DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Makin Banyak Orang Mengaku Dirinya Agnostik, Maksudnya Apa

image
Dr Satrio Arismunandar tentang pengertian Agnostik.

ORBITINDONESIA.COM - Dalam hal terkait Tuhan dan agama, kita sering mendengar istilah ateis untuk orang yang tidak percaya Tuhan. Tapi juga kini ada yang menyebut diri agnostik. Apa maksudnya?

Istilah agnostik berasal dari kata Yunani "agnostos", yang berarti "tidak diketahui" atau "tidak dapat diketahui".

Istilah agnostik ini umumnya digunakan dalam konteks filosofis dan religius, untuk menggambarkan sikap ketidakpastian atau kurangnya pengetahuan tentang keberadaan atau sifat subjek tertentu. Khususnya dalam kaitannya dengan keberadaan kekuatan atau Tuhan yang lebih tinggi.

Baca Juga: 5 Quotes Terbaik Gisele Yashar Simbol Cewek Tangguh yang Diperankan Gal Gadot dalam Fast and Furious

Dalam konteks kepercayaan agama, orang agnostik adalah seseorang yang tidak mengakui ataupun menyangkal keberadaan tuhan atau tuhan-tuhan.

Hal ini karena kurangnya bukti yang dianggap memadai, atau keyakinan bahwa keberadaan entitas tersebut (Tuhan) tidak dapat dibuktikan atau disangkal secara definitif. Agnostisisme sering dianggap sebagai posisi skeptisisme atau penangguhan penilaian mengenai klaim agama atau metafisik.

Agnostisisme juga dapat melampaui keyakinan agama dan mencakup perspektif yang lebih luas.

Misalnya, di bidang teknologi atau ilmu komputer. Istilah "agnostik" di sini digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu yang dirancang agar kompatibel, atau tidak bergantung pada sistem, perangkat lunak, atau platform tertentu.

Baca Juga: FIFA Matchday: Gelora Bung Karno, Venue Timnas Indonesia Melawan Argentina

Misalnya, aplikasi perangkat lunak "platform-agnostik" dapat berjalan di sistem operasi yang berbeda, tanpa memerlukan modifikasi khusus untuk masing-masing sistem.

Dalam pengertian yang lebih umum, menjadi agnostik dapat menggambarkan pola pikir keterbukaan terhadap berbagai kemungkinan dan kesediaan untuk menangguhkan penilaian, sampai bukti atau pengetahuan yang cukup tersedia.

Ini adalah pengakuan atas keterbatasan pengetahuan manusia dan penerimaan bahwa pertanyaan-pertanyaan tertentu mungkin tetap tidak terjawab atau tidak dapat diketahui.***

Berita Terkait