DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Ledakan Kapal Selam Wisata Titanic Menjadi Pelajaran Dalam Hal Keselamatan di Laut

image
Ledakan kapal selam wisata Titanic menjadi pelajaran dalam hal keselamatan di laut

 

ORBITINDONESIA.COM - Tragedi meledaknya kapal selam wisata Titanic yang ditumpangi para milyader kini jadi perhatian dunia.

Kejadian tersebut bermula ketika kapal selam wisata Titanic ditumpangi milyader hilang kontak pada Minggu, 18 Juni 2023 dan pencarian terus dilakukan hingga batas waktu cadangan oksigen diperkirakan habis pada hari Kamis, 22 Juni 2023.

Namun ternyata, belakangan ditemukan serpihan-serpihan yang diduga kuat merupakan bagian kapal selam wisata Titanic yang lokasinya tidak jauh dari bangkai kapal Titanic yang akan dituju.

Baca Juga: Piala Dunia U17: Dennis Wise Disebut Tangani Timnas Indonesia U17, Ada Tiga Alasan yang Menguatkannya

Serpihan yang diduga potongan badan kapal selam terekam oleh robot tanpa awak yang menyelam menyisir ke lokasi hilangnya kapal selam Titan tersebut.

Dilansir dari laman Boston Globe, kematian lima penumpang kapal selam wisata Titanic harus menjadi peringatan untuk berhenti membiarkan turis kaya berkeliaran di luar angkasa atau laut dalam tanpa peraturan sama sekali.

Setelah tenggelamnya RMS Titanic pada tahun 1912 dan menyebabkan kematian 1.500 penumpang dan awak, banyak negara bergegas memperbarui undang-undang keselamatan maritim mereka.

Baca Juga: Piala Dunia U17: Resmi, Bima Sakti Pelatih Timnas Indonesia U17

Puncaknya terjadi pada Konvensi Internasional pertama untuk Keselamatan Kehidupan di Laut dua tahun kemudian.

Antara lain, konvensi tersebut mengharuskan kapal untuk membawa sekoci yang cukup untuk semua orang di dalamnya akibat peristiwa tragis pada malam Titanic menabrak gunung es.

Minggu ini, kengerian lain terjadi di perairan gelap Atlantik Utara dalam skala yang lebih kecil, tetapi sekali lagi menyoroti titik lemah peraturan.

Baca Juga: Ini Syarat dan Cara Dapat Tiket Gratis Kereta Cepat Jakarta Bandung KCJB, Warga Bekasi Harus Cek!

Kali ini terdapat celah dalam cara mengatur pariwisata petualangan berisiko tinggi yang ekstrim yang secara kebetulan melibatkan penyelaman ke bangkai kapal Titanic yang ditemukan pada tahun 1985.

Letaknya di kedalaman sekitar 3800 meter dibawah laut, menjadikan bangkai kapal Titanic daya tarik wisata yang mengerikan bagi turis kaya dalam beberapa tahun terakhir.

Lima orang berada di dalam Titan, kapal selam berukuran 6.7 meter yang hilang pada hari Minggu sekitar 900 mil sebelah timur Cape Cod.

Baca Juga: Ekspedisi di Kedalaman 3800 Meter, Ada Suara Ledakan Setelah Kapal Selam Wisata Titanic Hilang Kontak

Pada hari Kamis, setelah tim penyelamat AS, Kanada, dan Prancis menyisir lautan luas, pihak berwenang mengatakan mereka telah menemukan puing-puing dari kapal selam tersebut.

Mereka juga menyimpulkan bahwa kapal itu telah meledak dan tidak satu pun dari lima penumpang yang selamat.

Mereka yang menjelajah ke situs Titanic pasti mengetahui resikonya, dan pada umumnya orang juga bebas menentukan pilihan sendiri untuk terjun payung atau spelunking atau mengejar hobi berbahaya lainnya.

Baca Juga: Jadi Sorotan Penggemar, Serial Kartun The Simpsons, Pernah Kisahkan Hilangnya Kapal Selam Wisata Titanic

Tetapi penyelamatan besar-besaran terhadap hilangnya Titan adalah pengingat bahwa beberapa jenis pengambilan risiko oleh individu dapat membebankan biaya pada orang lain dan bukan hanya soal keuangan.

Semua awak kapal dan tim penyelamat rela menerjang cuaca buruk untuk mencari kapal selam Titan yang juga memiliki resiko besar.

Bahaya bagi orang lain menciptakan alasan yang sah untuk membatasi usaha yang paling berisiko.

Baca Juga: Kapal Selam Wisata Titanic yang Hilang Diduga Meledak Hingga Tewaskan Seluruh Penumpang Begini Penjelasannya

Setidaknya operator harus memiliki standar keselamatan yang lebih tinggi daripada OceanGate, perusahaan yang menjual wahana kapal selam masing-masing seharga $ 250.000 (3.7 Miliar Rupiah), tampaknya telah diamati.

Sama seperti pengamat yang tahu betul bahwa Titanic tidak memiliki cukup sekoci sebelum berlayar, ada banyak peringatan bahwa kapal selam Titan tidak aman.

Pada tahun 2018, seorang mantan karyawan menuduh dalam gugatan bahwa perusahaan tidak menguji teknologinya dengan benar dan bahwa penyelaman dapat "menjadikan penumpang dalam potensi bahaya ekstrim".

Baca Juga: Mantan Penumpang Berbagi Cerita Tentang Masalah Kapal Selam Wisata Titanic Selama Pelayarannya Tahun 2021

Seorang penumpang yang bepergian dengan kapal Titan untuk melihat bangkai kapal Titanic pada tahun 2022 mengatakan bahwa perusahaan tersebut meminta dia untuk menandatangani surat pernyataan.

Surat tersebut berisi pernyataan yang menyatakan bahwa kapal tersebut belum “disetujui atau disertifikasi oleh badan pengawas mana pun, dan dapat mengakibatkan cedera fisik, trauma emosional, atau kematian."

Tidak seperti kebanyakan kapal selam yang terbuat dari baja dan titanium, lambungnya terbuat dari komposit serat karbon.

Baca Juga: Pasutri Ini Tepergok Mencopet Ponsel Pengunjung di Jakarta Fair, Ketika Digeledah Ternyata Tidak Hanya Satu

Minimal, Kanada dan Amerika Serikat dapat menuntut agar operator usaha berisiko tinggi di masa depan seperti penyelaman kapal selam laut dalam atau perjalanan ke luar angkasa membawa asuransi yang akan mencakup biaya penyelamatan.

Tidak jelas apakah OceanGate memiliki asuransi untuk perjalanan Titanic atau mengharuskan penumpangnya diasuransikan (CEO perusahaan, Stockton Rush, adalah salah satu dari lima orang yang meninggal dalam kapal selam).

Tetapi dibuatnya asuransi setidaknya dapat membantu pemerintah menutup biaya penyelamatan yang dalam kasus ini diperkirakan akan mencapai jutaan dolar.

Baca Juga: Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U17, Coach Justin: Erick Thohir Bawa Sepak Bola Berkembang Luar Biasa

Pemerintah juga dapat menutup celah yang memungkinkan perjalanan semacam itu tetap berada di luar jangkauan regulator keselamatan.

Ada undang-undang federal yang mengatur kapal selam (yang biasa digunakan oleh industri minyak dan gas) tetapi tidak berlaku untuk OceanGate, yang mengoperasikan Titan di perairan internasional.

Itu akan diambil tindakan oleh Organisasi Maritim Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membawa kapal selam di bawah kewenangannya.

Baca Juga: Turis Asing Meningkat, Polres Pesisir Barat Lampung Siapkan Polisi Wisata

Penagihan biaya untuk penyelamatan setelah fakta ini terjadi memang tampak kejam, tetapi dalam beberapa kasus memang harus dipertimbangkan.

Apapun pendekatan yang dipilih otoritas nasional dan internasional, tragedi ini harus menjadi peringatan untuk berhenti membiarkan turis kaya berkeliaran di luar angkasa atau laut dalam tanpa peraturan sama sekali.

Ketika Titanic tenggelam, kapal itu adalah bagian dari industri yang penting dan vital dimana kapal laut adalah satu-satunya cara untuk melakukan perjalanan antar benua.

Baca Juga: Meriahkan Bulan Bung Karno, Ratusan Orang Ikuti Lomba Baca Puisi Karya Si Bung di Sumenep Jawa Timur

Mengatur kapal melibatkan pengorbanan ekonomi, tapi itu bukan faktor untuk wisata petualangan ekstrim dan tidak ada turis yang perlu melihat Titanic.

Jika mereka ingin mengunjungi reruntuhan, mereka harus bersiap untuk membayar harga yang mencerminkan biaya untuk pergi ke sana dengan aman  dan untuk sistem yang memungkinkan penyelamat menjangkau mereka dengan aman jika terjadi bencana. ***

 

Berita Terkait