baca Juga: Kasau Marsekal Fadjar Prasetyo: Masyarakat Umum Bisa Saksikan Langsung HUT TNI AU

Meskipun Stalin mula-mula menjalankan pemerintahan Uni Soviet selaku kepala dari suatu rezim partai tunggal oligarkis yang memerintah dengan suara terbanyak relatif (pluralitas), tetapi ia akhirnya menjadi diktator "de facto" Uni Soviet pada era 1930-an.

Sebagai pengamal setia gagasan-gagasan hasil tafsir Marxisme menurut teori-teori Leninisme, ia turut berjasa membakukan gagasan-gagasan ini menjadi paham Marxisme–Leninisme, sementara kebijakan-kebijakannya sendiri akhirnya dikenal dengan sebutan Stalinisme.

Dilema Finlandia

Memang awalnya Finlandia berada dalam dilema, ketika melihat negara-negara yang melepaskan netralitas mereka untuk berperang dengan Uni Soviet dalam peperangan yang akan pecah di antara Uni Soviet dan Jerman Nazi.

Tetapi, Finlandia yang lebih bersimpati pada Jerman daripada Uni Soviet memilih untuk bersikap netral, karena beranggapan Jerman letaknya sangat jauh, sedangkan batas Uni Soviet hanya beberapa puluh kilometer saja. Tetapi netralitas Finlandia tidak bisa diterima Stalin.

Baca Juga: Mengerikan! Polisi Temukan Tiga Truk Narkoba di Bekasi: Barang Bukti Sudah Diangkut

Finlandia itu memang terletak hanya 32 kilometer dari Leningrad (Uni Soviet), artinya tidak ada rintangan berarti jika Jerman kelak menyerbu dari jurusan Finlandia ke arah Leningrad. Karena alasan itu, Stalin memberi tuntutan yang sulit untuk Finlandia.

Tuntutan Stalin, di bulan Oktober 1939, ia menuntut kepada Finlandia untuk menyerahkan pulau Hanko, Koivisto, dan beberapa pulau lain seperti Lavansari, Tyrtaersaari, Seiskari, dan semua pulau-pulau di Teluk Finlandia.

Di samping ini Stalin menuntut penyerahan sebagian dari semenanjung dekat Petsamo, di sebelah utara Finlandia, Rybachi.

Tetapi akhirnya Finlandia perlahan-lahan bersedia menyerahkan pulau-pulau di Teluk Finlandia, kecuali pulau Hanko. Mengenai perbatasannya dengan Leningrad, Finlandia masih dapat menerimanya.

Baca Juga: Exco PSSI Andre Rosiade Sebut Lobi Erick Thohir Berhasil Selamatkan Indonesia dari Sanksi Berat FIFA

Pada 30 November 1939, tentara Uni Soviet menyerang Finlandia tanpa menyatakan perang. Ibu kota Helsinki dibom.

Ketika Uni Soviet berhasil menduduki sebagian wilayah Finlandia, mereka lalu membentuk sebuah pemerintah boneka di bawah pimpinan Kuusinen, seorang komunis Finlandia yang melarikan diri tahun 1918 ke Uni Soviet.

Liga Bangsa-Bangsa yang diminta Finlandia untuk turun tangan untuk mengadakan gencatan senjata, memanggil Uni Soviet di Genewa, namun panggilan itu ditolak.

Uni Soviet beranggapan bahwa mereka tidak memulai peperangan, karena mengadakan hubungan yang bersifat damai dengan Pemerintahan Demokrat Finlandia, yang dipimpin Kuusinen, penerintahan boneka Uni Soviet di Finlandia.

 

Oleh Dasman Djamaluddin,S.H., M.Humbiografer yang sering menulis perkembangan di luar negeri. ***

Berita Terkait