DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Denny JA: Puisi Esai Sudah Waktunya Masuk Sekolah

image
Denny JA, penggagas dan pelopor puisi esai.

ORBITINDONESIA.COM - Penggagas dan pelopor puisi esai, Denny JA mengapresiasi Pemerintah Sabah, Malaysia yang berkomitmen mengadakan agenda tahunan Festival Puisi Esai ASEAN.

"Terima kasih banyak kepada pemerintahan Sabah yang berkomitmen mengadakan festival tahunan Puisi Esai ASEAN," kata Denny JA dalam keterangannya di Jakarta, Minggu 18 Juni 2023.

Pernyataan itu berkenaan Festival Puisi Esai ASEAN yang digelar di Sabah, Malaysia, pada 16-18 Juni 2023.

Baca Juga: Pameran Lukisan Artificial Intelligence Denny JA di Taman Ismail Marzuki

Baca Juga: Pameran Lukisan AI Denny JA The New Malin Kundang Meriahkan Mahakarya Randai Dua di TIM

Baca Juga: Bedah Buku di Pesantren: Denny JA Menawarkan Pandangan Baru dalam Hubungan Antaragama

Denny JA menekankan bahwa puisi esai sudah waktunya masuk ke dalam pelajaran sekolah agar siswa memiliki wadah menceritakan dunia sehari-harinya dengan sentuhan sastra, melalui riset, serta mengawinkan fakta dan fiksi.

"Sastra menjadi stimulator kita semua untuk menggali keindahan, empati dan compassion," kata Denny JA.

Denny JA menjelaskan, menyambut festival puisi esai ASEAN, ia teringat kepada seorang penulis bernama Tim Weed.

Tim Weed menyatakan, peristiwa sejarah akan jauh lebih kaya jika ditulis dalam bentuk sastra, seperti dalam genre historical fiction.

"Sastra dapat mengisahkan sepotong sejarah lebih banyak dan mendalam dibanding rekonstruksi sejarah yang sederhana," ujarnya.

"Melalui sastra, kita mengalami dunia baru. Kisah sebenarnya tak hanya kita pahami sebagai data yang kering soal tokoh, peristiwa, tempat dan tahun kejadian,” kata Denny JA. 

“Sastra memberi sentuhan emosi, membuat kisah ini menjadi personal dengan memasukkan karakter tertentu."

Tim Weed sendiri diketahui menulis novel sejarah berjudul  Will Poole’s Island (2014). Ia berharap pembaca novelnya itu akan memahami asal-usul Amerika abad ke-17 secara berbeda. 

"Ia tak hanya mengangkat kembali peristiwa yang dapat diketahui pula melalui buku sejarah. Tapi ia memasukkan fiksi yang membuat peristiwa di abad 17 itu memberikan sentuhan emosional dan filosofi yang lebih dalam," kata Denny JA.

Puisi esai, tambahnya, adalah bagian dari genre historical fiction itu. Tapi dalam puisi esai, tak hanya menceritakan sepotong sejarah yang jauh di masa lalu. Puisi esai juga mengisahkan peristiwa yang hangat dibicarakan di masa kini.

"Agar lebih mendalam, kita tambahkan fiksi dalam kenyataan yang sebenarnya. Dan kita berikan catatan kaki, agar pembaca dapat menggali kisah sebenarnya," tuturnya.

Puisi esai menjadi bentuk terbaru genre historical fiction. Ia bukan novel tapi puisi. Ia tak hanya soal sejarah di masa lalu, tapi juga kisah sebenarnya di masa kini. Ia mewajibkan catatan kaki tentang kisah sebenarnya yang diangkat dalam puisi esai.

"Catatan kaki bukan sekedar penambah keterangan puisi. Catatan kaki dalam puisi esai jauh lebih strategis karena ia menjadi ibu kandung lahirnya puisi di atasnya," tambah Denny JA.

Ia bahagia bahwa dalam festival puisi esai kali ini, hadir pula buku kumpulan puisi esai tentang Anwar Ibrahim. Sebanyak 20 penulis Malaysia dan Indonesia menulis sosok Anwar Ibrahim, Perdana Menteri Malaysia sekarang, dalam bentuk puisi esai.

"Membaca puisi esai itu, saya tak hanya lebih mengenal sosok Anwar Ibrahim sebagaimana yang dapat kita pelajari melalui buku sejarah, atau melalui jurnalisme," kata Denny JA.

"Tapi ada fiksi yang membuat kisah Anwar Ibrahim terasa lebih personal. Ada yang menghubungkan kisah Anwar Ibrahim dengan kisah Ayah penulis. Ada yang menafsir Anwar Ibrahim berdasarkan mitologi Yunani, Oedipus Rex," tutupnya. ***

Berita Terkait