DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Helsi Dinafitri: Pengalaman Dibullly Sebagai Orang Islam di Grup Diskusi Online Ateis

image
Kaum ateis dunia

ORBITINDONESIA.COM - Ini pengalaman saya saat ktif pada berbagai grup diskusi online dari kelompok ateis, yang beranggotakan ribuan hingga puluhan ribu anggota.

Mereka kaum ateis dari berbagai belahan bumi, termasuk dari Arab Saudi, Mesir, India, Australia, AS dan negara-negara sekutu Eropa lainnya. Saya biasanya menjadi satu satunya peserta yang berlatar belakang Islam.

Saat saya berpendapat apa saja atas postingan mereka, saya pasti dibully oleh segenap member Ateis lain secara sambung menyambung. Mereka membully saya dengan brutal.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Pengumuman Titik Kumpul: Acara Jogging bersama Ganjar Pranowo Pagi Ini di GBK Senayan

Ada hal yang unik bila membandingkan karakter grup-grup diskusi online berbasis ateis dgn grup-geup diskusi online berbasis Muslim.

Biasanya pada grup-grup ateis, seorang muslim akan dibully tanpa ampun oleh semua partisipan atèis. Bahkan topik muslim dan Islam merajai postingan mereka. Bila saya bicara apa pun langsung mereka bully saya habis-habisan.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Tapi di grup-grup muslim, meski campur antara yang Sunni, Syiah, Ahmadiyah, jika ada ateis yang nyelonong masuk sendirian lalu menyerang agama Islam, lalu dibully oleh 1 orang Muslim saja, maka yang membully itu akan membuat segenap anggota lainnya langsung bertalu talu mengingatkan muslim tersebut untuk mencontoh akhlak Nabi.

Baca Juga: MotoGP Spanyol: Hasil Kualifikasi Aleix Espargaro Raih Pole Position, Bagnaia Urutan Kelima

Walaupun ada perbedaan perilaku manusia saat online, yang konon akan lebih brutal daripada saat dia offline, tetap saja ada perbedaan karakter yang sangat mencolok antara grup diskusi muslim dan ateis.

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

So nggak bisa lah dibilang bahwa agama menjadi sebab aksi-aksi intoleransi dan non agama menjadi latar belakang tiadanya intoleransi.

Walau demikian, harus diakui ada anasir-anasir (biasanya akibat politisasi agama) yang bisa membuat muslim menjadi intoleran, bahkan membuat aksi-aksi teror yang sangat jauh dari nilai-nilai akhlak mulia dalam agama.

(Oleh: Helsi Dinafitri) ***

Berita Terkait