DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Kesepian Timbulkan Risiko yang Sama Mematikannya Dengan Merokok

image
Ilustrasi kesepian yang risikonya sama seperti merokok.

ORBITINDONESIA.COM - Kesepian yang meluas di AS menimbulkan risiko kesehatan yang sama mematikannya dengan menghisap selusin rokok setiap hari. Ini merugikan industri kesehatan miliaran dollar setiap tahun.

Itu kata ahli bedah umum AS, Dr. Vivek Murthy, Selasa, 2 Mei 2023. Sekitar 50 persen dari orang dewasa AS mengatakan, mereka pernah mengalami kesepian.

“Kita sekarang tahu bahwa kesepian adalah perasaan umum yang dialami banyak orang. Ini seperti lapar atau haus. Itu adalah perasaan yang dikirimkan tubuh kepada kita, ketika sesuatu yang kita butuhkan untuk bertahan hidup hilang,” kata Murthy.

Baca Juga: KRONOLOGI LENGKAP Aksi Penembakan di Kantor MUI Pusat 2 Mei 2023, Pelaku Tewas Misterius

Pernyataan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran seputar kesepian, tetapi tidak akan membuka pendanaan federal atau program, yang ditujukan untuk memerangi masalah tersebut.

Penelitian menunjukkan, orang Amerika yang kurang terlibat dengan rumah ibadah, organisasi komunitas, dan bahkan anggota keluarga mereka sendiri dalam beberapa dekade terakhir, terus melaporkan peningkatan perasaan kesepian.

Jumlah rumah tangga tunggal juga meningkat dua kali lipat selama 60 tahun terakhir.

Tetapi krisis semakin memburuk ketika COVID-19 menyebar. Ini mendorong sekolah dan tempat kerja tutup dan mengirim jutaan orang Amerika untuk mengisolasi diri di rumah, jauh dari kerabat atau teman.

Baca Juga: Pernah Mengaku Utusan Allah, MUI Sebut Pelaku Penembakan Alami Gangguan Jiwa

Orang menyisihkan kelompok teman mereka selama pandemi virus corona, dan mengurangi waktu yang dihabiskan bersama teman-teman itu.

Orang Amerika menghabiskan sekitar 20 menit sehari secara pribadi dengan teman-teman pada 2020, turun dari 60 menit setiap hari hampir dua dekade sebelumnya.

Epidemi kesepian melanda kaum muda, usia 15 hingga 24 tahun. Kelompok usia itu melaporkan penurunan 70 persen waktu yang dihabiskan bersama teman, selama periode yang sama.

Kesepian meningkatkan risiko kematian dini hampir 30 persen. Mereka yang memiliki hubungan sosial yang buruk juga memiliki risiko lebih besar terkena stroke dan penyakit jantung.

Baca Juga: Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Ade Ary Ajak Anggotanya Sering Bersilaturahmi ke Markas TNI

Isolasi juga meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami depresi, kecemasan, dan demensia.

Dokter umum menyerukan kepada tempat kerja, sekolah, perusahaan teknologi, organisasi masyarakat, orang tua, dan orang lain, untuk membuat perubahan yang akan meningkatkan keterhubungan.

Dia menyarankan orang untuk bergabung dengan grup komunitas, dan meletakkan ponsel mereka saat sedang mengobrol dengan teman.

Para pemberi kerja diminta memikirkan dengan hati-hati tentang kebijakan kerja jarak jauh mereka. Juga, sistem kesehatan untuk memberikan pelatihan bagi dokter, untuk mengenali risiko kesehatan dari kesepian.

Baca Juga: Presiden Jokowi Kena Nyinyir Netizen Jelang Kunjungan ke Lampung untuk Sidak Jalan Rusak yang Viral

Teknologi dengan cepat memperburuk masalah kesepian. Satu penelitian dalam laporan menemukan, orang yang menggunakan media sosial selama 2 jam atau lebih setiap hari lebih dari dua kali lebih mungkin melaporkan merasa terisolasi secara sosial, daripada mereka yang menggunakan aplikasi semacam itu kurang dari 30 menit sehari.

Murthy mengatakan, media sosial khususnya mendorong peningkatan kesepian. Laporannya menunjukkan, perusahaan teknologi meluncurkan perlindungan untuk anak-anak, terutama seputar perilaku media sosial mereka.

“Benar-benar tidak ada pengganti untuk interaksi langsung,” kata Murthy.

“Saat kita beralih untuk menggunakan teknologi lebih banyak untuk komunikasi, kita kehilangan banyak interaksi langsung itu. Bagaimana kita merancang teknologi yang memperkuat hubungan dan bukannya melemahkannya?” ***

Berita Terkait